Selasa, 24 Februari 2009

I Hate Facebook!

Eits, itu bukan perkataan saya lho! Itu adalah kejengkelan seorang kawan yang sempat sempat curhat. Ia kesal dan memutuskan ‘membunuh’ account facebooknya. Lho, kok segitunya?

Dia jelaskan semuanya. Ia terlibat pertengkaran dengan sang suami lantaran facebook. Rupanya sang suami di account facebooknya tak mencantumkan status hubungan mereka yang sudah setahun menikah. Sudah gitu tak ada satupun foto mereka berdua yang dipajang sang suami. Justru foto sang suami yang sedang gaul dengan kawan-kawan ceweknya yang banyak dipajang.

Karena merasa tak dihargai sang suami, akhirnya kawan saya tadi menutup account facebooknya. Agak aneh menurut saya, karena dia dikenal sebagai anak yang gaul. Menutup account berarti memutus rangkai pertemanan dengan kawan-kawan gaulnya. Karena suka tidak suka, situs buku wajah ini menjadi ’tempat’ termudah untuk saling sapa saat ini.

Barangkali kawan saya yang satu itu adalah korban kesekian dari fenomena facebook yang mewabah akhir-akhir ini. Sebelumnya saya juga pernah dengar kabar ada pasangan yang bercerai gara-gara facebook. Sang istri marah besar lantaran status sang suami masih dipajang single di facebook. Akibatnya, banyak gadis yang mengajaknya kencan. Dasar sang suami memang playboy, terbongkarlah semua perselingkuhannya. Ujung-ujungnya sang istri memilih bercerai.

Wah, sedrastis itukah dampak sebuah situs pertemanan?

Tak dapat dipungkiri keberadaan facebook membuat banyak kalangan di dunia seperti terkena sindroma baru. Mereka yang tadinya gaptek dan ogah bersentuhan dengan internet, karena melihat trend facebook memaksakan diri masuk dalam dinamika situs pertemanan ini. Bagi mereka yang terbisa memilah informasi pribadi yang sifatnya publik dan mana yang privat, tentunya tak terlalu bermasalah saat harus ’menelanjangi’ atau ’ditelanjangi’ dirinya di facebook.

Tapi bagi mereka yang introvert, yang kerap menyimpan rapat informasi pribadinya, situs semacam facebook memang merepotkan. Karena nyaris tak ada ruang untuk bersembunyi dari publik. Bayangkan, meski kita hanya memberikan data yang paling minimal, seperti nama, dan alamat email sekalipun. Tiba-tiba ada kawan lama yang mengenali kita dan mengirimkan foto-foto jadul. Mungkin maksud di pengirim hanya untuk nostalgia dan lucu-lucuan. Tapi kemudian bisa jadi si penerima merasa ditelanjangi, tatkala banyak komentar mengenai behind the foto yang muncul.

Sekali lagi, teknologi maju seperti internet memang butuh kedewasaan tersendiri dari penggunanya. Menyalahkan internet atau situs pertemanan maya saat muncul persoalan adalah tidak bijak. Karena bangaimana pun juga semua kembali ke masing-masing individu.

Internet dan juga situs pertemanan lainnya hanyalah produk teknologi yang memudahkan manusia. Manusialah yang harusnya mengendalikan itu semua, bukan manusia yang takluk pada teknologi.

Anehnya, meski Facebook dipersoalkan akhir-akhir ini, MP kok gak pernah ya? Atau ada cerita seputar MP yang gak muncul ke permukaan?

32 komentar:

  1. oo... jadi gitu ya, fenomena fesbuk
    saya bbrp kali diajakin ikutan fb tapi males aja..ngurus dua blog aja udah sering ga sempet...:)

    BalasHapus
  2. Fesbuk punya, tapi x sering2 kesitu...mending ngempi aja..meski harus kumpulkan ide nulis lagi...hehehehee

    BalasHapus
  3. secara MP kurang populer, jauh dibandingkan fesbuk gituuu....

    BalasHapus
  4. Hahaha, biar x populer tapi enak...leluasa

    BalasHapus
  5. oke deh...OR akhirnya menemukan temen jadul di fb....
    huehehehehe

    BalasHapus
  6. hahahaha..
    kurang bisa berinteraksi dengan teknologi sepertinya yaa..
    mau ngumpetin apa lagi sih di dunia serba terbuka ini?

    BalasHapus
  7. kalau suami yang salah, kenapa facebook jadi korban? Ini seperti buruk muka cermin dibelah. Multiply beda segmennya dengan facebook saya kira. Mp sharing content, facebook untuk komunitas sosial.

