Minggu, 31 Desember 2006

Jendela Baru

Aku gamang dengan keramaian itu. Keriuhan di luar sana tak mampu menggerakkan hati ini untuk ikut 'berpesta'. Mungkin sudah sifat dasar gak suka pesta, tapi lebih dari itu memang tak perlu bagiku pesta itu.


Apalagi saat ini, ribuan kawan di aceh tamiang terkena banjir, kawan-kawan di sidoarjo juga belum merdeka dengan lumpur panasnya, belum lagi kawan di yogya, klaten dan sekitarnya. Mengingat itu semua, padam rasanya keinginan hati untuk sekedar tertawa di penghujung tahun dan diawal babak.


Belum lagi ditambah kabar tak mengenakkan dari tanah suci. Ibu yang tengah beribadah nun jauh di sana tengah terbelit masalah, tak beroleh makanan (kalau tak boleh mengatakan 'kelaparan') hanya gara-gara salah manajemen katering. Bayangkan, Indonesia sudah puluhan tahun ikut menyelenggarakan ibadah haji, tapi herannya masih saja dibelit masalah mismanajemen!


Untungnya, suara ibu di hari Minggu menenangkan kami. "Ibu sudah makan, pokoknya alhamdulillah kita selamat dan sehat-sehat saja," begitu ujar ibu.


+++


 

Selasa, 19 Desember 2006

Foto Jadul, HMJ tahun 1990




Ini adalah secuplik foto jadul, saat masih mahasiswa di Fikom Unpad Bandung. Foto diambil saat orientasi mahasiswa baru angkatan 90 (gw sendiri angkatan 89) di Lembang dan kunjungan ke koran Pikiran Rakyat. Sebagian besar mengenakan jaket kebesaran HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurnalistik) berwarna biru.

Beberapa wajah yang ada di foto ini sekarang bertebaran di sejumlah media, ada juga yang jadi politisi, pengusaha, presenter tv, dan dosen.

Ngeliat foto-2 ini jadi pengen ketawa, cupu banget yak kita-2 dulu!!!!

**Oya ini foto-2 koleksi seorang kawan Andreas "Item". Foto gw sendiri gak tau pada kemana...

Rabu, 13 Desember 2006

Hari ini 10 Tahun Kami !



Hari ini sepuluh tahun lalu.


14 desember 1996. Saya Syaifuddin bin Sayuti Irfan resmi menikahi Siti Komsiah binti Wardoyo, di desa Cengkok, Nganjuk Jawa Timur. .


Pernikahan yang bersahaja. Karena kami memang menggelar seadanya, dengan dihadiri mayoritas keluarga kedua belah pihak dan tetangga dekat.


Tak terasa waktupun berjalan. Satu, dua dan tiga kurcaci hadir diantara kami. Mereka menghiasi hari-hari kami. Terkadang melelahkan dengan aneka celotehan mereka, tapi lebih banyak menyenangkan. Bersama istri dan tiga kurcaci kami arungi hari-hari penuh tawa dan air mata.


Kini si sulung Muhammad Ihsaan Ramadhan, bulan depan 9 tahun. Si tengah Nabila Khairunnisa 5,5 tahun. Dan si bungsu Nisrina Fatin Humaida 2,5 tahun.


Hari ini kami 10 Tahun


Mencapai angka 10 dalam pernikahan bagi kami adalah prestasi tersendiri. Apalagi di 'luar sana' gonjang-ganjing berita perceraian nyaris tiap hari kami lihat dan dengar. Hal-hal semacam itu justru menguatkan kami.


Kalau ada pertengkaran, kami selalu ingat: kami hidup tidak hanya berdua, kami memiliki anak-anak, keluarga besar dan tentunya .....masa depan!


Jika ada yang bertanya apa sebenarnya rahasia 10 tahun kami? Hmmm...kepercayaan dan mau berkorban. Maknanya memang luas, tapi itulah yang kami pegang teguh. Selalu mau berkorban menyisihkan kesenangan pribadi demi keluarga.


Jika dalam 10 tahun pertama ini masih banyak kekurangan dan janji yang belum terwujud, bagi saya itu adalah bagian dari perjuangan hidup. Insya Allah, kami akan upayakan semuanya menjadi mungkin.


Saya adalah lelaki yang sangat beruntung. Dikaruniai seorang wanita solehah dan anak-anak yang manis, cerdas dan lucu. Saya ingin terus menjadi orang yang beruntung, bukan hanya 10 tahun saja, tapi terus selamanya. Selama Allah menghendaki.


Terima kasih Allah, hanya karena KAU-lah semua ini mungkin.


Terima kasih pula pada para orang tua, kakak, adik, keluarga besar, dan teman-teman. Kami bisa melalui ini semua diantaranya berkat do'a dan restu kalian.


Kami masih ingin 10 tahun kedua, ketiga, keempat dan selamanya.....


*ket. foto saat Lebaran 2006

Selasa, 12 Desember 2006

Artis ALDA Tewas !!

Postingan gak penting sebenarnya.


Artis pop Aldarisma atau biasa dipanggil Alda tewas di hotel Grand Menteng  Matraman Jakarta Timur, selasa malam. Diduga ia tewas setelah berpesta shabu-shabu.


Nama artis ini mungkin kini tidak terlalu dikenal orang, tapi sekitar tahun 90-an akhir ia punya hits yang cukup kondang "Aku Tak Biasa". Album rekamannya kabarnya saat itu laku hingga 1 juta kopi. Dan prestasi itu didapatnya saat ia belum berusia 17 tahun. Nah, dari sinilah persoalan muncul.


Usia yang sangat belia membuat pribadi Alda matang karbitan. Ia didera gosip segala rupa, mulai dari istri simpanan bos perusahaan rekaman, gemar pesta, hingga mabuk.


Kalau gak salah, belum dua bulan ia mengalami kecelakaan. Mobilnya ringsek dan wajahnya rusak akibat kecelakaan. Setelah itu ia menghilang cukup lama hingga kabar kematiannya malam ini.


Tragis!!


Semoga arwahnya diterima oleh-NYA.

Minggu, 10 Desember 2006

Sang Pemimpi

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Andrea Hirata
Judul : Sang Pemimpi

Pengarang : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang, Yogyakarta, 2006


Apa yang lebih dahsyat dari sebuah mimpi?

Bermimpi bisa jadi merupakan katalisator bagi seseorang keluar dari dunianya. Kegiatan bermimpi juga bisa dikatakan sebagai kegiatan paling azasi, yang bisa dilakukan setiap orang. Rasa-rasanya tak ada pelanggaran azasi saat kita tengah bermimpi.

Dan bagi yang percaya pada kekuatan mimpi dan perjuangan, buku karya Andrea Hirata inilah jawabannya. Novel yang sangat personal bagi penulisnya ini, sebenarnya merupakan sedikit cerita masa lalu penulis yang kini bekerja di PT.Telkom Bandung.

Ceritanya bersetting Belitung, bagian dari propinsi Bangka-Belitung, nun diujung selatan sumatera sana. Sang Pemimpi meceritakan petualangan 3 serangkai Ikal, Arai dan Jimbron menggapai mimpinya sebagai tiga anak daerah terpencil di republik ini.

Ikal yang personifikasi sang penulis adalah tokoh sentral. Ia bercita-cita menaklukkan dunia dengan bersekolah ke luar negeri. Dan Perancis adalah impian terbesarnya. Bersama Arai, sahabatnya, hari-harinya dilalui dengan bekerja keras mewujudkan obsesinya.

Tidak selamanya lurus jalan yang ia daki. Bahkan ia harus bekerja serabutan saat sekolah. Namun semua itu dijalani dengan riang. Dengan bumbu kenakalan khas anak, cinta monyet remaja belasan tahun, novel ini mengajarkan banyak hal tentang kesederhanaan, kesetiakawanan dan perjuangan. Tiga hal yang kini amat sulit ditemui dalam kehidupan yang hedonis.

Bagian yang mengharukan menurut saya, adalah saat mereka harus berpisah selepas SMA. Ikal dan Arai merantau ke Jawa (baca: Jakarta) sementara Jimbron memilih tetap di Belitung. Jimbron yang berbicara gagap memberi hadiah celengan kuda yang selama ini ia tabung untuk kedua sahabatnya. Karena sadar kemampuan berfikirnya terbatas, ia memilih tidak ikut mewujudkan obsesi keliling dunia bersama kedua sahabatnya itu. Namun ia menitipkan celengan itu, sebagai bukti kesertaannya menggapai mimpi bersama.

Buku ini sebenarnya merupakan lanjutan Laskar Pelangi (LP) dan bagian dari tetralogi penulisnya. Meski belum sempat membaca LP, saya tetap bisa mengikuti buku ini hingga tuntas.

Sang penulis memang piawai membawakan ceritanya. Bahkan bahasa yang digunakan Andrea Hirata sangat indah. Penulis tampaknya mengembalikan keindahan bahasa pada porsinya. Padahal semula penulis tidak begitu yakin karyanya bisa terbit sebagai buku, mengingat ia tidak menggunakan bahasa gaul elu, gue di bukunya. Karena belakangan buku-buku sastra yang beredar di pasaran sangat "Jakarta". Sementara buku ini berada di luar jalur itu.

Kamis, 07 Desember 2006

Sarmila

Quote of the Day:


"saya berharap pada pihak-pihak yang menzalimi suami saya agar tidak bertindak semena-mena."


(Sarmila, istri Yahya Zaini soal kasus asusila suaminya dengan artis Maria Eva)


Komentar saya: siapa ya sebenarnya yang menzalimi ????  Bukankah suaminya juga menzalimi wanita lain dan istrinya sendiri? Apakah ini sebuah kesetiaan buta seorang istri terhadap suami? Hmmmm...

Rabu, 06 Desember 2006

The Kite Runner

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Khaled Hosseini
Penerbit Qanita, Bandung, 2006

"...lebih baik disakiti oleh kenyataan daripada dinyamankan oleh kebohongan"

Barangkali apa yang dikatakan tokoh Baba dalam buku ini merupakan refleksi anti kemapanan. Ia bersama anaknya memilih menyingkir keluar negeri di tengah situasi sosial politik yang tak menentu di Afganistan negerinya. Karena tak sepaham dengan rejim yang berkuasa, lebih baik ia menghadapi kenyataan yang pahit sebagai warga imigran di negeri baru.

Tapi apa yang dilakukan Baba--sang ayah, justru kebalikan dengan Amir--sang anak. Ia justru menyimpan 'kebohongan' masa kecilnya hingga dewasa, hanya demi melindungi kenyamanan diri. Amir menyimpan rapat kisah Hassan kawan kecilnya --yang juga anak hazara (pembantu)-- yang sempat 'disodomi' oleh seorang pemuda.

Di kemudian hari, Amir menyesal telah menjadi begitu pengecut saat Hassan disakiti dan tak mampu menolong. Ia juga menyesal (kemudian) karena ternyata Hassan adalah adik tirinya!

