Senin, 31 Juli 2006

My Mom B'day

Start:     Aug 8, '06 9:00p
Location:     jakarta
Ibu hari ini ulang tahun.

My Mom B'day

Start:     Aug 8, '06 9:00p
Location:     jakarta
Ibu hari ini ulang tahun.

My Mom B'day

Start:     Aug 8, '06 9:00p
Location:     jakarta
Ibu hari ini ulang tahun.

angklung




Alat musik yang juga permainan rakyat Jawa Barat ini dinamakan angklung, terbuat dari bambu.

Di Bandung terdapat atraksi wisata terkenal yang menggunakan angklung sebagai sajian utamanya, namanya saung angklung mang Ujo.

angklung




Alat musik yang juga permainan rakyat Jawa Barat ini dinamakan angklung, terbuat dari bambu.

Di Bandung terdapat atraksi wisata terkenal yang menggunakan angklung sebagai sajian utamanya, namanya saung angklung mang Ujo.

Kamis, 27 Juli 2006

Cerita Tersisa dari Olimpiade Fisika


Cerita tersisa dari Yohanes Surya, pembimbing tim Olimpiade Fisika soal kemenangan tim Indonesia di Singapura beberapa waktu lalu. Ternyata 'Indonesia belum habis'. Semoga kemenangan ini tak melenakan dan jadi cambuk untuk Indonesia lebih baik


 


------------------------------------------


 


Tulisan singkat berikut berasal dari Prof Yohanes Surya.

Hasil ini menunjukkan bangsa kita punya potensi besar untuk sukses di dunia, kita hanya perlu kerja keras untuk mencapai itu.

Beberapa kesan dari Olimpiade Fisika Dunia ke 37 Singapore 2006
1. Waktu upacara pembagian medali, Dutabesar kita duduk disamping para
dutabesar dari berbagai negara seperti filipina, thailand, dsb. Waktu honorable mention disebutkan, ternyata tidak ada siswa Indonesia. Dubes-dubes bertanya pada dubes kita (kalau diterjemahkan) "kok nggak ada siswa Indonesia". Dubes kita tersenyum saja.



Kemudian setelah itu dipanggil satu persatu peraih medali perunggu. Ada yang maju dari filipina, thailand, kazakhtan dsb. Lagi-lagi dubes negara sahabat bertanya "kok nggak ada siswa Indonesia?" Kembali dubes kita tersenyum. Dubes kita menyalami dubes yang siswanya dapat medali perunggu.

Kemudian ketika medali perak disebut, muncul seorang anak kecil (masih SMP) dengan peci sambil mengibarkan bendera kecil, dan namanya diumumkan Muhammad Firmansyah Kasim...dari Indonesia... Saat itu dubes negara sahabat kelihatan bingung, mungkin mereka berpikir "nggak salah nih...". Ketika mereka sadar, mereka langsung mengucapkan selamat pada dubes kita. Tidak lama kemudian dipanggil mereka yang dapat medali emas.


 


Saat itu dubes negara sahabat kaget luar biasa, 4 anak Indonesia maju ke panggung berpeci hitam dengan jas hitam, gagah sekali. Satu persatu maju sambil mengibar-ngibarkan bendera merah putih . Mengesankan dan mengharukan. Semua dubes langsung mengucapkan selamat pada dubes kita sambil berkata bahwa Indonesia hebat.

Tidak stop sampai disitu. ketika diumumkan "the champion of the International physics olympiade XXXVII is......."

"Jonathan Pradhana Mailoa". Semua orang Indonesia bersorak. Bulu kuduk
berdiri, merinding.... Semua orang mulai berdiri, tepuk tangan menggema cukup lama... Standing Ovation....Hampir semua orang Indonesia yang hadir
dalam upacara itu tidak kuasa menahan air mata turun. Air mata kebahagiaan, air mata keharuan.... Air mata kebanggaan sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang besar.....Segala rasa capai dan lelah langsung hilang seketika... sangat mengharukan....

