Minggu, 10 September 2006

Tertawa dan Bergoyang

Rating:★★★
Category:Books
Genre: Parenting & Families
Author:Trish Kuffner
Penerbit: Elex Media Computindo, Jakarta, 2006
Tebal: 232 hal.

Karena tak ingin anak-2 terlalu terpaku dengan TV, video game dan komputer, saya senang mengajak anak-2 kegiatan yang sifatnya fisik. Dan saya senang mencari informasi mengenai hal tersebut. Sebelumnya saya sempat membaca postingan MP-ers Santi Soekanto mengenai kegiatan dengan anak tanpa TV.

Dan akhirnya saya dapatkan buku ini. Buku yang ringan. Sesuai jenisnya "Busy Book Series". Buku ini sebenarnya berisi hal-hal yang sudah kita ketahui sehari-hari.

Penulis hanya mengumpulkan contoh kegiatan yang bisa dilakukan orang tua dengan anak-anak balitanya. Semuanya kegiatan fisik. Mengapa fisik? Menurut penulis, meningkatkan kegiatan fisik dan tingkat kebugaran sejak masa kanak-kanak sangat penting. Karena anak yang aktif akan mengembangkan ketrampilan fisik, yang memberi sumbangan pada perkembangan kepribadian, sosial dan emosional.

Yang luar biasa, justru contoh-2 yang dipaparkan oleh penulis. Butuh kesabaran dalam mendokumentasikan kegiatan semacam ini sehingga menjadi sebuah buku. Apalagi penulis juga menambahkan catatan di beberapa aktivitas, termasuk cara pengembangan permainannya.

Aktivitas yang bisa dijalankan bersama sikecil di rumah ini, umumnya membutuhkan partisipasi aktif juga dari ortu. Jadi, saran saya, persiapkan tenaga kita jika hendak mencontoh permainan dari buku ini. Karena kita akan melompat, lari, tengkurap, bergoyang bersama sikecil.

Tapi, konteksnya tetap buat belajar sambil bermain. Beberapa diantaranya sudah saya coba dengan si bungsu Ninis, dan hasilnya ...dia tertawa senang dan bergerak tanpa henti. Sementara saya...terkapar kelelahan!

So far, buku ini menarik buat mereka yang memilki bocah cilik di rumah atau sedang mengajar anak-anak usia pra sekolah. Contoh-contoh permainannya mudah diikuti dan dimengerti. Semuanya ditujukan untuk melatih motorik dan kemampuan verbal. Tapi, ingat tetap dampingi anak saat bermain, karena beberapa contoh permainannya harus dalam pendampingan.


8 komentar:

  1. Kami juga berusaha mengurangi ketergantungan anak thd televisi. Lumayan berhasil, alhamdulillaah...:)
    Tapi memang....butuh kesabaran dan tenaga yang ekstra (karena kami tidak punya pembantu), rumah jadi semacam workshop mereka. Di mana-mana ditempel "hasil karya" mereka, ruangan juga penuh tenda-tenda darurat mereka, dan TIDAK BOLEH DIPINDAHKAN ! Tapi demi membuat anak jadi lebih kreatif, orang tua akhirnya yang sedikit mengalah.

    BalasHapus
  2. Terima kasih, Mas Udin. Nanti saya cari bukunya buat kegiatan ponakan :)

    BalasHapus
  3. bener mbak, ortu memang mesti mengalah. toh usia anak-2 kan cuma sebentar!
    tv memang seperti pedang bermata dua, di satu sisi kita butuh informasi dan hiburan. tapi disisi lain, banyak bahaya yang menghadang.
    saya yang kerja di stasiun tv aja harus ekstra hati-2 melepas anak nonton tv. skrg, sejak saya masuk malam, anak-anak jadi lebih banyak waktu untuk bermain kreatif. resikonya memang istirahat saya berkurang, tapi itu 'harga' yang saya ambil.

    BalasHapus
  4. Aku benci banget sejak tinggal disini Din, anak2 jadi nggak bisa bebas menempel ini dan itu, maklum rumah sewaan, jumlah lubang paku di tembok aja diitung ! Untungnya di sekolah mereka punya banyak kegiatan yang bagus dan merangsang kreativitas dan fisiknya, bahkan naik kuda poni dan kaligrafi cinapun ada...

    BalasHapus
  5. walah kok seketat itu? tapi kan menempel tidak berarti memaku ke tembok yun.
    tapi, seru kok bermain dengan anak itu. tiga anak di rumah mendapat tiga pengalaman berbeda. karena saat si bungsu hadir kan sudah ada dua kakaknya, jadi seru aja mainnya.
    rumah kalau siang sampai sore kayak kapal pecah! sebel sebenarnya, tapi daripada mereka nonton tv, mendingan main bareng!

    BalasHapus
  6. Anakku yang cewek kan sudah hampir 12 th din, jadi udah nggak mau main begituan sama kita. Dia sukanya main komputer, bikin cerpen ato apalah. Paling2 dia main basket ato sepedaan sama adiknya, kalo nggak kita anterin mereka ke kompleks sport biar bebas mainnya. Trimester ini mereka mulai belajar judo dan debat. Nonton TV (kartun aja) di musim sekolah bener2 cuma selingan (itupun harus ijin dulu), karena mereka dah capek banget pulang dari sekolah. Lagipula TV disini mengerikan din, iklan gas aja telanjang, apalagi iklan sabun..weleh..weleh...

    BalasHapus
  7. waduh,, lom punya anak neh hahhaaahhahah

    BalasHapus
  8. tapi gak salah kok Wina baca buku ini. bisa dipraktekkan saat punya anak, atau bisa bahan bermain bareng ponakan atau di kelompok bermain.

    BalasHapus