Kisah The Kite Runner sendiri memang berputar pada diri Amir dan Hassan. Keduanya dikenal jago mengejar layang-layang, kebiasaan yang sempat mentradisi di Afgan sebelum negeri ini hancur oleh perang saudara. Cukup unik, apalagi dibungkus dengan latar sosial politik Afganistan yang bergolak.

Yang cukup mengejutkan, Khaled Hosseini sang penulis adalah seorang dokter asal Afganistan. Gaya bertuturnya benar-benar mengalir, enak diikuti. Tak salah jika buku ini diganjar sebagai buku best seller oleh New York Times.

Seperti Amir, Khaled juga lari dari negerinya ke Amerika Serikat karena kondisi politik negerinya yang kacau balau. Ia memilih belajar kedokteran dan menetap di California hingga kini.

Kisah berlatar kehidupan Asia dan timur tengah memang menarik. Sebelum ini saya sempat kepincut dengan Jumpa Lahiri--pengarang asal India yang juga imigran di Amerika. Bukunya --Penafsir Kepedihan--benar-benar dahsyat. Saya seperti menjadi seorang India saat membacanya.

Namun berbeda dengan Khaled yang mengurai cerita tentang masa lalunya di Afgan, Jumpa justru banyak mengeksplor benturan budaya India di negeri barunya. Meski berbeda, karya kedua pengarang Asia ini sama-sama mendapat sambutan meriah di Amerika. Dan bukunya pun laris manis.


Senin, 04 Desember 2006

Ironi Sebuah Bandara




Bandara lazimnya menjadi tempat yang nyaman bagi para pengunjung, entah itu calon penumpang atau sekedar pengantar. Untuk yang satu ini, tampaknya bandara di tanah air belum ada yang memenuhi syarat. Pun, bandara terbesar di Indonesia Soekarno - Hatta di Cengkareng.

Nah, gambar-gambar berikut adalah secuil suasana di bandara Fatmawati Bengkulu. Situasi ini mungkin tidak setiap hari terjadi, tapi hanya saat keberangkatan jemaah haji. Tapi apapun itu, mestinya bandara tetap tertata kenyamanannya.

Di bandara ini --kenyamanan adalah barang mahal. Lihat saja di halaman bandara, ada penjual es krim, mainan hingga atraksi permainan odong-odong.

Ruang tunggu? hmmm...nggak bangget... pengantar dibiarkan keleleran di luar gedung dalam kondisi kepanasan dan kelelahan. Belum lagi toiletnya yang bau, penuh lalat dan ....gak ada airnya. Huh, mau buang hajat terpaksa nunggu hingga pesawat datang...:(

yang lebih ngaco, ada petunjuk mushola yang salah pasang. mushola letaknya di bawah papan petunjuk, tapi itu panah di papan mengarah ke tempat lain ....di parkiran.

10 Tahun Kami

Start:     Dec 14, '06 12:00a
Hari ini 10 tahun lalu kami menikah di sebuah desa di Nganjuk Jawa timur.

Mohon Do'anya....

Nama: Sopiyah binti Murbiyi

Kloter/ embarkasi : 7 Bengkulu/ Padang

Maktab : 16 / Jubaikah

Rumah No : 301 - 307

Hari senin, 4 Des'06, setelah melalui proses yang melelahkan, ibuku berangkat ke Padang melalui Bengkulu, untuk selanjutnya ke tanah suci (selasa, 5 Des'06) untuk beribadah haji. Perjalanan yang penuh ujian, karena saat mendaftar di Jakarta, bapak nyaris tak yakin ibu bisa berangkat. Sebab kuota Jakarta hingga tahun depan masih penuh dengan daftar tunggu, waiting list.

Ketika tawaran ikut kloter Bengkulu datang dari adiknya, ibu tak menampik. Gerilya pun disiapkan, strategi pun diatur jauh hari. Meski cukup rapi dan penuh perhitungan, bapak ibu yang mengurusnya sendiri terlihat pontang-panting.

Perjalanan udara Jkt-bengkulu selama persiapan haji, layaknya naik bus dalam kota bagi bapak-ibu. Tekad bapak memang kuat, ingin menghajikan ibu dari uang pensiun yang diterimanya tahun lalu. Dan ibu pun tak kalah kuat, ingin berhaji tahun ini, "Mumpung masih sehat," katanya suatu kali. Meski alasannya tidak bisa diamini, karena belakangan ibu kerap sakit.

Tapi melihat tekad ibu, siapa lah anaknya yang tak mendukung. Dan hari minggu aku menyusul ibu-bapak yang sudah lebih dulu di bengkulu.

Sehari sebelum berangkat, ibu terlihat sangat cerah dan bahagia, akhirnya niat sekian tahun terwujud juga. Tapi menjelang berangkat aroma kesedihan terpancar kuat di wajahnya, karena hanya bapak dan aku anak sulungnya yang mendampingi. Sementara dua anak dan 6 cucunya tak ada di sampingnya.

Jangan gusar bu, kami semua mendukungmu dengan do'a. "Do'a kan ibu tetap sehat dan selamat ya.." Begitu pintamu pada kami. Sangat sederhana, sesederhana pribadimu, ibu.

*foto ID card ibu

Rabu, 29 November 2006

Dukung Petisi Online Tolak Smack Down

http://www.petitiononline.com/nosdontv/petition.html
Wahai kawan yang hirau dengan masa depan anak-anak, yuks mari dukung petisi ini. Setidaknya ini bisa jadi terapi kejut bagi pengelola media, agar tidak semena-mena terhadap pemirsa. Sehingga tak ada lagi anak yang menjadi korban tewas akibat tayangan Smack Down (Lativi) seperti di Bandung.

Sekecil apapun usaha kita, semoga menjadi penyadar buat pengambil keputusan. Semoga "mereka" tidak tidur!

Minggu, 26 November 2006

Ikutan BBM-nya Gramedia Majalah

Hari Sabtu lalu, terprovokasi laporan pandangan fotonya mas ciput, iseng nyoba ikutan bursa buku murah Gramedia majalah di kawasan kebun jeruk jakarta barat. Sebenarnya gak iseng juga, karena jadwalnya bareng dengan saat 'ngampus' di meruya.


Berangkat dari rumah di Kranggan Cibubur sekitar pukul 07.00 WIB. Dengan menumpang bis jurusan Rambutan-Merak, saya berharap bisa sampai di lokasi agak pagi, setidaknya dari pengunjung lain. Ini juga sesuai tipsnya mas Ciput agar datang lebih awal.


Karena naik bis sendirian, ritual yang biasa saya lakukan pastinya baca buku. Eh, baru beberapa lembar...ngantuk euy! Akhirnya setelah bayar ongkos, terbanglah saya ke alam mimpi.


Meski nggak bener-2 tidur...eh ndilalah nyaris kebablasan... Saat terjaga, bis yang saya tumpangi sudah masuk lagi pintu tol kebun jeruk. Kalau saja tak terjaga pastinya saya sudah sampai merak pagi itu, dan semua rencana 'gatot' alias gagal total.


Dengan setengah bergegas karena jam sudah menuju pukul 08.30. Sampai di Gramedia Majalah 5 menit kemudian dengan jalan kaki--lumayan ngebakar lemak! Eh, ternyata eh ternyata ....sudah banyak book addict yang ngantri di lobby depan lift. Huh! Gagal deh..capek deh..


Saya gak tahu bagaimana manajemen pengunjung diterapkan dalam bursa buku semacam ini sebelumnya. Namun yang saya lihat di kebun jeruk kacau balau. Semua pengunjung dipaksa berjubelan di depan lift yang tak seberapa luasnya. Bahkan beberapa yang membawa anak kecil terpaksa mundur teratur.


Baru jam 9 kurang 1 menit lift dibuka, dan ngaburlah semua pengunjung ke lantai 8 ballroomnya Gramed. Sampai lokasi, jenis buku yang di sale murah 10 ribu empat eksemplar terbatas. Mayoritas buku cerita anak bergambar dan resep masakan.


Sayang karena buru-buru berangkat saya gak sempat bawa uang banyak. Kartu kredit pun tersimpan manis di lemari alias lupa dibawa, akhirnya saya cuma dapat 20 buku buat tiga kurcaci di rumah. Lumayan lah, kalau beli harga asli... wah merongrong kantong!


Sayangnya lagi nggak bawa kamera jadi nggak ada foto pandangan matanya! *Gambar diambil dari google.


 


 

Rabu, 22 November 2006

Pipa Gas Lapindo Meledak!!

Kabar sedih lagi dari Porong Sidoarjo. Rabu malam, pipa gas milik Pertamina di lokasi semburan lumpur panas Lapindo Brantas meledak. Hingga kamis pagi, sedikitnya 8 orang warga tewas akibat kejadian ini, belasan lainnya luka-luka.

Umumnya korban tewas akibat luka bakar terkena semburan gas yang meledak setinggi 500 meter.Karena dahsyatnya ledakan, getaran dan ledakan dirasakan warga di Pasuruan dan Gresik.

Menurut tim nasional penanggulan lumpur panas Lapindo, penyebab meledaknya pipa akibat tanah di sekitar lokasi turun (amblas) sekitar 5 meter!

Bencana lingkungan yang disebabkan oleh eksplorasi Lapindo memang dahsyat, selain sudah menenggelamkan sedikitnya 3 desa di Porong, kasus ini juga menyebabkan banyak warga sekitar yang terpaksa mengungsi, kehilangan pekerjaan, dan putus sekolah.

Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap insiden semacam ini? Negara tampaknya tenang-tenang saja, seolah-olah bukan urusannya, sehingga semuanya dibebankan pada Lapindo Brantas. Sementara Lapindo sendiri tidak punya cukup pengalaman dan solusi menghentikan semburan lumpur panas.

Bahkan ganti rugi terhadap warga tidak sepadan dengan rumah mereka yang tenggelam. Warga kini terpaksa mengungsi dengan bekal uang kontrakan dari lapindo sebesar sekian juta rupiah, yang jauh dari kelayakan.

Kalau sudah begini, dimana keluarga Bakrie sang pemilik Lapindo? Apakah Aburizal Bakrie masih 'nekat' maju di pemilihan presiden tahun 2009 ?

Selasa, 21 November 2006

[info penting] Minuman Kemasan Berbahaya

http://tianarief.multiply.com/journal/item/904
Penting dibaca! Ternyata air minuman kemasan yang beredar bebas di masyarakat tidak sepenuhnya aman.

Biar tetap sehat, perlu baca ini!

Kamis, 16 November 2006

beranjak tua

17.11.2006


 


hari ini usia merambat


tak terasa diri beranjak


terlalu banyak dosa yang pernah kuperbuat


sementara kebaikan, rasanya masih terlalu sedikit


 


terima kasih Allah


atas anugerah


hidup, usia, rejeki dan semuanya

Selasa, 14 November 2006

Ibunda ke Bengkulu

Start:     Nov 17, '06 3:00p
End:     Dec 4, '06
Location:     Bandara Sukarno Hatta
Sebelum berangkat ke tanah suci, ibu+bapak, kakak dan adiknya akan ke Bengkulu terlebih dulu untuk menghadiri resepsi pernikahan keponakannya.

