Rabu, 25 April 2007

Pernah punya E-mail tapi dijual...(?)

Ini adalah kisah nyata yang bisa dibaca di sini, betapa kemajuan teknologi tidak diikuti oleh yang terhormat anggota dewan kita. Memang ini terjadi nun jauh di Samarinda Kaltim sana. Tapi teknologi internet telah menghapus sekat jarak. Sehingga tak ada alasan tak paham kemajuan teknologi hanya karena jarak. 


Konyol saja hari gini mereka gak kenal apa itu email, internet dan sejenisnya. Bahkan ada yang menganggap email sebagai 'barang' yang bisa dijual belikan. Huh!


Pantas saja banyak yang kontra saat DPR mau dibekali Laptop 21 jt kemarin. Email aja mereka gak mudeng! Jadi kebayang jika mereka harus menangani kasus kejahatan dunia maya (e-crime). Pasti gak beres!!  


==================


Kamis, 20 Februari 2003
"Pernah Punya, Tapi Dijual"
Anggota DPRD Gagap Teknologi, E-mail Disangka Barang

ANGGOTA DPRD Samarinda ternyata tergolong ketinggalan kemajuan dan gagap teknologi, khususnya dalam pemanfaatan surat elektronik (electronic mail atau e-mail) dalam berkomunikasi. Teknologi yang memanfaatkan komputer dan jaringan internet dan sudah dikenal bahkan oleh pelajar SMM inii bahkan tidak dikenal sebagian anggota Dewan.


Sehingga ketika ditanya sudahkah punya e-mail, jawabannya justru mengundang tawa. "Saya pernah punya, tapi sudah dijual," ujar Didik Sugiarto, anggota Komisi D dari Fraksi AKU dengan gaya meyakinkan seolah-olah e-mail adalah barang berwujud fisik yang bisa dipindahtangankan. Wakil Ketua Dewan, Hairul Anwar setali tiga uang. Awalnya jawabannya terasa wajar, namun belakangan sama sekali tidak 'nyambung.


"Secara pribadi saya belum memilikinya. Bukannya saya tidak mampu untuk memilikinya, namun saya masih cinta produk dalam negeri," katanya seolah-seolah e-mail adalah barang dari luar negeri. "Buat apa kita membanggakan produk luar, lihat saja HP (handphone) saya masih model lama," tuturnya sok yakin.


Tak hanya Didik dan Hairul, 9 anggota Dewan lainnya pun tak kenal atau tidak punya e-mail. Jika itu terjadi di generasi tua seperti H Nichlan yang usianya sudah 70-an, mungkin masih wajar. Namun yang muda-muda seperti Sukardi Surbakti dan Blasius Watu pun tak menyentuh sarana informasi yang efisien dan efektif ini. Begitu juga A Marcus Incau, Mardiah Mulyani, Sabri, Riyanto Rais, Arifin Idris dan Hamzah.


Padahal mereka sebenarnya tak harus memiliki komputer dan langganan internet secara pribadi, sebab lembaga legislatif ini pasti bisa menyediakannya. Baik secara fraksi maupun komisi. Bila memiliki e-mail, interaksi dengan masyarakat secara umum dan konstituen partainya bisa lebih berkembang dan aktif.


Berikut tanggapan anggota Dewan saat ditanya apakah punya e-mail, dan apakah mereka paham kegunaannya di era informasi sekarang.

H Nichan: Apa itu email? Saya belum punya e-mail karena masih kurang paham teknologi macam itu. Kalau keinginan punya ada, cuma untuk mengoperasikan komputer saja saya mesti tanya sana sini. Di lingkungan Dewan ini sebenarnya sudah ada, tapi sampai sekarang tidak dioperasikan karena tidak ada yang menggunakan.

Didik Sugiarto: Saya dulu pernah punya e-mail, namun saya jual.

Blasius Watu: Sekarang ini belum punya, sebab saya tidak ingin punya nafsu besar untuk memilikinya namun tidak ada waktu untuk melihatnya

Riyanto Rais: E-mail memang perlu dan ini akan menjadi masukan buat kami untuk secepatnya mengadakan internet di tempat kami. Dulu sempat pasang di sekretariat tapi nggak tahu kemudian tidak bisa di akses lagi.

Sedangkan Sabri dan Sukardi Surbakti yang mengakui memang penting memiliki e-mail, dan keinginan membuatnya, namun di rumah keduanya tidak ada akses telepon. "Di Palaran memang belum ada," kata Sukardi menyebut domisilinya. (*/gs)

18 komentar:

  1. Apa reaksi orang yang melontarkan pertanyaan ini ketika jawabanya spt itu ya....??? bengong mungkin... dimana tempat jual beli email he he

    BalasHapus
  2. Mungkin karena terpengaruh banyaknya bisnis jual beli kayu di Samarinda, jadi bisa di jual seperti balok-balok kayu ....:-))))))) lol

    Sepertinya perlu ada guru pengajar khusus untuk dewan biar enggak buta internet.

    BalasHapus
  3. Duuuuuuuuuh, memprihatinkan *geleng2 kepala*
    Masa anggota DPR kalah ama ibu rumah tangga yg ngeblog cobaaaaaaaa.... *lirik2 Mba Himma diatas* :-p

    BalasHapus
  4. gw pernah jual alamat email gw ke temen kok.
    dia bayar gw ngasih password. simpel ajah. :d

    BalasHapus
  5. lho, makanya perlu dibekali laptop pak biar tambah mudeng:-)

    BalasHapus
  6. tau nggak sih dia email itu apa? hihi...lucu

    BalasHapus
  7. makin mengkokohkan asumsi: anggota dewan tak ubahnya pedagang!

    BalasHapus
  8. ya mbak, tapi 21 jt kemahalan tuh buat mrk...

    BalasHapus
  9. Perlu bikin email pake nama2 anggota dewan nih.
    Biar bisa jualan ke mereka. Peluang bisnis baru Din !
    Hahahah.....

    BalasHapus
  10. email??? huh... buat apa sih... apalagi ngempi... makin susah...
    mending maen game... asyiikkkk....
    kalo udah gitu... tanggung jawab siapa dong bikin mereka jadi tau dan bisa memanfaatkannya?

    BalasHapus
  11. artinya: upaya bikin melek internet bener2 harus digalakkan di indonesia :D

    BalasHapus
  12. email yang sudah dibeli, tidak bisa dijual lagi :)

    BalasHapus
  13. perasaan kalo liat di samarinda sekolah komputer udah bertebaran dimana-mana. adik ipar aja jadi pegawai negri di kecamatan anggana yang mencil dan tugasnya mengurusi komputer tuh....

    BalasHapus
  14. Saya sebagai orang jawa yg merantau ke Samarinda mersa malu juga hehehe...

    BalasHapus