Kamis, 28 Mei 2009

Long Distance Love

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Nonfiction
Author:Ima Zahra, dkk
Menikah tapi berjauhan? Hmm…saya kok ngeri membayangkannya. Saya, istri dan ketiga buah hati kami punya derajat ketergantungan yang cukup besar satu sama lain, sehingga mendengar cerita perpisahan bak mengalami mimpi buruk.

Meski tak mengalami langsung, adik saya ternyata memilih menjadi penganut Long Distance Love bersama sang suami. Kini ia bersama 2 anaknya terpaksa berjauhan dengan suami yang menimba ringgit di Penang Malaysia.

Saya melihat sendiri bagaimana sulitnya adik saya menjalani hari-harinya jauh dari suami. Apalagi ia juga bekerja, alhasil untuk urusan rumah sehari-hari ia tak mampu menghandle-nya seorang diri, hingga terpaksa hijrah ke rumah ortu.

Memang baru setahunan ia menjalani hubungan jarak jauh, namun kelihatan betapa tidak menyenangkannya terpisah negara. Entah sudah berapa rupiah mereka harus keluarkan untuk merajut rindu. Saling berkunjung, membengkaknya biaya telepon, sms, hingga internet adalah harga yang harus dibayar.

Cerita semacam itu akan banyak kita temukan dalam buku Long Distance Love terbitan Lingkar Pena Publishing House. Buku keroyokan 25 penulis ini menghadirkan realita cerita dari para pelaku hubungan jarak jauh. Ada sedih, nelangsa, lucu hingga yang menguras air mata.

Sejak awal pembaca diajak menaiki roller coaster emosi para penulisnya. Seperti Imazahra yang sebagian besar usia perkawinannya hingga kini dijalani dengan ber-LDL dengan sang suami. Atau kisah TKI yang harus menerima kenyataan diduakan oleh sang suami begitu pulang di tanah air. Perjuangannya mencari uang di luar negeri seolah tak dihargai oleh sang suami yang memilih menikah kembali hanya dengan dalih k-e-s-e-p-i-a-n.

Dari deretan penulis hanya ada 4 penulis pria, sisanya wanita. Terbayang seperti apa warnai buku ini. Yang menarik sebenarnya adalah menelisik bagaimana kaum pria memandang LDL. Ada yang hancur-hancuran hanya karena ditinggal berjauhan dengan anak, hingga ada yang kerap disindir lantaran mengijinkan sang istri berjauhan menempuh pendidikan di luar negeri.

Tapi ada yang menarik yang ditulis oleh Vina. Ia menuliskan sedikit kata hati sang suami menjalani hari-harinya berjauhan dengan keluarga. Ia mengibaratkan hubungan mereka sebagai setrikaan. Ada kalanya ia harus bergeser ke Jakarta, kadang ke Bandung hanya untuk membuat rajutan cinta keluarga mereka licin.

Sebuah pilihan sulit bagi mereka berdua, tapi mereka jalani sebagai harga sebuah perjuangan hidup. Apalagi mereka punya mimpi untuk pensiun dini, sehingga formula LDL untuk sementara mereka pilih.

Sayangnya, tulisan versi lelaki ini tidak dibuat langsung oleh sang lelaki. Sang suami menitipkan ceritanya untuk diolah oleh sang istri. Saya dan mungkin pembaca lainnya jadi tak menangkap emosi dari sang suami dalam menjalani hari-harinya terpisah dari keluarga. Yang tergambar hanya kesenangan karena tak ada yang mencereweti kalau pulang malam, atau bisa begadang bebas menyelesaikan tugas kantor. Tapi bagaimana beratnya LDL tak tergambarkan. Padahal akan sangat menarik jika tergali.

Bagi yang belum membaca buku ini, segeralah beli dan baca buku penting ini. Oya buku ini sudah dicetak ulang. Jadi jangan sampai kehabisan!

18 komentar:

  1. ha ha ... saya juga pelaku LDL nih so far ... mbak ima nggak ngajak saya nulis buku sih :)

    BalasHapus
  2. @mas wikan: Ima ada kontributor yang menyediakan diri nih....hehehe...

    BalasHapus
  3. aku dulu pernah diajakin nulis sama ima tapi gak tahu tuh kelanjutannya, hu hu ...

    BalasHapus
  4. huehehehe... klo Mas Udin sendiri belom pernah LDLan ya :-D

    BalasHapus
  5. yg di wp udah diintip ya, mas.
    makasih udah membantu nyebarin keberadaan kontes ng-review ini di dunia wordpress. :p

    BalasHapus
  6. Sabar ya Mas, sedang digarap :-p

    BalasHapus
  7. mas Udin lama gak keliatan niy mas
    iya tuh, dukanya suwami tuh sering banget ditanyain ketika bedah buku atau wwcr di radio ..huehehe
    keknya kok yg lebih "menderita" kalau harus LDL itu malah suwami :)))

    BalasHapus
  8. ya minimal dikasih tahu dong, ini meni gak ada kabar sama sekali, kirain gue udah dilupain

    BalasHapus
  9. ah mosok, gue happy2 aja tuh ... uhuk uhuk :)

    BalasHapus
  10. hehehe...yg bilang menderita itu adalah para cowok yg pada nanya pas launching buku ini di Jogja lho mas
    cowok2 kebanyakan mengutarakan pendapat bhw gaya hidup LDL buat suwami itu lebih berat karena mereka butuh sentuhan fisik yg tidak bisa digantikan lewat media komunikasi online. nah lhoo ..:-D

    BalasHapus
  11. Jujur, gak kebayang untuk LDL. Begitu kantor yang lama mau memindahkan pekerjaan ke Bali, aku langsung menyambar tawaran pertama dari perusahaan lain. Buatku, tinggal bersama dengan anak istri is a must. Kalau aku pindah mereka juga harus pindah. Alasannya, aku tidak mau melewatkan tumbuhnya anak-anak. Istri juga demikian. Inginnya bisa mempupuk cinta dengan kedekatan dan sentuhan setiap hari.

    Memang ada yang beralasan demi nafkah. Tapi, kalau aku ditawari uang ratusan juta asalkan berpisah dengan anak istri, aku akan menolaknya. Semua tergantung nilai-nilai, dan standar / kualitas hidup masing-masing. Ada yang sanggup berpisah, dan itu bukan kendala, ada juga yang terpaksa melakukannya karena tidak ada ide.

    Buat yang menjalani LDL, sebenernya mungkin ada way out, kalau mau. Namun kalau udah dipikirin tidak ada jalan keluarnya ya apa boleh buat.

    Lebih dari seperti orang Jawa aliran Umar Khayam, mangan ora mangan sing penting ngumpul, buatku kudu ngumpul lan mangan. Hehehe...

    BalasHapus
  12. Hahahaha...

    Aku soalnya tergantung sama mitra satunya...

    Ah, japri aja ya :-)

    BalasHapus
  13. ya emang buat suami yang kemanja2-an bakal menderita karena biasa dimanjakan oleh istri. gitu kali ya penjelasannya :)

    BalasHapus
  14. @ti2n: belum pernah tin. makanya gak kebayang kalo harus pisah.

    BalasHapus
  15. iya nih sejak ada FB jadi malas nulis di MP. tapi nulis di tempat lain masih tetap kok. pengennya sih semua aktif lagi.

    BalasHapus
  16. diset agar semua tulisan mas Udin langsung masuk MP aja mas

    aku buat gitu deh
    jadi aku gak peernah nulis di MP tapi MPnya update terus

    hehehhe... aku pemalas ya..

    BalasHapus