Di kota ini ibu akan tinggal hingga hari "H" keberangkatannya ke tanah suci melalui Padang, 4 Desember 2006.

Happy B'day Benny - Faiz!




   





Hari ini (Rabu, 15 Nov) dua kawan saya berulang tahun. Yang pertama, Benny Rhamdani, penulis cerita anak dan remaja yang kerap memperoleh berbagai penghargaan sejak jaman SMA dulu. Dia adalah kawan kuliah saya di Fikom Unpad. Dari dia saya banyak belajar mengenai bagaimana menulis dan mengembangkan diri.

 

Selepas kuliah di Unpad, Benny sempat jadi wartawan dan penari di pusat kebudayaan India. Ya, kawan saya satu ini memang pecinta budaya India. Sejak dulu dia hafal siapa saja bintang Bollywood yang lagi naik daun. Kini setelah tak lagi jadi wartawan, dia berkarir sebagai editor penerbit Cinta di Bandung.

Yang satu lagi kawan kecil Abdurahman faiz aka mas faiz, putra pasangan mas Tomi dan bunda Helvy. Kalau Beny kawan saya pertama sudah lama malang melintang di dunia penulisan, nah mas faiz baru merintisnya sejak beberapa tahun terakhir. Meski sebagai new comer, jangan salah tulisan faiz dahsyat! Tengok saja beberapa bukunya yang diterbitkan Dhar Mizan.


Perjumpaan saya pertama kali dengan tulisan Faiz berupa suratnya pada presiden terjadi di internet. Melalui sejumlah milis, beredar tulisan bocah SD ini. Wah, tulisannya tak seperti anak SD kebanyakan. Saya yakin, dengan arahan kedua ortunya, Faiz akan jadi penulis masa depan.


Happy b'day kawan, saya tunggu karya-2 kalian...


*ket.foto kiri mas Faiz dan kanan Benny 

Jelang Ibunda ke Tanah Suci

Hari minggu lalu, 12 november, di rumah bapak-ibu di Joglo, Jakarta Barat, keluarga besar Mohamad Irfan (kakekku almarhum) menggelar halal bihalal. Sebenarnya halbil-nya sih biasa, karena tiap tahun digelar hajatan serupa yang tempatnya bergiliran. Tapi khusus tahun ini kami gunakan juga sebagai Ratiban --semacam do'a bersama mohon keselamatan sebelum berhaji. Ibuku, Sopiyah, tahun ini memang akan menunaikan ibadah haji.


Bagi kami terasa istimewa, apalagi pekan ini ibu harus sudah berada di Bengkulu untuk menghadiri resepsi pernikahan keponakannya. Setelah itu ibu menetap di sana hingga berangkat ke tanah suci melalui Padang 4 Desember mendatang. Itu artinya, sisa waktu sebelum berangkat ke tanah suci, kami anaknya tak ada disampingnya.


Ya, perjalanan ibu ke tanah suci memang bak petualangan. Akhir tahun lalu Bapak dapat rejeki pasca pensiun dari kantornya dan sebagian uangnya diniatkan untuk memberangkatkan Ibu ke tanah suci. Bapak sendiri sudah berangkat tahun 2004 lalu. Karena di Jakarta sudah fully booked, akhirnya datang tawaran dari adiknya di Bengkulu untuk ikut kloter di kotanya. Kebetulan di bengkulu saat itu baru sedikit pendaftar hajinya.


Pucuk dicinta ulam tiba, bak dapat durian runtuh. Akhirnya semua persyaratan yang semula untuk kloter Jakarta, dialihkan ke Bengkulu. Alhamdulillah urusan lancar, meski harus bolak-balik Jakarta-Bengkulu.


Satu yang membebani pikiran kami anak-anaknya, kondisi kesehatan ibu yang naik turun. Bahkan sehari sebelum halbil, ibu sempat jatuh di carrefour saat belanja. Belum lagi penyakit asam urat dan rematik yang diderita ibu selama ini.


Ingin rasanya mendampingi ibu di tanah suci....


Namun seorang kawan yang kebetulan akan berhaji tahun ini berujar, iklaskan kepergian ibu ke tanah suci, serahkan semuanya, biar Allah yang mengatur. Pernyataan yang cukup melegakan.


Man-teman mohon do'anya agar perjalanan ibadah Ibu ke tanah suci lancar dan Ibu diberi kesehatan sehingga bisa menjalankan semua (minimal) ibadah wajibnya. Dan semoga ibu kembali ke tanah air dengan selamat.


Oya, buat semua handai taulan, kerabat, sahabat, atau orang yang mengenal ibu, beliau menghaturkan permohonan maaf atas segala kesalahan selama ini, yang disengaja maupun tidak.


*foto ibu, diambil hari Sabtu 11 November 2006

Kamis, 09 November 2006

Sanggahan SCTV Soal Kasus Sumanto

Hmm, akhirnya SCTV bikin sanggahan soal Sumanto yang kabarnya diculik dari TV7. Etika atau taktik ? yang bisa menilai kawan-2 semua.


Yang jelas, berada dalam bisnis TV memang 'keras'. Di dalam saja sikut-sikutan nggak karuan, apalagi dengan kompetitor....


Oya ini lanjutan dari artikel ini. Ini jawaban dari kawan SCTV..


===============


SCTV : Klarifikasi Soal Sumanto


Kami telah mengangkat soal keluarnya Sumanto dari penjara dan penolakan warga desa Plumutan dan keluarganya pada Derap Hukum edisi Jumat, 20 Oktober 2006. Selama hampir seminggu reporter Derap Hukum menemui Sumanto untuk melakukan wawancara, karenanya
reporter kami cukup mengenal Sumanto.

Pada hari Minggu 29 Oktober 2006 reporter Derap Hukum yang sama, kami kirim ke Panti Rehabilitas An-Nur di Purbalingga, tempat Sumanto ditampung. Namun tugasnya kali ini bukan untuk Derap Hukum tapi mengisi di program Bayu di Liputan6 pagi, yang telah
direncanakan seminggu sebelumnya. Kami menganggap sosok Sumanto setelah keluar dari penjara dan tidak pulang kampung masih layak untuk diketahui. Rencana awal, tim kami
harus membawa sumanto ke studio SCTV Jakarta.
 
Di Purbalingga, masih di hari minggu 29 Oktober 2006 ada kabar kalau Sumanto dan Pak H. Supono diajak TV7 ke Jakarta untuk Kupas Tuntas.  Reaksi kami saat itu, ya sudah, kami tidak akan mengganggu acara sumanto di Kupas Tuntas TV7. Seusai acara Kupas Tuntas TV7, selasa sekitar jam 01.00 wib tim kami menghubungi kembali Pak Supono dan
menanyakan apakah bisa tampil di studio SCTV. Saat itu Pak Supono menjawab bisa dan memberitahu dimana mereka menginap. Esok paginya, tim Derap Hukum yang telah
dikenal Sumanto dan Pak H. Supono  Mustadjab di Purbalingga- lah yang menjemput mereka. Dengan demikian, baik Sumanto maupun Pak H. Supono Mustadjab sudah tahu bahwa yang menjemputnya adalah dari SCTV.


Kami tidak pernah mengatasnamakan Kupas Tuntas pada saat negosiasi dengan pak H. Supono Mustadjab.  Artiya apa? Artinya tidak ada pelanggaran etika di sini. Perlu diingat, kami langsung berhubungan dengan nara sumber utuk meminta kesediaanya menjadi tamu
setelah ia tampil di program Kupas Tuntas TV7. dan yang bersangkutan  menyatakan kesediaannya. Jadi, kalau kami menjemput Sumanto dan Pak H. Supono di Hotel, itu karena sudah ada janji sebelumnya dengan yang bersangkutan. Dengan demikian,  tidak benar
kami menculik mereka!!



Apakah untuk itu kami harus meminta izin lagi ke pihak Kupas Tuntas bahwa kami akan mengundang tamu yang baru tampil diprogramnya? Kami rasa tidak begitu cara kerja
yang benar. Karena Kupas Tuntas bukan Manager Sumanto dan Pak H. Supono yang bisa mengatur kepada siapa Sumanto dan Pak Ustad harus menerima wawancara. 

Setelah Sumanto tampil di program Bayu di liputan 6 pagi. Melalui telepon kami berhubungan dengan pihak Kupas Tuntas TV7. Intinya pihak Kupas Tuntas TV7 meminta kami  datang ke kantor TV7 untuk memberikan penjelasan. Kami menolak karena menurut kami TV7 bukan
atasan kami dan juga tidak ada masalah yang harus dijelaskan. Lagi pula kami telah menjelaskannya via telepon.

Namun begitu, kami masih menawarkan pertemuan di tempat lain, bukan di TV7, waktu itu kami tawarkan untuk bertemu di hotel tempat Sumanto menginap. Tapi pihak TV7 menolaknya. Jadi penjelasan telah kami berikan, tidak ada hubungannya dengan pemred kami yang sedang di Eropa.
 
Anda menuduh kami memanfaatkan keluguan Pak H. Supono Mustadjab?! Darimana anda tahu bahwa beliau lugu? Jangan-jangan beliau lebih cerdas dari anda?
 
Demikian penjelasan kami. Terima kasih.
 
Insan Kamil Produser Program Bayu di Liputan6 pagi 
GRAHA SCTV
JL. JENDERAL GATOT SUBROTO KAV 21
TELP : 021-5225555
FAKS; 021-5220120

DENIAS Senandung Di atas Awan

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Judul : Denias Senandung Di atas Awan
Sutradara : John De Rantau
Pemain : Albert Fakdawer, Ari Sihasale, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Nia Zulkarnaen.

Sudah lama tak menemukan film layar lebar lokal yang mencerahkan. Apalagi genre film remaja dan horror saat ini begitu mendominasi, maka kehadiran Denias bak oase yang menyegarkan.

Film ini disutradarai John De Rantau, dengan produser pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Film ini dibintangi sebagian besar pemain asal Papua, yang umumnya bermain natural.

Ide dasar film ini sesungguhnya ringan dan mungkin biasa, keinginan seorang anak untuk terus bersekolah. Tapi yang tidak biasa adalah anak itu dari pedalaman Papua, yang hidup ditengah adat Papua yang --maaf-- masih tertinggal dari saudaranya di propinsi lain di Indonesia.

Denias --diperankan dengan sangat memikat oleh Albert 'AFI junior'-- sama dengan kebanyakan anak Papua, senang sepakbola, berburu kuskus, dan bermain. Tapi dia juga senang belajar. Dari sekian anak yang sekolah di desanya, Denias cukup menonjol. Dia cepat bisa baca tulis, dan yang lebih penting kemauannya kuat untuk 'menembus awan'. Seperti dongeng yang diceritakan sang guru (Mathias Muchus) dengan menembus awan, Denias akan dapat melihat dunia lebih luas.

