Minggu, 13 Januari 2008

Reuni Unpad

Bagi rekan-rekan alumni Unpad, mungkin ini berguna bagi kalian. Saya hanya bisa meneruskan informasi ini, karena gak bisa ikutan, soale abis cuti euy! Selamat bereuni!! 

Click to enlarge.

Reuni Unpad

Bagi rekan-rekan alumni Unpad, mungkin ini berguna bagi kalian. Saya hanya bisa meneruskan informasi ini, karena gak bisa ikutan, soale abis cuti euy! Selamat bereuni!! 

Click to enlarge.

Reuni Unpad

Bagi rekan-rekan alumni Unpad, mungkin ini berguna bagi kalian. Saya hanya bisa meneruskan informasi ini, karena gak bisa ikutan, soale abis cuti euy! Selamat bereuni!! 

Click to enlarge.

Alhamdulillah Nabila Sudah Sehat

Voila, akhirnya ngempi lagi!

Sepekan yang melelahkan di rumah sakit lewat sudah. Alhamdulillah, Nabila kini sudah sehat. Seperti postingan sebelumnya, putri kedua kami Nabila sakit. Semula kami mengira ia terkena Demam Berdarah. Karena panas tubuhnya naik turun, tubuhnya lemas dan sesekali mengeluh sakit di sekujur badan. Dugaan kami dikuatkan oleh hasil cek darah yang menunjukkan trombositnya rendah, di bawah 200 ribu. Pertama sempat 160 ribu , kedua turun menjadi 148 ribu.

Awalnya sang bunda merasa bisa menangani Nabila di rumah. Tetapi karena kondisinya makin menurun dan lemah, tepat tahun baru 1 januari silam Nabila masuk rumah sakit Melia Cibubur. Di rumah sakit baru ketahuan kalau ia bukan DB, tapi paratyphus plus disentri. Ya, di awal perawatan ia buang air sampai 16 kali sehari!

Setelah analisis feses, dokter Yuni yang menangani mengatakan, banyak bakteri di pencernaan Nabila. Ini salah satu penyebab mengapa ia buang air terus menerus.

Di rumah sakit, panas tubuhnya masih turun naik hingga hari ke-4. Selain itu livernya juga membengkak.

Melihat Nabila hanya bisa tergolek lemas di tempat tidur, saya dan istri hanya bisa sedih memandanginya. Karena saat sehat Nabila adalah anak yang sangat aktif, nyaris tak ada capeknya.

Tak bisa bergerak rupanya membuat Nabila bosan dan lelah. Berkali-kali saya besarkan hatinya, saat melihatnya tersiksa dengan jarum dan selang infus di tangan. Berkali-kali pula ia meraung-raung kesakitan akibat posisi jarum infus yang kurang pas. Melihat ini, saya hanya bisa iba, Kalau saja bisa bertukar posisi, saya akan tukar posisi saya dengannya! 

Ada pelajaran besar bagi Nabila dari peristiwa ini, sejak dirawat praktis ia tak ngemut jari lagi! Selama ini kami sudah lelah membujuk dan mencari beragam cara agar ia meninggalkan kebiasaan buruknya sejak bayi. Rupanya untuk berhenti dari kebiasaan ini harus sakit dulu! 

Beruntung saat Nabila sakit, saya mulai cuti sehingga bisa menemaninya di RS bersama bunda. Tapi di sisi lain sedih juga, karena cuti yang semula saya program untuk menemani anak-anak libur sekolah jadi berantakan.

Untungnya lagi si sulung Ihsan yang masuk 10 besar nilai rapornya di kelas mau mengerti kondisi ini. Alhasil kami banyak melewatkan masa liburan di rumah sakit dan di rumah.

Thx buat teman-teman yang sudah mendoakan kesembuhan Nabila. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.  

Alhamdulillah Nabila Sudah Sehat

Voila, akhirnya ngempi lagi!

Sepekan yang melelahkan di rumah sakit lewat sudah. Alhamdulillah, Nabila kini sudah sehat. Seperti postingan sebelumnya, putri kedua kami Nabila sakit. Semula kami mengira ia terkena Demam Berdarah. Karena panas tubuhnya naik turun, tubuhnya lemas dan sesekali mengeluh sakit di sekujur badan. Dugaan kami dikuatkan oleh hasil cek darah yang menunjukkan trombositnya rendah, di bawah 200 ribu. Pertama sempat 160 ribu , kedua turun menjadi 148 ribu.

Awalnya sang bunda merasa bisa menangani Nabila di rumah. Tetapi karena kondisinya makin menurun dan lemah, tepat tahun baru 1 januari silam Nabila masuk rumah sakit Melia Cibubur. Di rumah sakit baru ketahuan kalau ia bukan DB, tapi paratyphus plus disentri. Ya, di awal perawatan ia buang air sampai 16 kali sehari!