2. Selesai upacara, semua orang menyalami. Orang Kazakhtan memeluk erat-erat sambil berkata "wonderful job..." Orang Malaysia menyalami berkata "You did a great job..." Orang Taiwan bilang :"Now is your turn..." Orang filipina:"amazing..." Orang Israel "excellent
work..." Orang Portugal:"portugal is great in soccer but has to learn physics from Indonesia", Orang Nigeria :"could you come to Nigeria to train our students too?" Orang Australia :"great...." Orang belanda: "you did it!!!" Orang Rusia mengacungkan kedua jempolnya.. Orang Iran memeluk sambil berkata "great wonderful..." 86 negara mengucapkan selamat... Suasananya sangat mengharukan... saya tidak bisa menceritakan dengan kata-kata...

3. Gaung kemenangan Indonesia menggema cukup keras. Seorang prof dari Belgia mengirim sms seperti berikut: Echo of Indonesian Victory has reached Europe! Congratulations to the champions and their coach for these amazing successes! The future looks bright.... Marc Deschamps.

Ya benar kata Prof. Deschamps, kita punya harapan....

Salam
Yohanes



Selasa, 25 Juli 2006

Kabar Gempa dari BMG

Baru saja di tv BMG bikin pengumuman peringatan gempa. Bunyinya kira-kira begini "Telah terjadi gempa 4,9 Skala Richter pk.21.01 WIB, letaknya 202 km barat daya Cilacap Jawa Tengah, dengan kedalaman 33 km. Gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami".


Beda dengan saat percobaan Sabtu malam lalu yang ngeblok layar tv, kali ini pengumuman dipasang di sudut kiri bawah layar tv, dengan ukuran kecil. Sehingga tidak mengganggu kenikmatan menonton tv.

Sabtu, 22 Juli 2006

Peringatan Dini Tsunami

Setelah dua tsunami terjadi di tanah air, Aceh dan Pantai Selatan Jawa, pemerintah baru berfikir keras bagaimana cara memberi peringatan dini tsunami bagi masyarakat. Belakangan, wacana ini begitu kuatnya sehingga nyaris menenggelamkan persoalan penanganan korban tsunami sendiri.


Sabtu malam, saat menyaksikan Grand Final KDI di tv, sekitar pukul 23-an, tiba-tiba tanpa ba-bi-bu ada interupsi "Uji Coba Peringatan Dini Tsunami". Ini pasti kerjaannya kantornya Eriq, Kominfo. Soalnya beberapa hari lalu, Sofyan jalil sempat bilang akan kerjasama dengan media elektronika untuk memberi sinyal peringatan dini tsunami.


Sebagai ujicoba pertama, lumayan lah "ngagetin"! Semoga saat digunakan akan efektif. Tapi sy berharap peringatan ini tidak akan pernah dipakai di negeri ini. Bukan karena tak mendukung kerja keras Kominfo, tapi saya berharap tak ada lagi tsunami di negeri ini. 

Toko Buku Online - KutuKutuBuku.com


http://www.kutukutubuku.com
Satu lagi situs toko buku online. Semua produk di diskon 15 %. Selain buku, juga ada cd pengetahuan umum.

Rabu, 19 Juli 2006

Gempa Oh gempa!

Petang itu, ibukota tak terlalu ramah. Suasana agak mendung setelah seharian panas membara. Baru saja kubasuh tubuh ini dengan air, saat kudengar istriku memekik, “Apa, ada gempa?”.


 


Aku yang tengah asyik di kamar mandi langsung ciut. Gempa? Kapan, kok aku tak merasakan? Seberapa hebatkah ‘goyangannya’? Semula hendak kuselesaikan saja ritus mandiku, tp sudahlah, toh aku tak merasakan gempa, pikirku. Lagipula tanggung baru keramas.


 


Dan pertanyaan itu baru terjawab seusai mandi.


 


Sejumlah tetangga berhamburan keluar rumah, ramai dengan cerita masing-masing.


 


Oh, ternyata gempanya 6,2 skala Richter,  mengguncang Jakarta dan Banten. Pusat gempa memang di selat Sunda, tapi guncangannya sampai di jantung ibukota. Begitu pula di tempat tinggal kami, di Cibubur, Jakarta Timur.