Keinginan Denias sekolah juga diperkuat pesan sang mama sebelum tewas terbakar, yang ingin Denias terus sekolah. Di film juga digambarkan bagaimana untuk bisa belajar di sekolah beneran di kota, Denias harus berlari berkilo-kilo meter, melewati pegunungan, sungai dan lembah. Dan dalam 4 hari perjalanan akhirnya sampai di Timika.

Di Timika, perjuangan baru dimulai agar ia bisa belajar di sekolah Freeport. Kelucuan dan keluguan seorang anak Papua banyak terlihat disini. Misalnya saat Enos --kawan Denias-- yang bandel dan suka mencuri diminta menunjukkan raportnya jika hendak sekolah di Freeport. Tahu apa yang dilakukannya, Enos harus berlari menembus bukit, gunung dan sungai sebelum memperoleh buku raportnya. Wow!

Intinya, Denias mengajarkan banyak hal tentang semangat belajar apapun, perkawanan, cinta sesama...sesuatu yang (mungkin) mulai luntur di kota-kota besar di tanah air.

Yang menarik, film ini dibungkus dengan pemandangan alam Papua yang wow keren.... Mata saya yang terbiasa melihat bangunan kotak-2 di ibukota dan kemacetan yang semrawut, di film ini dimanjakan dengan indahnya sungai, danau, lansekap puncak gunung bersalju, hutan yang alami dan budaya Papua yang eksotis. Gak salah kalau saya kasih 4 bintang untuk film ini.

Kalaupun ada yang mengganggu, mungkin editing yang beberapa agak 'jorok' sehingga kadang mengganggu. Terus juga pesan sponsor soal TNI -kopasus tepatnya- melalui tokoh Serma Hartawan yang biasa dipanggil Maleo (Ari Sihasale). Eh, ada juga soal iklan produk yang cukup mengganggu, seperti permen Blaster, mie Kare, odol Formula dan Freeport tentunya.

Tapi, lagi-lagi saya maklumi semua keanehan tadi. Secara keseluruhan bagooos!!

Oya FYI, Denias (yang nyata) kini sedang kuliah atas beasiswa Freeport di Darwin Australia.

*Saran saya bagi kawan2 yang punya anak usia sekolah, ajaklah menonton film ini, biar tahu "Indonesia yang lain".

DENIAS Senandung Di atas Awan

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Judul : Denias Senandung Di atas Awan
Sutradara : John De Rantau
Pemain : Albert Fakdawer, Ari Sihasale, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Nia Zulkarnaen.

Sudah lama tak menemukan film layar lebar lokal yang mencerahkan. Apalagi genre film remaja dan horror saat ini begitu mendominasi, maka kehadiran Denias bak oase yang menyegarkan.

Film ini disutradarai John De Rantau, dengan produser pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Film ini dibintangi sebagian besar pemain asal Papua, yang umumnya bermain natural.

Ide dasar film ini sesungguhnya ringan dan mungkin biasa, keinginan seorang anak untuk terus bersekolah. Tapi yang tidak biasa adalah anak itu dari pedalaman Papua, yang hidup ditengah adat Papua yang --maaf-- masih tertinggal dari saudaranya di propinsi lain di Indonesia.

Denias --diperankan dengan sangat memikat oleh Albert 'AFI junior'-- sama dengan kebanyakan anak Papua, senang sepakbola, berburu kuskus, dan bermain. Tapi dia juga senang belajar. Dari sekian anak yang sekolah di desanya, Denias cukup menonjol. Dia cepat bisa baca tulis, dan yang lebih penting kemauannya kuat untuk 'menembus awan'. Seperti dongeng yang diceritakan sang guru (Mathias Muchus) dengan menembus awan, Denias akan dapat melihat dunia lebih luas.

Keinginan Denias sekolah juga diperkuat pesan sang mama sebelum tewas terbakar, yang ingin Denias terus sekolah. Di film juga digambarkan bagaimana untuk bisa belajar di sekolah beneran di kota, Denias harus berlari berkilo-kilo meter, melewati pegunungan, sungai dan lembah. Dan dalam 4 hari perjalanan akhirnya sampai di Timika.

Di Timika, perjuangan baru dimulai agar ia bisa belajar di sekolah Freeport. Kelucuan dan keluguan seorang anak Papua banyak terlihat disini. Misalnya saat Enos --kawan Denias-- yang bandel dan suka mencuri diminta menunjukkan raportnya jika hendak sekolah di Freeport. Tahu apa yang dilakukannya, Enos harus berlari menembus bukit, gunung dan sungai sebelum memperoleh buku raportnya. Wow!

Intinya, Denias mengajarkan banyak hal tentang semangat belajar apapun, perkawanan, cinta sesama...sesuatu yang (mungkin) mulai luntur di kota-kota besar di tanah air.

Yang menarik, film ini dibungkus dengan pemandangan alam Papua yang wow keren.... Mata saya yang terbiasa melihat bangunan kotak-2 di ibukota dan kemacetan yang semrawut, di film ini dimanjakan dengan indahnya sungai, danau, lansekap puncak gunung bersalju, hutan yang alami dan budaya Papua yang eksotis. Gak salah kalau saya kasih 4 bintang untuk film ini.

Kalaupun ada yang mengganggu, mungkin editing yang beberapa agak 'jorok' sehingga kadang mengganggu. Terus juga pesan sponsor soal TNI -kopasus tepatnya- melalui tokoh Serma Hartawan yang biasa dipanggil Maleo (Ari Sihasale). Eh, ada juga soal iklan produk yang cukup mengganggu, seperti permen Blaster, mie Kare, odol Formula dan Freeport tentunya.

Tapi, lagi-lagi saya maklumi semua keanehan tadi. Secara keseluruhan bagooos!!

Oya FYI, Denias (yang nyata) kini sedang kuliah atas beasiswa Freeport di Darwin Australia.

*Saran saya bagi kawan2 yang punya anak usia sekolah, ajaklah menonton film ini, biar tahu "Indonesia yang lain".

Selasa, 07 November 2006

Cerita Lain dari Kranggan


http://udin.vox.com
gara-2 diracunin mbot, akhirnya gw buka juga account di vox.com.

vox.com ini adalah situs social network baru yang lumayan keren, setidaknya dari tampilan grafis dan fitur-2nya.

meski punya account di vox, bukan berarti MP ditinggal lho.... dua-duanya teteup jalan kok.

Cerita Lain dari Kranggan


http://udin.vox.com
gara-2 diracunin mbot, akhirnya gw buka juga account di vox.com.

vox.com ini adalah situs social network baru yang lumayan keren, setidaknya dari tampilan grafis dan fitur-2nya.

meski punya account di vox, bukan berarti MP ditinggal lho.... dua-duanya teteup jalan kok.

Cerita Lain dari Kranggan


http://udin.vox.com
gara-2 diracunin mbot, akhirnya gw buka juga account di vox.com.

vox.com ini adalah situs social network baru yang lumayan keren, setidaknya dari tampilan grafis dan fitur-2nya.

meski punya account di vox, bukan berarti MP ditinggal lho.... dua-duanya teteup jalan kok.

SCTV Culik Sumanto dari TV7

Persaingan antar stasiun TV lokal di tanah air belakangan memang makin kencang. Apalagi setelah peta kepemilikan stasiun tv berubah dengan merger strategisnya TV7 ke Trans Tv. Setelah ini kabarnya akan ada juga Lativi dengan antv. Padahal antv sendiri sudah duluan joint dengan Star Tv Hong Kong.

Karena bersaing, masing-2 pihak akan berupaya dengan cara apapun untuk unggul dari yang lain. Begitu pula di bidang pemberitaan. Setelah 'era berita' ala SCTV belakangan meredup pesonanya, kiblat berita suka tidak suka belakangan merapat ke Tendean --markas grup trans Tv.


Banyak inovasi yang lahir dari Tendean. Dan tampaknya ini membuat 'gerah' pesaingnya. Terakhir saat Sumanto--mantan Napi kasus pemakan mayat-- dihadirkan Tv7 untuk live Kupas Tuntas, ternyata pesaingnya --baca SCTV-- ikut nebeng 'membajak' Sumanto yang tengah menjadi tamunya TV7 dan memasangnya di studio SCTV untuk live di program barunya "Bayu di Liputan 6 Pagi".



Berikut kutipan (dari milis internal news-transtv) seorang teman di TV7 atas ketidakprofesionalan SCTV(baca: kelicikan), yang sampai hari ini belum mendapatkan tanggapan.


*gbr sumanto diambil dari sini.


----------------------------------------------------

Senang rasanya bisa mendatangkan Sumanto ke Jakarta untuk bisa tayang live di Kupas Tuntas TV 7, pada senin malam 30 Oktober kemarin. Meski hanya tayang 30 menit, namun perjuangan untuk mendatangkannya ke Jakarta, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Awalnya, pak H Supono Mustadjab, yang kini menampung Sumanto di Panti rehabilitasi mental dan narkoba miliknya sempat ragu bisa membawa Sumanto ke Jakarta, apalagi dengan menggunakan pesawat terbang. Karena kondisi Sumanto yang masih labil. Bahkan, Sabtu, 28 Oktober lalu saat baru tiba di panti, di desa bungkanel, karang anyar purbalingga, beberapa orang keluarga pak Pono, bahkan menolak Sumanto dibawa menggunakan pesawat terbang. Namun kami berhasil meyakinkan mereka, apalagi kami sudah membawa tiket untuk pak Pono dan Sumanto ke Jakarta.

Tapi masih ada syarat lain dari pak Pono, Sumanto harus kami pamitkan ke kampungnya. Minggu, 29 Oktober, kami mendatangi camat dan kepala desa Lumutan, untuk meminta ijin membawa Sumanto ke Jakarta. Karena Sumanto masih labil, kedua orang ini juga sempat mempertanyakan niatan kami. Namun saya meyakinkan mereka dengan cara menjadikan kami berdua sebagai jaminan, jika ada sesuatu yang terjadi selama di Jakarta.

Dan sebagai pengundang, sudah tentu Sumanto menjadi tanggung jawab kami, sejak ia meninggalkan panti menuju TV7 Jakarta, hingga tiba kembali dipanti.

Senin pagi, 30 Oktober, pukul 07.30 kami meninggalkan panti menuju semarang. Turut menyertai Sumanto H Supono, dan seorang tim medis, mas Ahmad. Kurang dari 6 jam perjalanan kami tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang.

Disinilah kami mulai mengatur siasat untuk menaikkan Sumanto ke pesawat. Saya kemudian kordinasi dengan pihak bandara, dan juga dengan pihak Lion Air. Hasilnya, kami berlima diberikan tempat duduk dibaris paling belakang. Sejak tiba dibandara, hanya saya dan juru kamera Ferdy yang turun dari mobil, Sumanto dan rombongan tetap menunggu boarding di dalam mobil.

Saat boarding, pihak lion air menaikkan semua penumpang terlebih dahulu, baru kemudian kami menyusul, dengan dikawal petugas dari bandara, hingga tiba di dalam pesawat melalui tangga belakang.

