Sabtu, 08 April 2006

Bye-bye Republik BBM!


baru saja kumasuki lembar-lembar dunia maya, setelah sehari berlibur di rumah ibu di joglo. tak ada informasi luar biasa yang terlewat satu hari, tapi bukan berarti tak ada yang penting. satu yang terpaksa memaku mataku di layar pc adalah berita detikcom soal bakal berhenti tayangnya republik bbm di indosiar. hah!


setengah terperangah setelah membaca alasan bakal tak tayangnya acara itu. semua masih abu-abu, samar-samar, tak jelas. lagi-lagi ingatanku melayang  ke suasana pembredelan majalah tempo beberapa tahun silam. hanya karena memuat berita mendalam soal pembelian kapal bekas oleh yang terhormat bapak habibie, akhirnya berujung dengan dibredelnya majalah yang sempat menjadi ikon media cetak di tanah air.


memang saat itu tak pernah ada alasan lugas mengapa tempo dibredel. yang jelas saat itu adalah penolakan berbagai pihak terhadap aksi pembredelan itu. kasus ini suka tidak suka, kemudian juga menjadi embrio lahirnya gerakan pro-demokrasi hingga berujung tumbangnya orde baru.


kembali ke republik bbm. sebenarnya tak ada yang terlalu istimewa dengan tayangan ini. format acara ini adalah parodi dunia politik nasional. deny 'p-project' berperan sebagai host yang mengatur lalu lintas acara. taufik savalas berperan presiden republik bbm, dan kelik pelipurlara sebagai wapres.


memang guyonan mereka kerap menyentil aparat pemerintahan 'negeri sebelah', seperti wapres yang gayanya dipaksakan mirip dengan wapres kita. terus, sindiran mengenai dunia pendidikan yang sangat kena, memang kadang membuat 'merah' telinga pembuat kebijakan. tapi diluar itu semua, ini hanya guyonan, parodi kehidupan di negeri bbm. kalau akhirnya menyentil, siapapun yang melihatnya diharap tak usah usil. apalagi dengan mengistirahatkan acara pendidikan politik yang langka ini.


saya khawatir kalau benar acara ringan macam Republik BBM ditutup hanya karena alasan ada pejabat yang tersentil, akan jadi preseden buruk bagi demokrasi kita yang sama-sama tengah dibangun. toh, isinya cuma sentilan, tak bermaksud menghina siapapun. semoga ini hanya kekhawatiran saya saja dan senin malam kita masih bisa tertawa dalam kegetiran di depan layar kaca.

3 komentar:

  1. kayaknya ini akal-akalannya Indosiar untuk menaikkan pamornya. Atau akal-akalan bung Efendi Ghazali, ingat dulu ia kerap bilang di mana-mana kalo 'dicekal' SBY gara-2 sering ngritik SBY.

    BalasHapus
  2. media besar indonesia seperti sudah biasanya (dari dulu kala) di pimpin oleh marionetnya menteri penerangan. sistim bredel dan sensor2an itu memang sebenarnya jauh dari kebebasaan demokrasi media umum. tapi banyak masyarakat juga yang mendukungnya jika menyangkut masalah pornografi atau kartoon bukan?
    bukan saja pejabat tersentil pribadinya dan menggunakan sisitim bredel ini tapi kadang2 kita semua bukan?dengan demikian kita tak berhak juga menentukan yang mana hanya untuk perorangan atau perbangsa yang bermaanfaat sebab mungkin buat yang lainnnya tak bermaanfaat....berarti itu juga kan bukan demokrasi yah?
    demokrasi bukan hanya untuk sebagian tertentu,demokrasi untuk seluruh bangsa yang di lindungi dan di terakan di perhukuman kita.

    BalasHapus