 


Sayang seribu sayang kegemparan mengenai gempa di rumah kami diakhiri dengan meledaknya tangis Nabila, putri kami. Dia ketakutan sangat. Dia anggap gempa ini akan sama dengan yang ia lihat di tv, merusak semua rumah dan bangunan, sehingga kita akan kehilangan rumah. “kakak takut ayah, nanti rumah kakak rusak ….., kakak gak mau rumahnya rusak, nanti kita tinggal dimana?”


 


Aku dan istri hanya bisa membujuk sembari menjelaskan tidak semua gempa merusak seperti di Aceh dan Yogya.


 


Tapi, ada yang bikin kami terperanjat, saat ia katakan pernyataan bernada gugatan, “Kenapa Allah kasih kita gempa?” Nah, lho! Pertanyaan yang kami sendiri tak menyangka bisa keluar dari mulut mungil putri kami.


 


Saya kok jadi sedikit merasa bersalah telah mengenalkan berita bencana dari berbagai media pada putri kami yang baru 5 tahun ini. Ah……

Sabtu, 15 Juli 2006

Museum Gajah




Sebenarnya masih satu rangkaian perjalanan liburan ke monas. Sengaja dipisah. Ini adalah perjalanan pertama bagi Nabila ke museum, jadi dia nggak terlalu enjoy. Malah agak takut dengan suasana museum gajah atawa Museum Nasional, yang letaknya gak jauh dari Monas ini.

Museum Gajah, disebut demikian karena ada patung gajahnya di bagian depan museum. Konon ini adalah hadiah dari raja siam (kini Thailand).

Gedung Museum ini sendiri berdiri tahun 1868.

Sebagai museum utama di ibukota, museum ini memang gak jauh beda keadaannya dengan banyak museum di ibukota, kurang perawatan. Di beberapa bagian gedung kesan magis terasa banget, apalagi pengunjungnya cuma sedikit.

Padahal untuk masuk ke museum ini nggak mahal kok, cuma 750 perak untuk dewasa. Tapi entah mengapa pengunjungnya kebanyakan dari luar kota ya..?

Mestinya Dinas Kebudayaan memberi perhatian lebih pada museum ini, lantaran koleksinya yang lumayan banyak dan unik.

Fotonya memang gak banyak, karena sang bapak kerepotan membujuk Nabila yang terus minta pulang karena takut.

jajanan bandung


http://jajananbandung.blogspot.com/
blog tentang tempat jajanan yang asyik di bandung plus review dari penulisnya. lumayan buat yang kenal bandung, itung-itung nostalgia.

Jumat, 14 Juli 2006

[My Family] Menjadi Sabar Karena Nabila


Pelajaran terbesar sebagai orang tua adalah mengendalikan kesabaran.


 


Sebelum menikah saya termasuk orang yang gak sabaran, cepat naik darah, terutama jika memperdebatkan suatu masalah. Tapi setelah menikah, perlahan saya bisa menata diri dan mulai mengurangi sifat buruk itu. Suka tak suka peran istriku, Ikom  sangat besar. Tapi pelajaran terbesar mengenai kesabaran, justru kudapat dari seorang gadis cilik, bukan WIL saya, tapi putri kedua kami Nabila.


 


Ya, dari Nabila Khairunnisa, nama lengkapnya.


 


Saat Nabila lahir melalui operasi Caesar, 30 Mei 2001 di RSAB Harapan Kita Jakarta, kami berharap ia menjadi perempuan yang kuat, tidak hanya secara fisik, tapi juga mentalnya. Sejak kecil dia cepat mencontoh berbagai hal, entah dari kawan mainnya, masnya, atau lingkungan sekitar kami tinggal di Kranggan.


 


Memang kadang ada kekhawatiran yang muncul dari aksi plagiat Nabila. Biasanya saya atau bundanya  akan meluruskan. Tapi sejauh ini apa yang dicontoh masih bisa ditoleransi.