Saya amat berterima kasih pada petugas bandara Ahmad Yani Semarang, dan pihak Lion Air yang banyak membantu.

Tiba di cengkareng, entah bagaimana kami telah ditunggu oleh banyak infotainment, di pintu keluar terminal 1A.

Melalui berbagai rintangan, akhirnya kami tiba di TV7, dan berhasil live Kupas Tuntas pukul 23.00. Namun perjuangan belum usai, Malam hari saat akan istirahat di Hotel Santika, Saya kembali melakukan semacam perjanjian dan kesepakatan dengan pihak hotel, agar kehadiran Sumanto tidak mengganggu tamu lain. Dan saya menjaminkan diri jika terjadi apa-apa. Bahkan saya dan manager hotel telah mengatur bagaiman jalur keluar masuk hotel bagi sumanto.

Sore tadi, setelah taping dengan good morning Trans Tv, Sumanto dan rombongan kami antar ke bandara, Soekarno Hatta, untuk kembali ke Purbalingga, via Jogja. Kali ini menggunkan maskapai Adam Air. Tiba di bandara, kembali saya berkordinasi dengan pihak adam air dan bandara, mengenai kronologi membawa sumanto naik ke pesawat. Sempat keluar beberapa opsi, mulai dari menaikkan lebih dulu sebelum penumpang lain boarding, hingga rencana menggunakan mobil langsung ke kaki tangga pesawat. Namun akhirnya kami menggunakan cara di semarang kemarin. (udah mirip pejabat aja yah?)

Saat semua penumpang adam air telah boarding, barulah kami merapat setelah menunggu didalam mobil di pelataran parkir, sekitar 1,5 jam. Turun dari mobil kami telah disambut security adam air dan security bandara sekitar 10 orang. Dan kami kemudian dikawal menuju pesawat melalui pintu C5.

Saya amat berterima kasih pada pihak adam air atas bantuannya, mengurus keberangkatan sumanto, termasuk pihak bandara yang banyak membantu. Dan saat tiba di Jogja pun tadi, mereka dijemput langsung oleh security adam air dari dalam pesawat. Mobil yang saya siapkan disanapun telah menjemput. Dan saat ini pukul 21.00 malam mereka dalam perjalanan menuju panti Purbalingga.

Ini saya tulis, bukan untuk pamer atau sombong, bisa membawa Sumanto ke Jakarta, untuk live. Saya yakin siapapun kru yang diutus pasti bisa membawanya. Tapi proses yang kami lalui untuk membawanya bagi saya tak ternilai harganya. Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa.

Namun ternyata ada pihak yang tidak memiliki etika, dan menganggap dirinya adalah bos dari kru kupas tuntas tv7, sehingga dengan seenak dengkulnya, senin subuh tadi dia menjemput Sumanto dan H Supono ke Hotel, dan membawanya ke studio SCTV, untuk live di liputan 6 pagi. Di acara baru yang dipandu Bayu.

Saya gak butuh sanjungan, tapi saya yang membawa Sumanto ke Jakarta, apa iya para petinggi di News SCTV, hingga penanggung jawab acara itu, tak beretika sopan santun? Selama di Jakarta, Sumanto adalah tanggung Jawab tim Kupas Tuntas TV7. Dan SCTV tidak menganggap hal itu, dan tanpa malu, tanpa pemberitahuan kepada kami membawa sumanto untuk live di studio mereka.

HEBAT, LUAR BIASA CULASNYA mereka. Dan saat kami meminta klarifikasi, sang pemred sedang di eropa, dan orang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab hanya berkata "itukan biasa, apalagi kan udah live di kupas tuntas semalam"

BIASA??? Ternyata seperti itu budaya sebuah divisi NEWS SCTV??? Andai setelah live kupas tuntas selesai, Sumanto tak lagi menjadi tanggung jawab saya, SCTV mau mengundang dia live 24 jam pun silahkan, tapi dengan enaknya dia jemput, live, diantar kembali ke hotel. Apa mereka dari liputan 6 SCTV itu adalah dewa atau tuhan yang bisa berbuat sesuka hati. Persaingan boleh bung, tapi dengan cara yang cerdas, bukan cara culas mengambil narasumber orang lain, tanpa ada ijin sebelumnya.

Analogikan : dirumah anda ada tamu yang anda jemput untuk menginap, tapi saat anda tidur malam harinya, tamu itu saya bawa diam-diam? Apakah saya beretika??? Yah itulah NEWS SCTV. Yang sampai detik ini tidak berani memenuhi undangan kami untuk hadir di News Room TV 7, guna memberikan penjelasan, akan hal itu.

Dari hal ini saya yakin, kru SCTV memble, untuk mendatangkan langsung sumanto saja tak mampu, dan harus berbuat curang, culas dan menjijikkan.

Saya mengaku salah tak menjaga 24 jam di hotel, sehingga mereka dengan mudah datang. Dan dengan mudahnya kru SCTV menggunakan keluguan H Supono, sehingga bisa dibawa ke studio mereka. Hebat betul kru SCTV meyakinkan H Supono bahwa SCTV telah kordinasi dengan kami di Kupas Tuntas.

Wartawan infotainment saja menemui saya secara baik-baik minta waktu untuk bisa wawancara dengan sumanto tadi di parkiran bandara.

Saya tau SCTV sangat kaya, sehingga berapun biaya yang telah kami keluarkan untuk membawa Sumanto ke Jakarta, pasti mereka bisa keluarkan juga, bahkan mungkin lebih mewah, membawa Sumanto dengan Garuda, menginap di hotel bintang 5. Tapi bukan itu masalahnya. Mereka ternyata tak beretika. Dan apa NEWS SCTV bisa membayar semua proses yang kami lalui itu? Apa yang yang saya lakukan selama 4 hari sebagai proses menjemput Sumanto ke Jakarta, tak akan bisa dibayar oleh SCTV. Bahkan dengan ribuan maaf, atau miliaran rupiah.

Maju boleh bung, tapi dengan kaki sendiri. Kalau mau dengan kaki orang lain, yah potong aja kaki kalian.

MUHAMMAD ASRI RASMA
ASS. PROD. KUPAS TUNTAS TV 7

MUHAMMAD ASRI RASMA
ASSISTEN PRODUSER KUPAS TUNTAS TV7
Gedung Trans Tv, Lt. 5
Jl. Kapt. P. Tendean Kav. 12-14 A
Jakarta 12790, Indonesia
Telp : 021 7918 3124
Fax : 021 7918 4581

Rabu, 01 November 2006

Buku Murah Diskon 50%

Start:     Nov 24, '06 01:00a
End:     Dec 3, '06
Location:     Gd. A Depdiknas Jl. Sudirman, Jakarta Pusat
Belum puas borong buku?
Tunggu 50% Book Event ke 4

24 Nov - 3 Des 06
Pk 09.00 -19.00WIB

Lebih dari 500 ribu eksemplar buku didiskon 50%

Tempat:

Gedung A Departemen Pendidikan Nasional
Jl. Jendral Sudirman (Samping Ratu Plaza)
Jakarta Pusat

Diikuti 70 penerbit ternama:

KPG, KOMPAS, GRASINDO, ELEXMEDIA, PSH, GRAFITI, YAYASAN OBOR INDONESIA, AGROMEDIA, MIZAN, DIAN RAKYAT, ISAI, LKIS, PRADNYA PARAMITA, ALVABET, SALEMBA 4 Dll.

Kami mengharapkan Info ini disebarluaskan kepada para pecinta buku lainnya.

Senin, 30 Oktober 2006

Lebaran 24 Okt.2006


Lihat pecinya Raka..hihi...

Lebaran di rumah ortu di Joglo, Jakbar. Meski diawali dengan manis-- setidaknya dari foto-2 awal terlihat-- lebaran ini adalah yang cukup menyedihkan bagi kami sekeluarga.

Diawali dengan sakitnya saya, lantas berturut-2 Ihsan, Nabila, Ibu, Raka, Ikom, dan diakhiri Bapak yang masuk RS di hari lebaran kelima.

Tapi lebaran ini adalah pertama kami bisa ngumpul bareng lagi, setelah dua tahun berturut-2 sebelumnya Bapak-Ibu mudik ke Nganjuk.

Banyak yang berubah, selain usia kami yang merambat, tapi ada yang tak berubah, keguyupan diantara kami. Semoga kami bisa merasakan kebersamaan ini lebih lama.

Minggu, 29 Oktober 2006

Lebaran Yang Sedih




Kegembiraan lebaran tampaknya tahun ini sedikit tak berpihak pada kami sekeluarga. Padahal, semula kami bayangkan lebaran tahun ini akan menyenangkan karena bapak-ibu memilih berlebaran bersama kami, 3 anaknya plus mantu dan cucu-2nya. Karena dua tahun terakhir bapak-ibu berlebaran di Nganjuk, menemani mbah putri.


Ternyata apa yang manusia rencanakan di atas kertas, bisa berubah karena kuasa-Nya. Hari Minggu sebelum Lebaran, saya terserang demam tinggi, hingga 40 derajat. Demam ini mengiringi penyakit batuk yang baru beberapa hari saya derita. Mau tak mau (terpaksa) saya batal puasa.


Kerepotan belum berhenti. Ihsan dan Nabila masuk angin dan muntah2 pas lebaran. Mungkin mereka kelelahan dan makan yang tak terkontrol.


Hari Kedua lebaran giliran ibu yang terkapar. Beliau kelelahan menyiapkan hidangan lebaran dan kedatangan kami-2 ke rumah. Alhamdulillah, sehari istrirahat kondisi ibu berangsur membaik.


Setelah kami kembali ke Kranggan, episode baru pun mulai, istriku kelelahan dan masuk angin. Kebayang kan suasana rumah: 3 anak, tanpa pembantu, dengan kedua ortu yang sedang sakit!


Selesai? Ternyata belum, Sabtu kemarin giliran bapak masuk rumah sakit Medika Permata Hijau. Tekanan darah beliau melonjak hingga 180, demam dan pusing-2!


Aku tahu ini semua skenario-Nya. Aku makin tersadar, Allah masih sayang sama kami semua, karena itu diberinya kami ujian.


Mohon do'anya kawan2 semoga kami bisa melaluinya dengan bersabar hati. Semoga bapak yang tengah terbaring di RS segera pulih.....


*gambar bapak-ibu dengan kami 24 Okt'06

Senin, 16 Oktober 2006

Buka Bersama antv dan alumni




Sabtu, 14 Oktober lalu, saya hadir di acaranya kawan-2 antv di mesjid Depkop Kuningan. Ceritanya kita mau buka bersama sekaligus memberi sedikit sumbangan bagi anak yatim piatu.

Acaranya sih biasa-biasa aja. Sayang tidak sempat dikemas lebih menarik, sehingga adik-adik undangan tak perlu duduk 'termenung' tanpa aktivitas. Mungkin karena acara dirancang mendadak dan dikerjakan disela kerjaan utama di newsroom!

