Rabu, 10 Mei 2006

Penulis Waria

Sorry, mungkin ini posting-an gak penting!


Rabu malam di trans tv, Lepas Malam menghadirkan topik soal waria. Ada tiga tamu yang hadir, desainer, konsultan nutrisi dan penulis. Penulis waria itu namanya Shuniya. Dia sudah nerbitin buku "Jangan Lepas Jilbabmu". Dia memang penulis waria berjilbab, sudah menggunakan jilbab sejak berusia 18 tahun, kini dia 24 tahun.


Yang unik saat dengar pernyataannya mengapa dia memilih jalur yang berbeda dengan waria pada umumnya. Jika yang lain pada mengumbar "kemolekan" tubuhnya, tapi dia justru milih menutup rapat tubuhnya. Katanya, itulah pilihan hidupnya.


Ada yang pernah baca bukunya? yukkk....


 

33 komentar:

  1. bisa dilihatin cover bukunya disini oom?
    saya tertarik nih kayaknya...

    waria berjilbab...

    BalasHapus
  2. niat yang bagus mengungkap-tampilkan hal ihwal yang menggelitik hati insani tentang sesama makhluk ciptaan illahi. saling berbagi saling menghargai selayaknya.
    (kohar)

    BalasHapus
  3. kasian ya ... anyway, disebutkan gak alasannya kenapa dia jadi waria?

    BalasHapus
  4. shuniya ini kan anak ugm angkatan 98, jurusan sosiatri, dia lulus cumlaude lho. dia memang transeksual dari sononya, dan dia tidak mau memungkiri hal itu. jiwa seorang perempuan terperangkap dalam tubuh seorang pria. what can I say... aku dulu pernah lihat resensinya, ntar aku cariin deh.

    BalasHapus
  5. di dunia ini ada juga ciptaan tuhan yang tak sesuai kodratnya. makanya lahir fenomena anomali, mungkin bisa disebut teori chaos. salah satunya terjadi pada fenomena transeksual.

    biarpun tampangnya sangar, dengan tangan berbulu dan wajah brewokan, tapi kalau hati dan gesture tubuhnya lembut mau dibilang apa? memang sudah begitu dari sananya...

    BalasHapus
  6. Belum baca. Tapi kayaknya menarik, ya?

    BalasHapus
  7. atau sebaliknya ... wajahnya ayu, lembut ... tapi hatinya sangar dan gesture tubuhnya kasar :))

    BalasHapus
  8. pertanyaan berikutnya, dia mencintai lelaki atau wanita?

    BalasHapus
  9. cowok berhati lembut dan bertutur kata halus kan gak serta merta harus merubah dirinya jadi waria, kan?

    sekarang yang lagi tren kan androgini ... cowok yang punya perasaan halus, atau cewek yang punya jiwa tegas ...

    atau cowok2 metroseksual ...
    cowok2 dengan penampilan yang wangi dan modis, sopan dan menarik hati wanita

    lupakan era cowok itu harus sangar dan kasar :)

    BalasHapus
  10. jadi masuk kategori yang mana mas wikan? metroseksual kah?

    BalasHapus
  11. itulah masalahnya... mestinya produser lepas malam sudah survey dulu sebelumnya, kalau tamunya penulis ya dibawain contoh bukunya gitu. Mungkin Shuniya sendiri mau nimbrung di forum ini?

    BalasHapus
  12. iya mas, saya penasaran. udah searching di mana-mana gak ketemu.

    BalasHapus
  13. tapi kayaknya mereka enjoy aja tuh dengan keberadaan mereka. kalau shuniya mengaku dia dari dulu perempuan yang terperangkap dalam raga lelaki! nah, lho!

    BalasHapus
  14. aku pernah baca bukunya...numpang baca doang sih, tapi bener-bener ceritanya seputar kehidupan diri Shunniya...Habibillah itu (nama tengahnya lupa)

    BalasHapus
  15. http://skmbulaksumur.ugm.ac.id/edisi.html?edisi=2&rubrik=poepl

    Jalan Pembuktian
    Ini bukan keinginannya, bukan pula mimpi yang semenjak kecil didambakannya. Mungkin ini hanya sepenggal jalan hidup yang harus ia lewati.

    Parasnya ayu. Tidak ada tanda-tanda kalau wanita ini adalah satu dari sekian banyak penyandang predikat transeksual. Jilbabnya rapi menjuntai menambah yakin bahwa sosok ini memanglah wanita seutuhnya. Namun kenyataannya, dialah Shuniyya. Waria itu.

