Rabu, 06 Desember 2006

The Kite Runner

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Khaled Hosseini
Penerbit Qanita, Bandung, 2006

"...lebih baik disakiti oleh kenyataan daripada dinyamankan oleh kebohongan"

Barangkali apa yang dikatakan tokoh Baba dalam buku ini merupakan refleksi anti kemapanan. Ia bersama anaknya memilih menyingkir keluar negeri di tengah situasi sosial politik yang tak menentu di Afganistan negerinya. Karena tak sepaham dengan rejim yang berkuasa, lebih baik ia menghadapi kenyataan yang pahit sebagai warga imigran di negeri baru.

Tapi apa yang dilakukan Baba--sang ayah, justru kebalikan dengan Amir--sang anak. Ia justru menyimpan 'kebohongan' masa kecilnya hingga dewasa, hanya demi melindungi kenyamanan diri. Amir menyimpan rapat kisah Hassan kawan kecilnya --yang juga anak hazara (pembantu)-- yang sempat 'disodomi' oleh seorang pemuda.

Di kemudian hari, Amir menyesal telah menjadi begitu pengecut saat Hassan disakiti dan tak mampu menolong. Ia juga menyesal (kemudian) karena ternyata Hassan adalah adik tirinya!

Kisah The Kite Runner sendiri memang berputar pada diri Amir dan Hassan. Keduanya dikenal jago mengejar layang-layang, kebiasaan yang sempat mentradisi di Afgan sebelum negeri ini hancur oleh perang saudara. Cukup unik, apalagi dibungkus dengan latar sosial politik Afganistan yang bergolak.

Yang cukup mengejutkan, Khaled Hosseini sang penulis adalah seorang dokter asal Afganistan. Gaya bertuturnya benar-benar mengalir, enak diikuti. Tak salah jika buku ini diganjar sebagai buku best seller oleh New York Times.

Seperti Amir, Khaled juga lari dari negerinya ke Amerika Serikat karena kondisi politik negerinya yang kacau balau. Ia memilih belajar kedokteran dan menetap di California hingga kini.

Kisah berlatar kehidupan Asia dan timur tengah memang menarik. Sebelum ini saya sempat kepincut dengan Jumpa Lahiri--pengarang asal India yang juga imigran di Amerika. Bukunya --Penafsir Kepedihan--benar-benar dahsyat. Saya seperti menjadi seorang India saat membacanya.

Namun berbeda dengan Khaled yang mengurai cerita tentang masa lalunya di Afgan, Jumpa justru banyak mengeksplor benturan budaya India di negeri barunya. Meski berbeda, karya kedua pengarang Asia ini sama-sama mendapat sambutan meriah di Amerika. Dan bukunya pun laris manis.


25 komentar:

  1. Huhuhuhu, belum baca mpe skr, padahal udah dengar sejak setahun lampau, kirimin dong Mas :-)

    BalasHapus
  2. 3,5 bintang dari saya :)
    Novel ini memang lumayan; mampu mengangkat latar belakang hidup yg penuh konflik dan serba susah tanpa harus bernada cengeng. Deskripsi suasana dan kejadian2nya lancar dan menarik, dan kisahnya pun terangkum dengan baik. Yang agak kurang sreg di saya adalah 'kebetulan'2 yg terlalu banyak, yg membuat novel ini jadi kurang 'real'.

    *eta: but, all in all, it's an enjoyable read :D

    BalasHapus
  3. aku suka buku ini... enjoy bacanya
    beda cover ama punyaku

    BalasHapus
  4. Wah ....aku kok enggak tahu ya :-)
    Buku2 kebanyakan "dapur" :-)) lol
    Suwun Cak Udin :-)

    BalasHapus
  5. i think i need to buy this book.. Tenkyu ya atas reviewnya..

    BalasHapus
  6. saya udah baca juga, sampe trenyuh - haru biru bacanya.

    BalasHapus
  7. belum jadi baca,
    belum jadi beli,
    belum jadi minjem :p

    BalasHapus
  8. ntar kucari dulu bukunya di amazon, abis itu kusuruh anakku baca hihihi....

    BalasHapus
  9. Cak udin mau dunk bukunya ;-))
    Ohh ya gimana rasanya jd org india Cak hehhehe ;-P ( Just kidding )

    BalasHapus
  10. lho di Inggris pasti ada versi aslinya kan Ima?

    BalasHapus
  11. saya juga melihat begitu. semula merasa aneh, tp akhirnya maklum. mungkin Khaled belum terbiasa banget nulis fiksi yang kayak gini.
    tp saya kagum dengan gaya berceritanya yang 'aduhai', menurut saya.

    BalasHapus
  12. iya pep, aku lihat di google tiap negara bisa beda bikin covernya.
    di Indo covernya anak kecil bercelana panjang, kalau yang 'diluar' celananya pendek. *penting gak sih bahas celana panjang-pendek?*
    tp bagus kok buku ini! khaled berhasil membius pembacanya.

    BalasHapus
  13. bikin buku aja sekalian mbak, misalnya fiksi tentang selingkuh bawang merah dan bawang bombay!...:D

    BalasHapus
  14. bener Ri, harus baca.
    sastra asia memang menarik, terutama dari dunia ketiga.

    BalasHapus
  15. kalau harus mengkritik, saya kira endingnya gak terlalu bagus.
    kok cuma begitu ya?

    BalasHapus
  16. kau harus baca yun! tapi anakmu juga harus baca, ada pergulatan hidup yang bisa dijadikan cermin.
    betapa hidup itu harus diperjuangkan.

    BalasHapus
  17. terima kasih baca yang terjemahannya :)) hihihihi... aku jadi tersipu-sipu...

    BalasHapus
  18. udha baca 2x ni novel, dan pengen baca lagi. pengennya ni novel lebih panjang deh ;).
    se-7 dengan yang dibilang mas esduren. banyak kebetulan2 di novel ini, meski tak mengurangi keindahan cerita.

    BalasHapus
  19. bener, mestinya ada lanjutannya dee. sy kok pengen tahu gimana kehidupan amir setelah afghan berubah saat ini.

    BalasHapus
  20. udah nonton filmnya?
    bajakannya dah beredar mendahului rilis filmnya...

    BalasHapus