Buat saya dan beberapa kawan sih no problem. Yang penting bisa haha hihi, setelah sekian lama gak ketemuan. Beberapa kawan yang sudah lintas stasiun tv juga datang, seperti Yasmin Muntaz yang mantan presenternya antv dan kini di trans, Manyus dan Kumkum dari Tv7, Hafiz dan saya dari TPI.

Karena acara di mesjid waktunya terbatas, akhirnya 'rombongan lenong' pindah tempat nongkrong ke pasar festival, tempat dulu kami sempat kelayapan sepulang kerja atau nonton bareng Friday Jazz Nite. Sayang, karena hari sabtu jadi cuma kebagian dangdut gak jelas. Makanya gak saya foto.

Kamis, 12 Oktober 2006

Arleen's Blog


http://arleen315.blogspot.com/
blognya arleen amidjaja, penulis buku cerita anak. beberapa bukunya dibuat dalam edisi english, yang lain dwibahasa.

selain berisi promo buku-bukunya, blognya arleen juga memuat lomba bagi anak-anak dengan hadiah bukunya. serta link-link menarik seputar kegiatan ketrampilan bersama anak.

Rabu, 11 Oktober 2006

http://aspal.blogdrive.com/


http://aspal.blogdrive.com/
blog unik yang berisi hal ringan tapi menarik.

umumnya perihal dunia jiplak-menjiplak.

seperti namanya, aspal, asli apa palsu.

Chikungunya

Kabar sedih lagi. Setelah sekian lama kita disandera kasus Flu Burung yang sudah memakan sekian korban jiwa, ada lagi penyakit yang kembali merenggut nyawa manusia. Di NTT, 25 orang meninggal akibat Diare dalam sebulan terakhir dan di Depok--wilayah yang hanya sepenggalan dari Jakarta-- 82 orang terjangkit penyakit Chikungunya--penyakit selain DBD yang juga disebabkan oleh nyamuk.


Meski penyakit yang terakhir belum sampai merenggut nyawa--tapi kedua kasus itu menyebabkan otoritas kesehatan setempat menetapkannya sebagai wilayah KLB, Kondisi Luar Biasa. Pahit memang ditetapkan sebagai wilayah KLB, karena itu berarti angka kasus penyakitnya diluar kewajaran.


Belakangan ini nama penyakit memang semakin aneh, ada flu burung, chikungunya, lupus. Aduh pusing!! Celakanya informasi mengenai penyakit yang 'aneh' ditelinga itu sangat minim di negeri ini.


Mengapa negeri ini begitu rentan terhadap penyakit? Dan terlampau sering pula dalam 2 tahun terakhir sekian daerah ditetapkan sebagai wilayah KLB. Apa yang telah dilakukan oleh otoritas kesehatan sehingga derajat kesehatan warganya begitu buruk? Entahlah.


Yang jelas di negeri ini urusan kesehatan terlalu dibuat 'main-main'. Untuk jadi pasien rawat inap sebuah rumah sakit saja, kita harus punya sejumlah uang--tak peduli miskinnya kondisi kita. Belum lagi dokter yang 'main-mata' dengan perusahaan farmasi, sehingga pasien menjadi kelinci percobaan beragam produk obat --yang mungkin saja-- tak selamanya kita butuhkan.


Aduh, tak nikmat memang jadi pesakitan di negeri ini!!

Senin, 09 Oktober 2006

Beranda T4 Berbagi

http://pepihnugraha.blogspot.com/
Ini blognya kawan dan kakak kelas saya, Pepih Nugraha, wartawan Kompas. Isinya bagus buat yang suka dan sedang belajar menulis. Lumayan bisa 'curi' ilmu dari wartawan top yang satu ini.

Rabu, 04 Oktober 2006

Hati-hati Beli Daging Oplosan


Ya, hati-hati!  Selama ini hanya isu, yang diragukan kebenarannya. Ternyata penjualan daging babi celeng yang dicampur (bahasa kerennya dioplos) dengan daging sapi benar-benar terjadi. Di Bogor, dua orang tersangka penjual daging oplosan celeng dengan sapi ditangkap polisi. Mereka menjual daging celeng yang dilumuri darah sapi di pasar Merdeka Bogor.

Kedua tersangka berdalih menjual barang ilegal itu karena kepepet uang menjelang lebaran. Diduga mereka adalah anggota jaringan pedagang daging oplosan, yang beroperasi di Jabar, Jatim dan Sumatera.


Jadi berhati-hatilah bagi penikmat daging! Jangan sembarang membeli daging sapi di pedagang musiman, karena selain tidak terjamin kebersihannya, ancaman dioplos dengan daging celeng jauh lebih berbahaya. Lebih baik membeli daging di tempat resmi atau pasar swalayan. Karena biasanya pasar swalayan mempunyai standar higienitas dan mutu produk yang jauh terkontrol dibanding pedagang jalanan.


Waduh, makin pusing nih jelang Lebaran ....belum lagi kasus flu burung dan antraks usai. Eh... sekarang menyusul daging oplosan! Jadi vegetarian enak kali ya....?


===


ini kutipan beritanya dari tpi:


"POLISI TANGKAP PENJUAL DAGING CELENG"


TPI, BOGOR// DUA ORANG TERSANGKA PENGOPLOS DAGING CELENG DICAMPUR DAGING SAPI DITANGKAP PETUGAS GABUNGAN POLRES BOGOR DAN DINAS AGROBISNIS/ KOTA BOGOR/ RABU SIANG//  PELAKU MENGAKU BARU TIGA KALI BERJUALAN DAGING OPLOSAN//


----------


M-M/ WARGA DESA BOJONG GEDE/ KABUPATEN BOGOR/ JAWA BARAT/ DAN A-M/ WARGA CARINGIN/ KABUPATEN BOGOR/ DIGELANDANG KE MAPOLRES BOGOR/ KARENA TERTANGKAP BASAH MEMASARKAN DAGING CELENG DIOPLOS SAPI DI PASAR MERDEKA/ RABU SIANG//


PENANGKAPAN INI MERUPAKAN PENGEMBANGAN DARI RAZIA DAGING ILEGAL YANG BERLANGSUNG SELASA MALAM// DARI SAMPEL DAGING YANG POSITIF MENGANDUNG DAGING CELENG/ PETUGAS BERHASIL MEMANCING PELAKU UNTUK  BERTRANSAKSI//


PARA TERSANGKA MENGAKU NEKAT BERJUALAN DAGING OPLOSAN/ KARENA TERDESAK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA// POLISI MASIH MENGEMBANGKAN KASUS INI UNTUK MENGUNGKAP JARINGAN PENGEDAR YANG DIDUGA TERSEBAR DI JAWA BARAT/ JAWA TIMUR/ DAN SUMATERA//
[KONTRIBUTOR TPI BOGOR/ JAWA BARAT]


 

www.istribawel.com

http://istribawel.com/
Blog milik Ninit Yunita, penulis buku best seller, diantaranya Mendadak Dangdut, Heart.

Blognya unik, inspiratif.

Nama blognya pun lucu. Hati-hati jangan tertipu dengan namanya, karena isinya bukan mengenai jenis-jenis istri yang bawel. Halah...

Minggu, 01 Oktober 2006

Baksos Ramadhan MPers 2006

http://srisariningdiyah.multiply.com/calendar/item/10016
Yo ayo, beramal di bulan Ramadhan!
Bagi kawan-kawan yang memiliki kelebihan rejeki, mari berbagi dengan sesama yang kebetulan kurang beruntung.

Mumpung Ramadhan hanya datang setahun sekali, dan bagi siapapun yang beramal di bulan Ramadhan akan beroleh ganjaran yang tiada tara.

Bagi yang punya tenaga silakan bergabung. Bagi yang punya dana, sisihkan sedikit bagi saudara kita.

Dan bagi yang hanya bisa berkirim do'a, do'akan agar acara ini sukses dan adik-adik kita dapat bergembira di hari Raya nanti.

Pawai Ramadhan 2




Masih lanjutan PR1. Pawai ramadhan 2 hari sebelum puasa, kali ini giliran sekolahnya si tengah Nabila. Berbeda dengan saat pawai sekolah masnya, kali ini saya masih bisa mencegat rombongan pawai dan mengambil gambar dengan leluasa. Lantaran rombongan anak TK jalannya lebih lambat dari anak SD, dan rutenya pun lebih singkat.

Berbeda dengan PR-nya Ihsan, kali ini TKIT Al Jihad tempat Nabila bergabung dengan 5 sekolah lainnya yang ada di dalam perumahan. So, kebayang suasananya, riuh rendah, heboh. Bahkan di beberapa ruas jalan jadi macet gara-gara pawai. Wah, pertama kali dalam sejarah Kranggan macet!

Nabila dan juga kawan-2 seusianya cukup senang dan gembira dengan kegiatan ini. Apalagi begitu melihat sang ayah nongol diantara kerumunan massa, hmmm ...sempet-2nya dia narsis di depan kamera.

Tapi jalannya pawai bukan tanpa hambatan. Gangnya Nabila sih sehat wal afiat, tapi beberapa peserta yang lebih kecil dari playgroup banyak yang tumbang dan terpaksa naik mobil sebelum acara usai.

Oya, kalau ada yang bertanya-tanya, kemana sang bunda ya ...kok gak terlibat? hehehe...lagi ngajar di kampus! Cukup lah diwakili sang ayah.

Kamis, 28 September 2006

Pawai Ramadhan1


Anak-anak tapak Suci

Yang tercecer dari kegiatan sambut Ramadhan dari sekolahnya Ihsan, SDIT AL-Ishmah Kranggan, before ramadhan.

Acaranya lumayan seru. Ihsan kelihatan senang meski kelelahan, karena rutenya lumayan jauh..

Sayangnya fotonya Ihsan sedikit, karena babenya gak sempet ikut dari awal acara. Ini juga dibela-belain nyegat di tengah acara, meski ngantuk berat sehabis kerja malam. Apalagi selain moto juga gandeng si bungsu Ninis yang pengen lihat masnya pawai.

Tak apalah, sekali setahun demi anak....

Senin, 25 September 2006

Puasa dan Reward



Ramadhan tahun ini, sejak awal saya dan istri sudah mencanangkan 'cinta' ramadhan bagi tiga bocah kecil kami. Si sulung yang duduk di kelas 3 SD, sudah cukup mengerti apa dan mengapa ramadhan. Bahkan tahun lalu, untuk pertama kalinya Ihsan 'pol' puasanya. Suatu capaian prestasi yang cukup membanggakan bagi si ganteng 002 (baca: kosong-kosong dua; ganteng 001 ? babenya dong!).


Saat lebaran ia dengan bangganya menunjukkan uang 50 ribu yang ia dapat berkat prestasinya itu.


Ibadah dengan reward materi? Mungkin ini kontroversial bagi sebagian orang. Tapi menurut saya tak selamanya salah. Anak-anak memang harus dimotivasi untuk mencapai sesuatu. Bagi si sulung, uang itu sebatas hadiah yang menyenangkan. Toh penggunaan uangnya, juga tetap dalam kontrol kami, ortunya.