    Usai seharian meladeni keingintahuan para wartawan mengenai keberadaannya, Shuniyya memanjakan diri dengan beristirahat sejenak sembari melumurkan masker di mukanya yang sedari pagi sudah kaku karena kelelahan. Meskipun begitu sikapnya tetap saja ramah dan tak secuilpun letih tergambar di wajahnya. Sambil asyik membenahi jilbab, pemilik nama lengkap Shuniyya Ruhama Habliballah ini tetap ramah meladeni pertanyaan tim Bulpos yang datang sore itu.

    Merasa Berbeda

    Cerita dimulai saat Shuniyya masih kecil. “Kata bapakku, sejak usia 2 tahun aku sudah tidak mau pakai celana. Bahkan menginjak empat tahun aku nggak mau berangkat ke sekolah kalau tidak memakai bedak. Bayangin aja,” kenangnya santai. Mulai saat itu banyak teman-teman Shuniyya yang mengatakan dia banci. Hal ini membuat Shuniyya membuka mata, menyadari keadaannya yang berbeda dengan anak seusianya.

    Menginjak usia remaja perbedaan itu semakin dirasakan Shuniyya. “Aku tidak bisa menampiknya, mungkin ini jalan hidupku,” katanya. Mulanya orang tua Shuniyya mengira Shuniyya hanya mencari perhatian. Tapi semakin dirasakannya perbedaan itu membuat Shuniyya berani menceritakan keadaannya yang sebenarnya kepada keluarganya. “Awalnya sih Bapak marah, tapi aku coba berdiskusi, menjelaskan dengan logika. Akhirnya mereka mau menerimaku,” tutur waria yang juga dekat dengan kedua adik perempuannya itu.

    Shuniyya terlihat amat bangga menuturkan rangkaian peristiwa yang mungkin bagi sebagian orang menyedihkan. Misalnya, dia pernah hampir berkelahi karena ada yang mengatakan Shuniyya mengalami kelainan jiwa. Sempat pula dia dipaksa membuka jilbabnya ketika pengembalian formulir UMPTN karena di dalamnya menyatakan bahwa dia laki-laki. Namun sekali lagi berkat keramahan dan keuletannya Shuniyya berhasil mendapat tempat di sekitar teman-temannya, bahkan tempat itu istimewa karena dia berbeda.

    Ekspresi lewat buku

    Shuniyya dalam hati kecilnya selalu berharap semua waria mendapatkan hak yang sama baik itu di bidang politik, ekonomi, hingga hukum.

    Salah satu cara yang digunakannya untuk mengekspresikan aspirasi dan perasaan kaumnya tersebut adalah dengan menulis buku. Di awal tahun 2005 kemarin, Shunniya meluncurkan sebuah buku yang berjudul “Jangan Lepas Jilbabku”. Lewat buku itu Shunniya berusaha menggambarkan suka duka kehidupan kaum waria di tengah budaya masyarakat yang menganggapnya berbeda.

    Dengan buku itu ia juga berharap masyarakat mau melihat lebih dekat bahwa selama ini anggapan bahwa waria itu oversex seutuhnya tidak benar, justru kebanyakan dari mereka mengalami kekerasan seks dan tidak ada hukum yang melindungi mereka. Sebagian waria (seperti dirinya) tidak terobsesi untuk menjajakan diri, Masih ada waria yang hidup baik-baik, bahkan lebih baik dari orang yang normal.

    “Pernah sesekali aku ditawar orang. Aku sakit hati, tapi aku nggak membenci mereka, justru aku tersenyum kuharap mereka sadar bahwa waria yang dihadapinya ini berbeda,” ujar penyandang cumlaude dengan IPK 3,56 dengan masa kelulusan hanya 3 tahun 2 bulan ini.

    Kini buku yang bertajuk “Jangan Lepas Jilbabku” ini sedang gencar-gencarnya dipromosikan dan hal itu menambah kesibukan Shuniyya selain pekerjaan sehari-harinya, menulis. Dengan ini Shuniyya telah membuktikan bahwa tidak semua waria negatif seperti yang orang pikirkan.

    BalasHapus
  16. http://www.suaramerdeka.com/harian/0505/11/kot17.htm

    Waria pun Berhak Jatuh Cinta

    TAWA beberapa pria pecah ketika salah satu dari tiga wanita di depan ruangan melontarkan gurauan. ''Bisa menjadi wanita adalah anugerah terindah yang pernah kumiliki,'' ujar salah seorang wanita tersebut sambil menirukan lagu Sheila On 7.

    Lho bukankah mereka juga wanita? Dua dari tiga ''wanita'' itu adalah waria. Keduanya adalah Merlyn Sopjan dan Shuniyya Ruhama Habiiballah.

