Selasa, 09 Mei 2006

Pak Harto

Jenderal tua itu kabarnya tengah terbaring sakit di RS Pertamina.


Setelah tampil percaya diri saat cucunya menikah beberapa saat lalu, pekan lalu ia kembali masuk rumah sakit, dan hari minggu dioperasi saluran cernanya. Apa yang menarik dari kabar "Pak Harto"? Ia sakit saat kejaksaan tengah mengupayakan dibukanya kembali kasus dugaan korupsi yang dituduhkan padanya.


Capek sebenarnya mengikuti kasus "Pak Harto" ini. Bukan apa-apa, sekian tahun kontroversi terus mengiringi kasus ini. Apa begitu susahnya pembuktian dugaan korupsi di negeri ini? Kasus ini malah menimbulkan bisik-bisik dugaan adanya kolusi baru, entah dengan dalih menutupi bukti-bukti korupsi, hingga pemalsuan kondisi kesehatan mantan penguasa orde baru.


Kuncinya, tak ada kemauan politik yang kuat, sehingga kasus ini tak pernah tuntas. Coba hitung sudah berapa jaksa agung berganti, sudah berapa presiden berubah? Tapi, apa yang didapat dari kasus ini? Nol besar!


Yang lebih parah, persoalan ini dijadikan komoditas politik, sekedar penarik massa.


Kalau dulu, saat 'bapak pembangunan' baru lengser banyak tokoh alergi berdekatan dengan beliau. Tapi, kini? Semua berbalik. Bahkan konyolnya, belakangan berdiri kelompok pecinta Suharto.


Usulan menarik dilontarkan MPR rabu siang. Kata ustad Hidayat Nurwahid, sudahlah pak Harto minta maaf saja pada rakyat, selesai!


Selesai? Huh!


 


 

10 komentar:

  1. coba bandingkan dengan kasus jendral agusto pinochet de santiago chili.
    cukup menarik juga.

    BalasHapus
  2. kasusnya serupa?

    ..soal pak harto, kemarin saya baca di koran (NewYorkPost) bagian internasional, pak harto masuk rumah sakit lagi, terus di korannya juga dibelakang nama pak harto ada gelar-indonesian dictator... klo ada waktu nanti saya upload kesini korannya. =]

    BalasHapus
  3. serupa agusto?
    serupa moboetoe soekaseko kongo?
    serupa sigihmanreh korea?
    serupa ngosdin diem vietnem?
    serupa syahtyran iraniana?
    serupa batis ta kuba na ?
    serupa noreh ga pana ma?
    klo gak syak rupa syakbangsa na, ngkali!

    btw: klo da wakto posting dah kliping nyp-nya, atuh!
    mangga.

    (cecep)

    BalasHapus
  4. emang pak harto mau minta maaf gitu?
    bilang pak harto, "salah apa saya?"

    BalasHapus
  5. ya ampun... kang.

    ini nama orang betulan atau karakter komik? pakai segala dipelesetin. kayak herge aja waktu bikin "penerbangan 714". di sana sang tokoh antagonis merekrut teroris lokal yang berkebangsaan sondonesia. mudah-mudahan bukan pelesetan dari sunda dan indonesia... hahahhaa... bisaan wae nya' si akang remi.

    BalasHapus
  6. bedanya pinochet dan pak harto:
    pinochet boke! pemerintahannya yang sekarang ini gak bisa cari uang dari dompetnya,malah bayar untuk mengadilinya dan jaga keselamatannya.
    mereka lagi nunggu saja sampai dia mati sendiri karena kesehatan dan umurnya.
    dia cuma jadi simbol korupsi dan diktator.
    tapi kalau pak harto justru sebaliknya,pemerintah lagi justru berusaha menyelamatinya agar bisa di usut terus dimana dompet dompetnya itu yang berisi jutaan dollar. secara rahasia lagi kompromis sampai pak harto atau familienya bersedia menukar kebebasannya dengan money......sweet money....
    yakin deh ..dia gak bakal di hukum sampai kapan saja!
    apalgi kalau mengingat pendukungnya yang masih banyak aktif di pemerintahan,ini bisa bikin repot juga lho....dan saya rasa pemerintahan yang sekarang ini yang juga lagi repot dengan ini-itu mana mau sih di tambahin kerepotan lagi yang malah nantinya tambah bikin otak jadi pusing lagi....

    BalasHapus
  7. jelpin! jeli pinter sekeon -- komen-nya bisa diurailebar jadi buku!

    alhasil meski sudah "lengser keprabon" tapi kisah-kisahnya masih berkelanjutan, tah? kayak cerber alias lelakon berkesinambungan lantaran barisan sekalian saranya masih panjang berkepanjangan pula -- termasuk budaya tangan-panjangnya alias pencopet gadang tersebut koruptor?

    wah!

    BalasHapus
  8. thx semua. by the way, gosipin 'babe' gak berarti menentang pancasila kan? hehehe...

    BalasHapus
  9. semoga lekas sembuh pak (halah)..

    BalasHapus
  10. sungguh naif kalau kita mengingkari pertumbuhan dan stabilitas ekonomi di bawah orde baru. Demokrasi, buang buang uang, dan bikin konflik terus

    BalasHapus