Apalagi ini hanya saat ramadhan. Dan nanti setelah ia kami nilai cukup disiplin puasanya, uang akan kami ganti dengan reward lain.


Tahun ini karena sholat 5 waktunya masih agak bolong-2, saya coba lagi dengan cara serupa. Saya buat daftar isian semacam diary sederhana berisi catatan sholat 5 waktu, puasa, mengaji dan shalat tarawihnya. Dia tertarik meski semula cemberut. Alhamdulillah, masuk hari ketiga ramadhan, sholatnya baru bolong 2 kali.


Semoga hari selanjutnya, semangatnya kian panjang, dan ia melakukannya bukan karena ada reward dari sang ayah, tapi 'reward' dari Allah SWT. 


*pic dari google, buku Aku Belajar Puasa terbitan Mizan.

Kenalan Baru

Hi all, ada kawan baru nih, namanya Dewi Cipani, kawan sekerja di kantor saya.


Dia berharap bisa meluaskan jagat pertemanan melalui MP.


Profil-nya bisa dilihat di sini.


Thanks yo..

Senin, 18 September 2006

Eriq Ultah Euy!



Eriq, selebritis MP hari ini ulang tahun!

                                           Selamat bro, semoga tetap semangat!


*foto diambil dari sini.

Minggu, 17 September 2006

Maaf, Mohon Maap!


Kurang dari sepekan menjelang Ramadhan. Sudahkah kita yang muslim bersiap? Ibadah yang hanya satu tahun sekali nan penuh rahmat ini, sayang kalau terlewatkan.


Yang paling utama harus disiapkan adalah hati. Membuka hati yang bersih adalah kunci mengarungi satu bulan penuh tantangan dan berkah ini. Selain hati yang kita bersihkan, persiapan fisik tak kalah penting.


Tahun lalu karena persoalan fisik, saya dengan menyesal harus 'bolong' puasa 5 hari. Menyesal? Sangat. Untuk itu saya berupaya menjaga agar fisik ini tak kedodoran. Apalagi tahun ini saya kembali masuk malam. Semoga tahun ini tak ada halangan merintang.


Mari kawan dan saudara, masuki bulan Ramadhan dengan riang. Mari perbanyak kebaikan dan sedekah.


Untuk itu, saya dan keluarga mengucapkan mohon maaf lahir batin untuk semua yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Semoga kita semua diberi berkah! Ini bukan basa basi, dan bukan ikutan latah maap-nya mpok Minah di Bajaj Bajuri. Semoga puasa saya dan saudara-saudaraku semua diterima Allah SWT.


Amin.

Kamis, 14 September 2006

Tampilan Blog Saya Berubah!

Setelah iseng mengutak-atik, tampilan blog saya akhirnya berubah! Memang belum jadi yang terbaik, dan jangan bandingkan dengan blog MP-ers lainnya yang keren-2. Masih jauh dari sempurna lah!


Tapi, setidaknya ini upaya lumayan, ditengah pengetahuan saya yang minim akan HTML. Tampilan ini saya rombak berkat tutorial beberapa MP-ers, yang memberi tips singkatnya.


Ini bukan akhir dari pencarian saya. Dan kalau nantinya mendapati tampilan blog saya berubah lagi, harap maklum, karena saya masih penasaran! Yuk...

Minggu, 10 September 2006

Tertawa dan Bergoyang

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Parenting & Families
Author:Trish Kuffner
Penerbit: Elex Media Computindo, Jakarta, 2006
Tebal: 232 hal.

Karena tak ingin anak-2 terlalu terpaku dengan TV, video game dan komputer, saya senang mengajak anak-2 kegiatan yang sifatnya fisik. Dan saya senang mencari informasi mengenai hal tersebut. Sebelumnya saya sempat membaca postingan MP-ers Santi Soekanto mengenai kegiatan dengan anak tanpa TV.

Dan akhirnya saya dapatkan buku ini. Buku yang ringan. Sesuai jenisnya "Busy Book Series". Buku ini sebenarnya berisi hal-hal yang sudah kita ketahui sehari-hari.

Penulis hanya mengumpulkan contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua dengan anak-anak balitanya. Semuanya kegiatan fisik. Mengapa fisik? Menurut penulis, meningkatkan kegiatan fisik dan tingkat kebugaran sejak masa kanak-kanak sangat penting. Karena anak yang aktif akan mengembangkan ketrampilan fisik, yang memberi sumbangan pada perkembangan kepribadian, sosial dan emosional.

Yang luar biasa, justru contoh-2 yang dipaparkan oleh penulis. Butuh kesabaran dalam mendokumentasikan kegiatan semacam ini sehingga menjadi sebuah buku. Apalagi penulis juga menambahkan catatan di beberapa aktivitas, termasuk cara pengembangan permainannya.

Aktivitas yang bisa dijalankan bersama sikecil di rumah ini, umumnya membutuhkan partisipasi aktif juga dari ortu. Jadi, saran saya, persiapkan tenaga kita jika hendak mencontoh permainan dari buku ini. Karena kita akan melompat, lari, tengkurap, bergoyang bersama sikecil.

Tapi, konteksnya tetap buat belajar sambil bermain. Beberapa diantaranya sudah saya coba dengan si bungsu Ninis, dan hasilnya ...dia tertawa senang dan bergerak tanpa henti. Sementara saya...terkapar kelelahan!

So far, buku ini menarik buat mereka yang memilki bocah cilik di rumah atau sedang mengajar anak-anak usia pra sekolah. Contoh-contoh permainannya mudah diikuti dan dimengerti. Semuanya ditujukan untuk melatih motorik dan kemampuan verbal. Tapi, ingat tetap dampingi anak saat bermain, karena beberapa contoh permainannya harus dalam pendampingan.


Perempuan di Negeri Beton

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Wina Karnie
Penerbit : Haniya

Buku yang bagus tidak selamanya (harus) mengusung tema besar. Terkadang tema-tema kecil di sekitar kita bisa menjadi menarik saat dituliskan. Apalagi kalau penulisnya bersentuhan langsung dengan apa yang ditulisnya.

Nah, bukunya Wina ini saya golongkan pada hal tadi.

Wina tidak mengusung tema besar dalam kumpulan cerpen ini. Dia hanya memotret kondisi buruh migran indonesia yang berada di negeri beton--Hong Kong. Kebetulan, selain penulis, Wina juga seorang buruh migran. Jadi, kloplah Wina menuliskan dunianya sehari-hari.

Memang bukan cerita orisinal yang dialami Wina sendiri, karena beberapa adalah hasil penelusuran dan curhat para TKI di sana. Tapi membaca buku ini, saya seolah dibawa pada potret penderitaan khas TKI. Entah itu dilecehkan karena profesinya oleh sang majikan. Dilecehkan secara seksual. Atau bahkan (terpaksa) bunuh diri atau dibunuh karena tak kuat menanggung beban hidup.

Ternyata menjadi pahlawan devisa tidaklah mudah! Setidaknya, membaca buku ini kita akan paham, betapa kemiskinan dan kondisi ekonomi membawa mereka --para TKI-- harus berjuang di negeri orang.

Untuk melukiskan penderitaan para buruh migran, Wina saya akui cukup berhasil. Dia berhasil masuk ke persoalan tanpa berniat membela diri. Dari kacamata Wina, meluncurlah kisah mengenai sulitnya beradaptasi dengan budaya Hong Kong, TKI yang terjebak dengan lesbianisme dan akhirnya tewas dibunuh.

Namun dari 12 cerpen Wina, saya paling senang dengan "Perempuan Tua di Jembatan Layang". Kisah ini sangat menyentuh, bercerita mengenai persahabatan seorang TKI dengan nenek tua di kolong jembatan layang HK. Ternyata sang nenek bukanlah tunawisma biasa. Ia menjadi korban tindakan semena-mena anak-2nya.

Ia yang sudah membesarkan ke-6 anaknya hingga menjadi pengusaha sukses, ternyata diujung hidupnya harus tersisih, karena sang anak (dan menantu) enggan menampungnya, lantaran harta warisan sudah dibagi-bagi tak bersisa.

Menolak tinggal di panti jompo, ia memilih menggelandang di jembatan layang. "Nasibnya" berubah hingga bertemu dengan sang TKI, yang kerap menyisihkan sedikit uang atau makanan bagi sang nenek.

Ternyata itu hanya akal-akalan sang nenek untuk menarik perhatian anak-anaknya. Dan akhirnya ia ditemukan kembali oleh anak-2nya yang merasa "malu" ibunya menjadi gelandangan. Kisah ini berakhir dengan permintaan sang Nenek pada si TKI, agar ia menjadi pengasuhnya. Jika si TKI menolak, ia enggan pulang ke rumah anaknya!

Kalau ada yang mengganggu dengan isi buku, mungkin kehadiran cerpen tamu dari Hepi andi bastoni di awal. Kesannya lucu, kok kumcer ada cerpen tamunya. Lalu, siapa tuan rumahnya?


Rabu, 06 September 2006

Catatan Puisi Inong

http://puisi-inong.blogspot.com/
puisi-puisi cantik dari seorang yang belum sempat saya kenal. seorang wanita, ibu dari dua anak yang baru saja berpulang menuju keabadian.

Puasa Ramadhan

Start:     Sep 24, '06 03:00a
Location:     seluruh dunia
Hari pertama puasa

Dapat Kiriman Buku dari Wina


Surprise saat membuka PM dari Wina, MP-ers yang juga TKI di Hong Kong. Akhirnya dia ketemu juga dengan tim liputan TPI yang sedang tugas ke Hong Kong meliput Indonesian Day, hari Minggu lalu. Kaget karena semua serba dadakan. Saya baru ketemu dengan Jajang, reporter TPI yang ke HK dua hari sebelum berangkat. Lalu saya putar otak, saya buat arahan singkat mengenai liputan di negeri-nya Jackie Chan itu.


Karena ada Wina di HK, maka saya kirim PM untuk minta bantuannya. Dua hari kemudian baru PM saya dibalas Wina.


Dan beberapa jam sebelum berangkat ke HK nomor itu saya deliver ke rekan saya. Karena sibuk dengan kerjaan kantor, saya tak sempat mengecek lagi apakah rekan saya bertemu dengan narasumbernya di HK.


Hingga akhirnya sebuah PM dari Wina mengabarkan, ia sudah bertemu rekan saya. Bahkan ia sempat menemani rekan saya jalan-2 di HK. Dan lebih surprise lagi, Wina mengirimi saya oleh-oleh buku kumpulan cerpennya, Perempuan di Negeri Beton. Wah!


Thx ya Wina. Ini semua dimungkinkan oleh MP! Nggak kebayang sebelumnya ini bisa terjadi. Bertemu langsung dengan Wina aja belum pernah.