    Siang itu, keduanya sedang menjadi pembicara bedah buku bertajuk Tiga Waria Menguak Takdir terbitan Galang Press Yogyakarta, Sabtu (7/8) di lantai III toko buku Gramedia Pandanaran.

    Pengakuan kedua waria yang dituangkan dalam buku itu mengundang decak kagum pengunjung. Menarik, tapi tragis.

    Merlyn, penulis Jangan Lihat Kelaminku!, malah sempat dianugerahi gelar doktor honoris causa (HC) dari Nothern California Global University Amerika karena keterlibatannya sebagai aktivis pencegahan penyakit mematikan, HIV/AIDS.

    Dalam bukunya, Merlyn mengisahkan kesaksian sekaligus perjuangan hidupnya di tengah gunjingan sebagian masyarakat yang masih memandang miring kaumnya.

    Layaknya wanita pada umumnya, kata dia, waria pun berhak jatuh cinta dan menangis.

    Seperti penggalan kisah ketika mengharuskannya pisah dengan sang kekasih, Nino.

    "27 Agustus, 23.34 WIB, baru saja kutulis surat untuk Nino, Diary.. Kuakhiri segala yang ada antara kami, karena keadaan telah berubah. Karena memang cinta tak harus memiliki. Biar menjadi kenangan".

    Tak berbeda dengan Merlyn, Shuniyya, seorang waria muslimah mengisahkan, menjadi seorang waria sangatlah berat. Sebab, sering dikucilkan, dilecehkan, dan dianggap tak normal itu sudah menjadi bagian perjalanan hidupnya.

    Lewat buku Jangan Lepas Jilbabku!, sarjana sosiologi UGM itu mencoba menguak kenistaan yang disandang para waria. Meski acaranya berjudul Tiga Waria Menguak Tabir, seorang pembicara lagi ternyata adalah wanita asli. Dia adalah Zunly Nadia, mahasiswi pascasarjana UGM. (Fahmi ZM-54n)

    BalasHapus

  17. resensi dan berbagai buku buku lain ttg transeksual ada di http://www.gayanusantara.org/resensi.html

    BalasHapus
  18. thx mas atas infonya! Nggak nyangka ternyata kaum waria pun punya prestasi yang hebat. selama ini saya hanya tau mereka ada di salon-2, taman lawang, dan jadi becandaan di dunia hiburan kita. terlepas keberadaannya dari sisi agama, atas prestasi intelektualnya saya angkat topi. karena bagi yang 'normal' aja sulit. mereka yang menghadapi beragam tudingan dan stigma negatif aja bisa berprestasi, bagaimana dengan yang normal?

    BalasHapus
  19. taman lawang? jd ingat humor rambut jatuh

    BalasHapus
  20. Baca aja jurnalku,...ghehejhehehehe

    BalasHapus
  21. Oh yang "kena gigi uang kembali" hehehehehehehe

    BalasHapus
  22. Waaah..bingung saya kalo liat waria yg begini mas..Hanya ALlah aja yg maha tahu..
    tapi saya baru tau nih mas, kalo ada lagi waria yg berjilbab, sebelumnya saya mah taunya Dorce aja ;)

    BalasHapus
  23. kalau 'bunda' dorce saya no comment dah! saya kaget setelah tahu dari MP ternyata Shuniya selain berjilbab, dia cukup cerdas, dan pengetahuan agamanya lumayan bagus. Jarang-2 lho waria seperti ini, dia mo ngubah image bahwa tak semua waria 'jualan' di jalan. Baca juga jurnalnya Bambang Priantono tentang dia. Benar, hanya ALLAH yang bisa menilai ...

    BalasHapus
  24. sebenarnya banyak lagi yang seperti itu, tapi seperti biasa kita yang beragama, selalu menghakimi sebelum mengenali mereka. banyak tuh yg terpaksa bersembunyi, atau jadi pemberontak, dan jadi tersesat.

    di milis wm, sempat teman yang pakai id natanobelix yang kisahnya mirip mirip shuniyya. anak itb, dari keluarga santri. tetap lurus kok hidupnya, tapi ya itu, dia gak bsia menipu diri sendiri aklau dia memang berbeda. temanku, akhwat di s'pore yg dari itb juga, terkaget kaget, karena dia juga kenal si natanobelix ini. dan sangat gak nyangka. meski dulu sempat rada rada curious ama natanobelix yang manis, lembut (cewek) tapi bergaya tomboy ini.

