Kamis, 13 April 2006

[my family] Ihsaan, si sulung



belum terlalu lama saya masuki dunia MP. mungkin belum banyak pula yang kenal siapa saya, lelaki dengan satu istri dan 3 anak. kali ini saya akan cerita mengenai ihsan, si sulung. saya janji akan menyusulkan cerita mengenai 2 putri yang lain, dan tentunya my lovely wife.


ihsan panggilannya, lengkapnya muhammad ihsaan ramadhan. lahir di jakarta, 18 januari 1998 saat bulan baik, ramadhan. nama ini sendiri konon berarti kebaikan dibulan ramadhan. kami berharap, ia mewarisi kebaikan rasul, tidak hanya di bulan ramadhan, tapi juga sepanjang hidupnya.


ihsan lahir saat negeri ini bergolak, tahun kejatuhan orde baru. yang kami ingat, saat ia menginjak usia 4 bulan, terjadilah prahara kerusuhan mei. jakarta penuh aksi anarkis. tak jauh dari tempat kami menumpang di rumah ortu di joglo, kebun jeruk jakarta barat, 3 pasar swalayan dibakar massa. padahal hanya di tempat itulah kami membeli susu dan perlengkapan sehari-hari bayi mungil kami.


kami ingat, setelah itu sangat sulit mencari susu yang biasa dikonsumsi ihsan. kalaupun ada pasti harganya melambung tinggi. saat itu kami tak tahu, apakah ada masa depan bagi putra kami.


sedari kecil ihsan dimanja semua anggota keluarga kami. apalagi dalam keluargaku, ia adalah cucu pertama. terbayang kan bagaimana mbah kakung dan mbah putri memperlakukan dia. "ini buat ihsan, ya," begitu dalih bapak ibuku suatu kali.


kami ortunya hanya senyum-senyum saja mendengar, kadang bapak-ibuku lebih khawatir dibanding kami saat ihsan sakit atau susah makan. bahkan mereka yang memaksa kami membawa si sulung ke dokter saat sakit. tapi, kubiarkan bapak-ibu bersikap seperti itu. mereka berdua memang tengah memasuki fase baru dalam hidupnya, menjadi kakek nenek, status unik yang belum tentu dimiliki semua orang tua, pikirku.


kehadiran ihsan dalam keluarga memang memberi keceriaan. saat itu pula ibu-bapak tengah dirundung duka dengan kasus hukum yang menimpa adik bungsuku, sehingga ia terpaksa berurusan dengan polisi. ihsan hadir pada saat tepat, ia bisa menghapus kesedihan yang dirasa kedua ortuku. entah apa jadinya jika saat itu tak ada ihsan. selain memohon pada ALLAH, saat itu kami tak cukup punya daya untuk menghibur kedua ortu. dan ihsan adalah penyempurna hidup kami.


waktu bergulir dengan cepat, kini si sulung sudah 8 tahun januari lalu. tak terasa, ia yang dulu bermanja-manja pada kami, kini mulai bisa mandiri. sholat 5 waktu, meski masih susah, kadang sudah mulai ia genapkan.


ia juga kini gandrung dengan komputer. padahal ayahnya baru mengenal komputer saat duduk di bangku sma. rupanya virus komputer handar, sepupunya, menular ke ihsan. tapi satu yang sulit dan belum bisa kutularkan, virus membaca. sesekali ia memang mulai membaca komik, tapi ia lebih tertarik dengan komputer.


sedari kecil ia juga suka bermain bola. bahkan pernah terlontar dari bibir mungilnya, "ayah, aku ingin menjadi pemain bola nanti!"  kalau sudah bermain bola, kadang ia bisa lupa waktu dan mandi, yang membuat bundanya ngomel.


namun berbeda dengan sepupunya yang gila komputer namun minim kehidupan sosial, ihsan senang bermain dengan sebayanya. ia juga pandai memilih teman. ia tak akan nekat main jauh dari rumah, atau berkubang di 'got' dekat mesjid al jihad-seperti yang beberapa kawannya lakukan. yang ia senang permainan biasa, kelereng, layang-2, mobil tamiya, lari-lari, dan sepeda.


sepeda, ah jadi ingat janjiku padanya. suatu kali aku pernah berucap akan membelikannya sebuah sepeda baru yang layak, karena sepedanya selama ini adalah hasil barter dengan tukang sepeda yang lewat depan rumah. ia agak kecewa karena janjiku diimbuhi embel-embel harus masuk 10 besar di kelasnya. waduh, suatu hal yang agak sulit dalam waktu dekat ia wujudkan. ia tak bodoh, tapi hampir semua kawan sekelasnya sama pandainya. tiap kali pembagian raport, ia selalu berselisih nilai sekian koma sekian dengan yang lain.


ah, andai saja sekolah tak dibebani dengan nilai! tapi aku janji, akan wujudkan janjiku soal sepeda ini dalam waktu dekat. aku tak mau dia menunggu terlalu lama hanya demi sepeda impiannya.....

7 komentar:

  1. ayo san kamu pasti bisa !
    ayo bapaknya ihsan jangan pelit-pelit!
    *kaburrr...*

    BalasHapus
  2. hehe... bukan pelit, sekedar melecut semangat dia untuk berkompetisi... halah ngeles!

    BalasHapus
  3. nah, sudah lampu hijau tuh ihsan..
    ayo minta dua sepedanya
    gegegege....

    -salam hangat dari bogor yang lagi dingin (abis ujan) buat kang udin sekeluarga-

    BalasHapus
  4. wah senangnya jadi ihsan... punya bapak yg baik dan tidak pelit :D

    BalasHapus
  5. cak nono: yuuuukkkkkkkk.... ngapain bro?
    jendela: no comment ah! takut jumawa...hiks

    BalasHapus