 


Keuntungannya, dia lebih cepat bicara dan berjalan dari kawan seusianya. Daya tangkapnya pun luar biasa. Mungkin ini ada hubungannya dengan kebiasaan menyanyi dan mendongeng yang kerap kami berikan sebelum tidur. Hampir tiap hari ia minta kami menyanyi dan mendongeng. Bahkan jika sang bunda mengajar dan saya libur, belasan lagu harus saya nyanyikan untuk membuat ia dapat tidur siang.


 


“Ayah …pelangi dong,” pintanya setengah memaksa suatu hari. Lalu meluncurlah semua memori masa kecil dulu tentang lagu yang luar biasa itu, yang mengajarkan anak-anak bersyukur pada ALLAH.


 


Kadang setelah belasan lagu kita nyanyikan dan ayahnya kelelahan, gadis kecil kami ini tak jua terlelap, justru makin ‘bersinar’.:)


 


Tapi, itulah Nabila, selalu ceria. Lelah seharian kerja akan sirna begitu melihat senyum manis dan pipi chubby-nya. “Ayah pulang…..ayah-yah-ayah-yah…yah….”, begitu biasa ia menyambut kedatanganku dari kantor.


 


Sebagai cucu kedua di keluargaku, kehadiran Nabila memang beda dengan masnya. Ia mampu merampas perhatian semua orang, tidak hanya seisi rumah, tapi juga tetangga, kawan di kantor, bahkan orang di mal atau angkot pun kerap mencubit pipinya yang ranum. “Ih, lucu…,” begitu ia biasa ‘dicubiti’ orang.


 


Yang paling menarik dari seorang gadis kami ini adalah sifatnya yang polos, terkadang mengejutkan. Saat ayahnya lelah sepulang kerja dan menghadapi banyak persoalan, biasanya ia menjadi penetral suasana. Emosi yang tengah memuncak akan langsung cair, begitu ia berkata, “Ayah marah ya sama kakak?” Seketika, marah itu pasti langsung buyar. Sejak itu sulit saya meluapkan amarah, jika wajah polos Nabila ada didekat saya. Saya tersadar, tak baik marah di depan anak-anak. Dan emosi pun dapat teredam karenanya.


 


Terima kasih sayang, ayah banyak belajar dari kepolosanmu.

Kamis, 13 Juli 2006

Jalan-Jalan Ke MONAS


Hi Monas, we're coming!

Foto-foto berikut adalah sebagian hasil jalan-jalan ke Monas, Jakarta, 28 Juni 2006. Ceritanya nemenin anak-anak di awal liburannya, padahal bapaknya juga belum pernah nyampe ke puncaknya Monas:)

Kawasan Monas sebenarnya kini lebih tertata. Lebih bersih di lapangannya, pedagang pun cuma diberi tempat di areal parkir. Tapi jangan tanya di areal Monumennya, banyak sampah disana sini. Meski tak banyak tapi cukup mengganggu pemandangan.

Piknik ke Monas ternyata murah. Tiket masuknya untuk dewasa hingga ke puncak tugu cuma Rp. 7.500 bagi dewasa dan Rp. 3.500 untuk anak-anak plus asuransi.

Sialnya kami ke Monas saat libur sekolah, karenanya terpaksa ikut antrian selama 2 jam untuk nunggu giliran naik lift ke puncak monas! Alhasil, kedua bocah saya cukup bete nunggunya. Si sulung Ihsan sih sudah bisa membunuh ke-bete-an dengan membaca komik Doraemon. Tapi, yang tengah, Nabila, terus merengek capek. Lucunya, meski capek dia nolak mundur dari antrian. Penasaran katanya!

Usai ke puncak Monas sebenarnya kami juga ke museum Sejarah Nasional yang ada di Cawan Monas. Sayang karena ruangan gelap, kamera kami nggak terlalu bagus merekam tiap bagian museum.

Kesan saya untuk ruang museumnya Monas, tidak informatif dan tidak menarik. Zaman sudah berubah, tapi diorama Monas dari dulu sampai sekarang masih aja statis begitu. Kenapa gak manfaatkan multimedia ya?