    BalasHapus
  25. saya rasa bukan saja yang beragama dan bukan semua yang beragama menghukumi/memandang negatif terhadap mereka..di seluruh dunia .
    misalnya saja di negri yang lebih terbuka/netral seperti di eropa juga ada saja yang memandang seperti ini..apalgi di negri yang sebagian luas penduduknya rajin sembahyang seperti di indonesia..
    saya rasa seperti ini kita tak boleh menyalahkan orang/kaum yang beragama karna masalah seperti ini bertentangan juga dengan ilmu agama..kalau di lihat dari segi agama2 seperti islam,kristen,dll.
    kalau di lihat dari segi kemanusian/sosial/toleransi/respek/dll memang kita harus juga
    memberikan kesempatan/menerima kelainan2 yang ada pada sesama manusia apa saja beda dan bentuknya dan tak adil jika kita mengutuk/mengecilkan mereka.
    saya rasa sebenarnya kita kalau sudah dari S.D di sekolahan di ajari ilmu biologi dan sosial yang baik,kita bakalan bisa mengimbanginya dengan ilmu agama kita masing2 sehingga pasti ada saja jalan keluarnya ..yang baik juga buat seluruh manusia yang mempunyai kelainan kelainan ini entah bentuk/bedanya atau agamanya.
    terutama media dan politik yang mempunyai peranan utama itu dalam kehidupan lingkungan, sebenarnya harus juga berikan perhatian/news masalah ini dengan luas juga seperti berita2 lainya.
    kalau orang mengetahui yang mana ini normal dan ada di sekeling kita,mereka juga akan dapat memahaminya/mengerti walau prisipnya mungkin dalam hati masih bilang ini tak normal. yang pentingkan bisa dalam praktek sehari harinya menyesuaikannya tanpa menghukumnya.
    nah inilah (menurut saya lho..) yang akan membuat dunia jadi tak ada perang lagi karna manusianya mengetahui respek/memaklumi dan paham terhadap sesama manusianya.
    dan bisa hidup bersama dengan orang lain yang lain jenis kelaminannya,jenis agamanya,jenis warna kulitnya,jenis tradisionilnya,dll...
    saya rasa semua orang yang beragama mau ini juga,begitu pula nabi2nya.
    tidak ada satupun nabi yang mengajari kejelekan,hanya sayang banyak yang salah menterjemahkannya ke arah negatif....dan orang seperti ini biasanya yang munafik/arogant menganggap dia yang ganti nabinya dan malah menghancurkan nama baik agamanya dan ajaran baik nabi2nya. amin.

    BalasHapus
  26. Udah mas Udin aku dah baca juga bbrp hari yg lalu :)
    makaish yaa

    BalasHapus
  27. Dalam Alkitab dan AlQuran ; ALLAH menghukum kaum nabi Luth karena susah sekali untuk berubah mencintai lawan jenis - mereka lebih menyukai cinta sejenis.
    Dalam cerita Yunani ; Narcisus tewas tenggelam di kolam air karena menolak cinta seorang wanita dan lebih mencintai dirinya sendiri.
    Saya tidak menghujat ; tidak juga menyalahkan mengenai waria - tapi saya tidak ingin terlibat dengan mereka (baik yang jualan tubuh ataupun yang berbuat baik seperti mereka yang banyak diulas disini).

    BalasHapus
  28. Maaf teman-teman, kita harus bisa melihat sikon. Waria juga manusia. Mereka memiliki kehidupan sebagaimana kita. Mereka memiliki harapan kedepan sebagaimana kita. Mereka juga memiliki kasih-sayang sebagaimana kita. mereka juga memiliki pikiran sebagaimana kita. mereka memiliki semua yang kita punya. Tidak ada beda. mereka hanya belum tahu apa yang salah pada mereka. Bagaimana solusi masalah tersebut. dan siapakah orang yang mampu menyertai mereka demi perubahan tersebut. mereka dan kita semua harus saling membantu dalam merumuskan tujuan hidup. aturan-aturan kehidupan. dan perlunya pengorbanan dalam menjalankan proses perubahan tersebut. salam sahabat.
    my.opera.com/joozuzuzu

    BalasHapus
  29. o iya, mohon maaf atas segala kebodohan diri saya dalam ketikan yang naif ini...oke?
    salam sahabat selalu.