Sebenarnya ini bukan pertama kali saya manfaatkan jaringan saya di MP untuk keperluan kantor. Sebelumnya dengan Ari dan Nozqa, tim liputan kami juga pernah mendapat bantuan. Dengan Ari bahkan pernah dua kali, kontes robot dan Mother's day. Sementara Nozqa saat liputan pameran komik hasil karya anak-anak LP.


Uniknya, semua itu saya lakukan melalui MP dan teleponan. Karena belum sekalipun saya sempat kopdar dengan kawan-2 MP-ers. Sorry ye...


*ket.foto: wina, diambil dari sini.

Selasa, 05 September 2006

Sekali lagi soal Kematian


Ini masih lanjutan dari postingan sebelumnya. Setelah mendapat kabar duka beruntun akhir-akhir ini, saya berkhayal mendengar kabar baik, apapun itu. Tapi, hingga kemarin, selasa, saya tampaknya masih harus kembali mendengar kabar duka.


Saat masih di studio untuk mengawal siaran pagi, sekitar pukul 05.42, sebuah sms masuk. Saya pikir ini pasti dari bos. Biasanya kalau ada yang gak puas, dia selalu sms saat acara masih on-air. Eh, bukan. Ternyata dari nyonya di rumah. Bunyinya begini "Innalillahi wainalillahi rajiun Bpknya Inge meninggal".


Saya tercekat sebentar, tapi langsung bisa mengendalikan diri. Inna Lillahi.. Tetangga satu gang kami di Kranggan, Ludi Syamsudin dipanggil oleh sang Khalik dalam usia yang cukup muda, 43 tahun. Kematian bagi almarhum dan juga keluarganya, mungkin akan memberi keringanan. Karena selama lebih dari 2 tahun sang ayah diderita sakit berkepanjangan, yang memaksanya keluar masuk rumah sakit.


Duka ini adalah yang ketiga terjadi di gang kami. Sebelumnya tahun 2004, tetangga depan rumah kami dipanggil menghadap Illahi. Kemudian tahun 2005, tetangga sebelah kanan tembok rumah kami. Dan tahun ini di depan kanan rumah kami.


Ada seloroh beberapa rekan, setelah ini bisa jadi giliran si-A, atau si-B. Benar, kita memang menunggu giliran. Tapi seberapa bisa sih manusia meramalkan kematian? Bahkan meski ia ada di depan mata sekalipun? Biarlah kematian masih menjadi rahasia Allah. Saya tak mau dihantui ketakutan tak beradab mengenai kematian.

Sekali lagi soal Kematian


Ini masih lanjutan dari postingan sebelumnya. Setelah mendapat kabar duka beruntun akhir-akhir ini, saya berkhayal mendengar kabar baik, apapun itu. Tapi, hingga kemarin, selasa, saya tampaknya masih harus kembali mendengar kabar duka.


Saat masih di studio untuk mengawal siaran pagi, sekitar pukul 05.42, sebuah sms masuk. Saya pikir ini pasti dari bos. Biasanya kalau ada yang gak puas, dia selalu sms saat acara masih on-air. Eh, bukan. Ternyata dari nyonya di rumah. Bunyinya begini "Innalillahi wainalillahi rajiun Bpknya Inge meninggal".


Saya tercekat sebentar, tapi langsung bisa mengendalikan diri. Inna Lillahi.. Tetangga satu gang kami di Kranggan, Ludi Syamsudin dipanggil oleh sang Khalik dalam usia yang cukup muda, 43 tahun. Kematian bagi almarhum dan juga keluarganya, mungkin akan memberi keringanan. Karena selama lebih dari 2 tahun sang ayah diderita sakit berkepanjangan, yang memaksanya keluar masuk rumah sakit.


Duka ini adalah yang ketiga terjadi di gang kami. Sebelumnya tahun 2004, tetangga depan rumah kami dipanggil menghadap Illahi. Kemudian tahun 2005, tetangga sebelah kanan tembok rumah kami. Dan tahun ini di depan kanan rumah kami.


Ada seloroh beberapa rekan, setelah ini bisa jadi giliran si-A, atau si-B. Benar, kita memang menunggu giliran. Tapi seberapa bisa sih manusia meramalkan kematian? Bahkan meski ia ada di depan mata sekalipun? Biarlah kematian masih menjadi rahasia Allah. Saya tak mau dihantui ketakutan tak beradab mengenai kematian.

Senin, 04 September 2006

Saat Kabar Kematian Menyapa


Belakangan ini berita kematian begitu menyita perhatian saya. Memang sebagian besar bukan orang terdekat saya. Namun siapapun dia, membuat saya merenung mengenai kematian. Ternyata kematian begitu dekat dengan hidup. Bahkan antara kematian dan hidup beda-beda tipis.


 


Dimulai dengan kabar meninggalnya bunda mas Eko yang saya baca hanya beberapa saat setelah ibu saya pulang menginap di rumah kami di Kranggan. Terharu membaca postingan mas Eko. Terharu akan perhatiannya yang sedemikian besar terhadap ibunda, hingga akhir hayatnya. Apakah saya sudah memperhatikan ibu? Menetes air mata saya.


 


Kemudian kabar datang dari Hagi, adik kelas saya di kampus dulu. Kami kebetulan tak pernah bertemu sejak saya lulus tahun 1995 lalu. Tapi belakangan saya dan dia saling ‘jenguk’ di MP. Kematian ibunda Hagi juga menyadarkan saya, betapa kesehatan orang terkasih kita sangat bernilai. Hagi dalam postingannya sempat ‘agak menyesal’ –sorry kalau saya tak salah—mengapa kanker stadium lanjut baru ia ketahui belakangan.


 


Saya katakan melalu PM padanya, tak perlu menyesali yang sudah digariskan ALLAH. Dalam perbincangan by phone sy tak kuasa banyak bercakap, karena begitu emosional ikut merasakan kehilangan dia –ini salah satu kelemahan saya, tak bisa bercakap banyak saat mendengar berita kematian--.


 


Saya jadi teringat ibu yang insya Allah tahun ini akan pergi ke tanah suci untuk berhaji. Ibu saya punya kendala dengan kakinya, rematiknya cukup parah. Bahkan kalau sedang kumat, kakinya bengkak dan tak kuat berjalan. Saya membayangkan bagaimana di tanah suci nanti kalau ibu sakit. Ingin rasanya mendampingi ibu disana…


 


Tapi sabtu lalu saat ibu manasik di asrama haji Pondok Gede, saya lihat meski kelelahan ibu punya semangat luar biasa. Keinginan ibu yang kuat untuk bertamu di rumah Allah, mengalahkan semua kendala kesehatannya. Saya berdo’a semoga di tanah suci nantinya, ibu tak menghadapi kendala apapun.


 


Kemudian hari Jum’at lalu, satu lagi kabar duka menghampiri saya, bunda Inong yang sempat koma karena asma, akhirnya dijemput malaikat maut. Saya tak mengenai dia, bahkan dia bukan pula network saya, tapi saya kerap berkunjung ke situs masaknya. Ah, jadi teringat istri di rumah.


 


Minggu, kabar duka datang dari Nozqa. Bhagol, calon suami yang bakal melamarnya meninggal dunia, dalam usia yang sangat muda. Saya tercenung membayangkan dalam posisi Nozqa, pasti berantakan hati dan pertahanan diri saya.


 


Sebelum kabar dari Nozqa, minggu pagi kabar duka dari kalangan dekat pun mampir, pakde Ariadi –kakak ipar ayah saya-- di Kediri wafat setelah berjuang dengan penyakit strokenya dalam 2 tahun terakhir.  


 


Ah, kematian, ternyata begitu dekat dengan kita. Tak pernah tahu kapan maut bakal menjemput. Sudahkah kita bersiap?

Saat Kabar Kematian Menyapa


Belakangan ini berita kematian begitu menyita perhatian saya. Memang sebagian besar bukan orang terdekat saya. Namun siapapun dia, membuat saya merenung mengenai kematian. Ternyata kematian begitu dekat dengan hidup. Bahkan antara kematian dan hidup beda-beda tipis.


 


Dimulai dengan kabar meninggalnya bunda mas Eko yang saya baca hanya beberapa saat setelah ibu saya pulang menginap di rumah kami di Kranggan. Terharu membaca postingan mas Eko. Terharu akan perhatiannya yang sedemikian besar terhadap ibunda, hingga akhir hayatnya. Apakah saya sudah memperhatikan ibu? Menetes air mata saya.


 


Kemudian kabar datang dari Hagi, adik kelas saya di kampus dulu. Kami kebetulan tak pernah bertemu sejak saya lulus tahun 1995 lalu. Tapi belakangan saya dan dia saling ‘jenguk’ di MP. Kematian ibunda Hagi juga menyadarkan saya, betapa kesehatan orang terkasih kita sangat bernilai. Hagi dalam postingannya sempat ‘agak menyesal’ –sorry kalau saya tak salah—mengapa kanker stadium lanjut baru ia ketahui belakangan.


 


Saya katakan melalu PM padanya, tak perlu menyesali yang sudah digariskan ALLAH. Dalam perbincangan by phone sy tak kuasa banyak bercakap, karena begitu emosional ikut merasakan kehilangan dia –ini salah satu kelemahan saya, tak bisa bercakap banyak saat mendengar berita kematian--.


 


Saya jadi teringat ibu yang insya Allah tahun ini akan pergi ke tanah suci untuk berhaji. Ibu saya punya kendala dengan kakinya, rematiknya cukup parah. Bahkan kalau sedang kumat, kakinya bengkak dan tak kuat berjalan. Saya membayangkan bagaimana di tanah suci nanti kalau ibu sakit. Ingin rasanya mendampingi ibu disana…


 


Tapi sabtu lalu saat ibu manasik di asrama haji Pondok Gede, saya lihat meski kelelahan ibu punya semangat luar biasa. Keinginan ibu yang kuat untuk bertamu di rumah Allah, mengalahkan semua kendala kesehatannya. Saya berdo’a semoga di tanah suci nantinya, ibu tak menghadapi kendala apapun.


 


Kemudian hari Jum’at lalu, satu lagi kabar duka menghampiri saya, bunda Inong yang sempat koma karena asma, akhirnya dijemput malaikat maut. Saya tak mengenai dia, bahkan dia bukan pula network saya, tapi saya kerap berkunjung ke situs masaknya. Ah, jadi teringat istri di rumah.


 


Minggu, kabar duka datang dari Nozqa. Bhagol, calon suami yang bakal melamarnya meninggal dunia, dalam usia yang sangat muda. Saya tercenung membayangkan dalam posisi Nozqa, pasti berantakan hati dan pertahanan diri saya.


 


Sebelum kabar dari Nozqa, minggu pagi kabar duka dari kalangan dekat pun mampir, pakde Ariadi –kakak ipar ayah saya-- di Kediri wafat setelah berjuang dengan penyakit strokenya dalam 2 tahun terakhir.  


 


Ah, kematian, ternyata begitu dekat dengan kita. Tak pernah tahu kapan maut bakal menjemput. Sudahkah kita bersiap?