Rabu, 03 September 2008

Mushola Kami




Ramadhan ini alhamdulillah ada yang baru di lingkungan kami. Setelah setahun tinggal akhirnya kami bisa punya mushola sendiri. Sebuah mushola kecil namun insya Allah membawa berkah bagi kami.

Meski mungil dan sederhana, namun mushola ini memiliki riwayat penuh perjuangan.

Kami nyaris tak memiliki mushola jika tanpa perjuangan kesana kemari. Ceritanya, setelah pihak pengembang memberi lampu hijau pembangunan mushola, masalah kemudian muncul. Ada warga (non muslim) yang keberatan tanah depan rumahnya dibangun mushola. Alasannya, saat membeli rumah tidak digambarkan akan dibangun mushola. Waduh!

Lokasi mushola kami memang berdiri diatas taman belakang komplek. Karena terbatasnya lahan, satu-satunya lokasi yang bisa dibangun mushola ya di tempat itu. Setelah melakukan pendekatan yang lumayan alot, akhirnya warga tersebut melunak.

Tapi masalah belum usai, kali ini ia khawatir jika taman dibangun mushola nanti banjir. Ok, akhirnya kami sepakat membuat desain yang ramah lingkungan, dibuatlah mushola melayang bak rumah panggung.

Karena proses negosiasi itu memakan waktu, akhirnya pembangunan pun baru dimulai awal Agustus silam. Wah, sebulan kurang dong menjelang ramadhan! Bismillah aja...tutur rekan panitia pembangunan mushola. Tukang pun bekerja spartan. Berkat sumbangan warga, sejumlah pernik mushola pun terkumpul meski bangunan belum kelar. Hingga kerja bakti tanggal 31 Agustus 2008 pun digelar demi merapikan bangunan yang belum jadi itu.

Tapi tekad sudah bulat, kami harus sholat tarawih disini sejak malam pertama! Akhirnya berkat izin Allah, minggu malam lalu kamipun bisa melaksanakan shalat tarawih pertama kami meski kondisi mushola belum 100 persen ok. Dinding masih basah cat, atap belum tertutup, jendela belum berkaca, tangga belum terpasang. Pokoknya serba darurat. Alhamdulillah, semua itu tak mengurangi kekhusyukan ibadah.

Dan lebih penting lagi, anak-anak tak perlu lagi jauh untuk tarawih. Do'akan semoga mushola mungil ini bisa menjadi perekat ukhuwah dan memberikan pencerahan bagi kami warga komplek.

23 komentar:

  1. amiiiin, semoga semakin dimudahkan untuk beribadah ya

    BalasHapus
  2. dananya dari mana mas Udin ?
    dulu waktu di Depok, deket banget kalau mau ke mushola, udah iqomat pun, kalau kami lari gak bakalan ketinggalan ..hihihi

    BalasHapus
  3. huhuhu...jadi kangen tarawih di mushalla.....:p

    BalasHapus
  4. alhamdulillah... akhirnya terwujud sudah impianmu kang udin...moga berkah dan tetap ajeg memakmurkan rumah allah di kranggan...
    tetep semangat!!!!

    BalasHapus
  5. Pasti takut keganggu Azan ya?

    Namanya tinggal di negara mayoritas muslim? Mau bilang apa lagi. Tenggang rasa aja.

    BalasHapus
  6. Alhamdulillah, Ramadhan memang penuh berkah :-)

    Selamat beribadah dan beramal sholih ya Bang :-D

    BalasHapus
  7. kasus yang sama..........:D

    tapi kebetulan tanah yg akan dibangun masjid itu bukan tanah pengembang tapi tanah seorang warga juga, dia bilang "ini tanah saya...mau saya bangun apa aja terserah saya dong"....akhirnya berdirilah masjid yg megah di lingkungan kami......:D

    BalasHapus
  8. Alhamdulillaah ya mas Udin akhirnya bisa tarawih di mushola dkt rmh...emang suka bingung kalo ada musholla dkt apalagi bersebelahan/berdepanan dgn rmh non muslim. kalo kitanya sih gk masalah, lah mereka mungkin krg nyaman kali. Slamt puasa ya mas...

    BalasHapus
  9. dari pengembang karena termasuk fasum.
    tapi berhubung urusan sama pengembang agak ribet, warga menyumbang untuk "mengisi" mushola sesuai keinginan. jadi mulai dari karpet, lampu, gypsum dan lainnya kita usahakan sendiri.

    BalasHapus
  10. hehehe...di amrik pasti susah ya mbak nemuin mushola.

    BalasHapus
  11. itu dia, gak jelas juga alasan penolakannya.

    BalasHapus
  12. kalau di tempatku tanah sisa memang sangat minim, makanya dengan sangat terpaksa membangun mushola di'atas' taman.

    BalasHapus
  13. insya Allah kami upayakan kegiatan di mushola tidak akan mengganggu siapapun.

    BalasHapus