    BalasHapus
  30. Kebohongan Asal Virus HIV/AIDS

    Selama ini, buku, artikel, maupun leaflet tentang AIDS menyatakan bahwa virus HIV berasal dari simpanse atau kera dari Afrika. Ternyata semua itu hanyalah propaganda dari pihak-pihak tertentu untuk menutupi fakta yang sebenarnya bahwa penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada komunitas homoseksual di San Fransisco, Amerika Serikat tahun 1980. Ada pihak-pihak tertentu di Amerika Serikat yang telah memanipulasi informasi ini. Mereka membuat propaganda yang mengatasnamakan penelitian ilmiah bahwa virus HIV/AIDS berasal dari Afrika. Padahal, merebaknya AIDS menunjukkan kebobrokan perilaku sebagian besar warga AS yang tak bisa ditangani pemerintah secara baik.

    Kegagalan Kondomisasi di Amerika Serikat

    Kenapa dengan kondom?

    Kondom masih menularkan HIV/AIDS, karena virus itu bisa menembus pori-pori kondom. Penelitian di Amerika dan Afrika membuktikan hal ini. Di Amerika juga terjadi kegagalan program kondom untuk menanggulangi AIDS karena orang yang memakai kondom masih tertular AIDS. Akhirnya, kondom tak boleh dikampanyekan lagi di Amerika Serikat.

    Apa faktanya?

    H. Jafe dari Pusat Pengendalian Penyakit Amerika Serikat atau United State of Disease Control (US CDC) menyatakan bahwa kondomisasi yang dilaksanakan sejak 1982 mengalami kegagalan. Evaluasi yang dilakukan tahun 1995 sangat mengejutkan, ternyata kematian akibat AIDS menduduki peringkat pertama, menggeser penyakit jantung dan kanker di Amerika Serikat.

    Mengapa terjadi demikian?

    Pertama, kampanye kondom makin mendekatkan orang untuk berbuat zina (seks bebas dan pelacuran), karena merasa aman dari bahaya penyakit kelamin termasuk AIDS. Akibatnya, frekuensi perzinaan bertambah. Dengan kata lain, kampanye kondom menjerumuskan orang pada perzinaan, sehingga resiko tertular AIDS semakin besar.

    Kedua, kondom memiliki pori-pori dan cacat mikroskopis (pinholes). Kondom memiliki pori-pori 1/60 mikron dalam keadaan tidak meregang, jika meregang pori-pori akan membesar. Kondom juga memiliki 32.000 cacat mikroskopis dan tingkat kebocoran 30%. Sementara itu, ukuran virus HIV 1/250 mikron. Jauh lebih kecil ketimbang pori-pori kondom. Akibatnya, kondom tak 100% aman untuk mencegah AIDS dan penyakit kelamin lainnya.

    Karenanya, pakar AIDS dari Harvard AIDS Institute, Amerika Serikat, J. Mann sejak tahun 1995, tak lagi menganjurkan program kondomisasi. Rekomendasi ini diikuti pakar lainnya dan pemerintah Amerika Serikat hingga sekarang. Ironisnya, di negeri kita justru dikampanyekan.

    Cara efektif menanggulangi AIDS?

    Pertama, tidak melakukan perzinaan (seks bebas, perselingkuhan, pelacuran, homoseksual, dan penyimpanagn psikoseksual lainnya). Kedua, melakukan transfusi darah dan jarum suntik yang tidak tercemar HIV/AIDS.

    (Sumber; SABILI No.19 Th.XIV)

    BalasHapus
  31. Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Adz Dzaariyaat: 49).

    .. dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita (An Najm: 45)

    dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan (An Naba: 8)

    Mereka para syuhada, baik wanita maupun pria bersama sama berjuang gagah berani mengorbankan darah & nyawa namun tidak ada satupun dari mereka berjenis kelamin "waria".
    Harapan mereka : Jadikan Negara Indonesia Beragama, Bebas & Merdeka, Berdaulat, Terhormat, Adil dan Makmur namun Jangan kita jadikan "Negara Waria Indonesia".
    Mari kita pelajari agama & sejarah dengan benar...

    BalasHapus
  32. yup. menjadi waria adalah kesalahan fatal. kalau kemudian waria itu berprestasi, hebat, pinter nulis, pinter nyanyi, baik hati, bikin yayasan, menyumbang sana sini, itu semua tidak menghapus aturan Islam, bahwa waria adalah sesuatu yg dilaknat Allah. kalau logika nya adalah waria juga manusia dan hanya taqwalah yg bisa membedakan seorang manusia dgn mansuia lainnya, maka, kita juga harus bisa menerima koruptor yg baik hati, yg dermawan, atau pemerkosa atau pembunuh atau penjahat yang pinter nulis, yg pinter nyanyi, punya yayasan yatim piatu, mengangkat anak..... hmmm. sesuatu yg batil jangan lah di campur adukkan dgn yg haq.

    BalasHapus