Setelah analisis feses, dokter Yuni yang menangani mengatakan, banyak bakteri di pencernaan Nabila. Ini salah satu penyebab mengapa ia buang air terus menerus.

Di rumah sakit, panas tubuhnya masih turun naik hingga hari ke-4. Selain itu livernya juga membengkak.

Melihat Nabila hanya bisa tergolek lemas di tempat tidur, saya dan istri hanya bisa sedih memandanginya. Karena saat sehat Nabila adalah anak yang sangat aktif, nyaris tak ada capeknya.

Tak bisa bergerak rupanya membuat Nabila bosan dan lelah. Berkali-kali saya besarkan hatinya, saat melihatnya tersiksa dengan jarum dan selang infus di tangan. Berkali-kali pula ia meraung-raung kesakitan akibat posisi jarum infus yang kurang pas. Melihat ini, saya hanya bisa iba, Kalau saja bisa bertukar posisi, saya akan tukar posisi saya dengannya! 

Ada pelajaran besar bagi Nabila dari peristiwa ini, sejak dirawat praktis ia tak ngemut jari lagi! Selama ini kami sudah lelah membujuk dan mencari beragam cara agar ia meninggalkan kebiasaan buruknya sejak bayi. Rupanya untuk berhenti dari kebiasaan ini harus sakit dulu! 

Beruntung saat Nabila sakit, saya mulai cuti sehingga bisa menemaninya di RS bersama bunda. Tapi di sisi lain sedih juga, karena cuti yang semula saya program untuk menemani anak-anak libur sekolah jadi berantakan.

Untungnya lagi si sulung Ihsan yang masuk 10 besar nilai rapornya di kelas mau mengerti kondisi ini. Alhasil kami banyak melewatkan masa liburan di rumah sakit dan di rumah.

Thx buat teman-teman yang sudah mendoakan kesembuhan Nabila. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.  

Alhamdulillah Nabila Sudah Sehat

Voila, akhirnya ngempi lagi!

Sepekan yang melelahkan di rumah sakit lewat sudah. Alhamdulillah, Nabila kini sudah sehat. Seperti postingan sebelumnya, putri kedua kami Nabila sakit. Semula kami mengira ia terkena Demam Berdarah. Karena panas tubuhnya naik turun, tubuhnya lemas dan sesekali mengeluh sakit di sekujur badan. Dugaan kami dikuatkan oleh hasil cek darah yang menunjukkan trombositnya rendah, di bawah 200 ribu. Pertama sempat 160 ribu , kedua turun menjadi 148 ribu.

Awalnya sang bunda merasa bisa menangani Nabila di rumah. Tetapi karena kondisinya makin menurun dan lemah, tepat tahun baru 1 januari silam Nabila masuk rumah sakit Melia Cibubur. Di rumah sakit baru ketahuan kalau ia bukan DB, tapi paratyphus plus disentri. Ya, di awal perawatan ia buang air sampai 16 kali sehari!

Setelah analisis feses, dokter Yuni yang menangani mengatakan, banyak bakteri di pencernaan Nabila. Ini salah satu penyebab mengapa ia buang air terus menerus.

Di rumah sakit, panas tubuhnya masih turun naik hingga hari ke-4. Selain itu livernya juga membengkak.

Melihat Nabila hanya bisa tergolek lemas di tempat tidur, saya dan istri hanya bisa sedih memandanginya. Karena saat sehat Nabila adalah anak yang sangat aktif, nyaris tak ada capeknya.

Tak bisa bergerak rupanya membuat Nabila bosan dan lelah. Berkali-kali saya besarkan hatinya, saat melihatnya tersiksa dengan jarum dan selang infus di tangan. Berkali-kali pula ia meraung-raung kesakitan akibat posisi jarum infus yang kurang pas. Melihat ini, saya hanya bisa iba, Kalau saja bisa bertukar posisi, saya akan tukar posisi saya dengannya! 

Ada pelajaran besar bagi Nabila dari peristiwa ini, sejak dirawat praktis ia tak ngemut jari lagi! Selama ini kami sudah lelah membujuk dan mencari beragam cara agar ia meninggalkan kebiasaan buruknya sejak bayi. Rupanya untuk berhenti dari kebiasaan ini harus sakit dulu! 

Beruntung saat Nabila sakit, saya mulai cuti sehingga bisa menemaninya di RS bersama bunda. Tapi di sisi lain sedih juga, karena cuti yang semula saya program untuk menemani anak-anak libur sekolah jadi berantakan.

Untungnya lagi si sulung Ihsan yang masuk 10 besar nilai rapornya di kelas mau mengerti kondisi ini. Alhasil kami banyak melewatkan masa liburan di rumah sakit dan di rumah.

Thx buat teman-teman yang sudah mendoakan kesembuhan Nabila. Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal.