Jumat, 31 Oktober 2008

Nabila Ikut Audisi Idola Cilik

Hari Kamis (30 Okt) Nabila kesampaian ikut audisi Idola Cilik 2 RCTI. Ini mimpi nabila sejak lama ingin ikut sebuah audisi. Memang dia tak pernah bercita-cita jadi penyanyi, tapi dia bermimpi tampil di sebuah panggung yang dilihat banyak orang.

Saya dan bundanya sebenarnya agak keberatan kalau dia ikutan audisi semacam ini. Bukan ajangnya, tapi lebih pada proses audisi yang melelahkan. Tapi karena dia ngotot pengen ikut, ya sudah. Saya izinkan dengan banyak catatan.


"Kakak nggak boleh bete lho, karena audisinya yang ikut ribuan anak, dari pagi sampai sore." pesan saya. Dia hanya mengangguk kesenangan.

"Jangan nangis ya kalau nggak lolos, karena yang dipilih cuma sedikit dari banyak yang ikut." Lagi-lagi dia hanya mengangguk.

Akhirnya diantar bunda yang rela bolos ke kampus, Nabila pun ikut audisi di gedung Pertamina Simprug, Jakarta Selatan.

Apa yang saya bayangkan ternyata kejadian. Jam 12, bunda sms belum dapat nomor, situasi ricuh, orang saling serobot, Nabila sempat nangis karena kepanasan dan capek. Udah gitu, antriannya panjaaaaaaaaang banget! Situasi memang tak terkendali. Gak keitung lagi berapa yang pingsan dan menangis kepanasan.

Bunda juga sempat melabrak beberapa ibu yang sengaja menyerobot antrian. Bunda memang paling gatel sama orang yang gak teratur, mengambil hak orang yang sudah antri berjam-jam.

Penyelenggara sama sekali nggak antisipatif dengan situasi. Nama besar RCTI gak jaminan proses audisi berjalan rapi dan teratur. Panitia menurut bunda gak profesional. Ketika dikomplain, mereka hanya jawab, "Kami gak nyangka bu pesertanya sebanyak ini. Udah gitu pesertanya pada main serobot nggak bisa diatur!!" Huh deh, kenapa juga bikin audisi yang dipromo di mana-mana. Kalo cuma pengen diikuti 10 orang aja, bikin aja audisi tertutup!

Setelah nunggu sejak pagi, Nabila baru masuk ruang audisi pukul 14.00. Itupun hanya perlu waktu gak kurang dari 10 menit nyanyi refrain lagu Laskar Pelangi.

Meski menyebalkan proses menuju audisinya, tapi bagi Nabila ini menjadi pengalaman tak terlupakan. Kami memang ingin memberi pelajaran bagaimana rasanya berkompetisi bagi Nabila. Dan meski tak lolos, ia cukup bisa mengerti betapa kerasnya sebuah kompetisi.

*gambar diambil dari sini, cover album Idola Cilik 1. bunda nggak sempet moto!

Sabtu, 04 Oktober 2008

Hebohnya Nonton Laskar Pelangi

Nyari film yang 'aman' dan inspiring untuk tontonan keluarga saat ini bisa jadi susah-susah gampang. Bahkan untuk sinetron pun yang paling 'aman' seperti Para Pencari Tuhan, saya masih kurang sreg untuk ngajak nonton anak-anak, karena banyak dialog yang 'sangat dewasa' dan jauh dari nalar anak.

Makanya ketika Laskar Pelangi mulai tayang di bioskop saat puasa, saya sudah gembar-gembor, lebaran nanti kita harus nonton film ini. Alhamdulillah semua anak menyambut dengan sukacita.

Gayung pun bersambut saat kita launch rencana ini ke sepupunya anak-anak. Semua pengen ikutan. Bahkan adik ipar yang lagi mudik lebaran dari Malaysia setuju nraktir kita semua. Hmm..siapa takut!

Akhirnya lebaran hari ke-2 setelah kelar silaturahim, kami ber-12 nobar di Planet Hollywood. Karena membawa 6 bocah cilik, sedari awal kami sudah memperkirakan 'hebohnya' acara nobar ini. Di awal semuanya masih terpaku dengan aksi Ikal dan kawan-2. Sesekali mereka tertawa dan nyeletuk mengomentari keluguan anak-anak Laskar Pelangi.

Masalah muncul di tengah film, 4 dari para kurcaci nggak betah duduk manis. Maka menclok-menclok lah mereka ke bangku yang masih kosong di bagian depan, ketawa-ketiwi, teriak dan...............Ninis -sibungsu kami muntah sodara-sodara!

Meski diwarnai kehebohan, film ini sendiri cukup 'inspiring', memberi semangat untuk siapapun, bahwa dengan perjuangan, hidup bisa diubah. Yang saya kagumi dari film ini, Riri Riza dan timnya berhasil memvisualkan suasana 70-an dengan lumayan detil. Suasana Belitong yang bergerak saat Timah berjaya, atau muram saat timah keok berhasil ditampilkan.

Dari sisi akting, saya kagum dengan Cut Mini yang cukup berhasil membawakan perannya sebagai Bu Muslimah. Selain itu juga anak-anak Belitong yang bermain sangat natural. Ini sebuah bukti bakat tak selamanya ada di kota. Dari pulau terpencil pun ada bakat akting yang luar biasa.

Dan lebih penting dari itu, lewat film ini saya bisa mengenalkan pada anak-anak, "ada Indonesia yang lain", yang anak-anaknya punya semangat luar biasa dalam belajar. Sebuah pembelajaran yang tak saya dapatkan dari sinetron dan film lain yang hanya menjual misteri, cinta dan lelucon vulgar.


*gbr dari laskar pelangi the movie.