    BalasHapus
  8. ceritanya sudah pindah ke lain hati Sab.. :D

    BalasHapus
  9. Btw, setuju sama Wisnu, MP dan FB beda segmen..
    Soal berbagai permasalahan yang ada di internet, semuanya berpulang kepada diri masing2.. Kita yang punya kendali

    BalasHapus
  10. enggak lah, manfaatnya beda2 kok... :D

    BalasHapus
  11. aku suka niy tulisan mas Udin yang ini :)
    FB emang jadi ajang ketemu temen lama, bersama kisah masa lalunya
    jadi yg gak suka dengan kisah masa lalunya muncul dengan detail, mendingan gak usah bikin account FB :-D

    tentang kesal sama suwami ? kenapa bukan account FB suwaminya yg "dibunuh" ? :))

    BalasHapus
  12. yah mas udin gak tauk ajah beberapa kasus yg muncul di MP hehehe

    *bisik-bisik

    BalasHapus
  13. di MP juga banyak kasus sejenis, bahkan lebih berat dari itu.
    hehehe.

    BalasHapus
  14. sama ajalah mas.... masalah mah ada aja...

    BalasHapus
  15. thx kawan atas tanggapannya. ini sebenarnya sudah saya posting di http://public.kompasiana.com/2009/02/23/i-hate-facebook/. saya hanya ingin tahu pandangan kawan-kawan di MP, karena FB memang sangat beda dengan MP.

    bagi saya sendiri, FB hanya saya jadikan ajang silaturahmi maya dengan kawan2 terutama kawan lama. fiturnya yang sangat memudahkan kita melacak kawan lama yang saya gunakan, selebihnya sih tidak.

    kalau MP kan banyak sharing mengenai berbagai hal, itu bedanya.

    BalasHapus
  16. saya juga benci Facebook...kemarin malam baru hapus account saya...
    facebook terlallu banyak kerahasiaan...tidak banyak bisa lihat profil teman...saya ingin tahu profil teman yang di add istri saya tak bisa...

    benar mungkin facebook tuh berbahaya...

    BalasHapus
  17. hehehe...
    aku juga agak terganggu sama facebook neh...
    huhuhu... semua temen lama ngariung...
    bukan ga suka reuni...
    banyak pertanyaan bawel yang aku gak suka ajah jadinya hahahahaha...
    biar bete sama facebook, tapi tetep setia maen game nya dooong hahahahaha

    BalasHapus
  18. tp pesbuk emang racuuuuuuunnnnn......!!!

    BalasHapus
  19. tetep emang MP lebih okeh buat saya meskipun saya punya akon di FB.

    BalasHapus
  20. kan kita ketemu lagi dan sempet reunian ama temen2 SMP gara2 FB Din... so memang ada manfaatnya kita berfesbukria. kalo soal masalah yg muncul mah di mana2 juga pasti ada aja masalah, tergantung orgnya lah... kalo ga bisa ngeliat profil temen bininya kan krn emang temen si bini gak mao ngejembrengin profilnya utk publik, dia udh bener tuh bikin account yg cuma bs diliat Friends, knp juga ga tanya aja ama bininya lgsng soal si "teman" itu. lah koq gw malah nyaut di sini ya Din, abis td baca yg soal ini jd pengen komen :D

    BalasHapus
  21. btw, aku lagi khawatir berat karena adik2 sepupuku yang SD (kelas 2, 4 dan 6) tanpa pengawasan ketat orang tuanya...hiks...

    BalasHapus
  22. bener kata hagi, dunia semakin terbuka. dan pilihannya hanya satu, ikut atau tidak. ikut berarti siap menanggung resiko sedemikian rupa, diintip profil kita oleh siapapun hingga dikejar-kejar orang laksana selebriti. jika tidak ikut dalam arus besar di masyarakat pun saya rasa sebuah pilihan yang harus pula dihormati.

    pekan lalu saya ketemu dengan pak Kusmayanto Kadiman (KK), menristek yang gaul habis itu. meski dia seorang blogger, ia masih menolak membuat account Facebook. katanya, ia masih belum merasa perlu membuat akun fesbuk. masih lebih nyaman menulis di blog saja.

    pilihan sikapnya tak mengurangi atensi sejumlah rekan yang membuatkan forum fans KK di FB. dan KK pun masih tetap gaul abis tanpa FB!

    BalasHapus
  23. apa kekhawatiranmu Nad? mereka buat akun fesbuk sendiri? atau mereka buka-buka foto di FB?

    BalasHapus
  24. setujuuuuu bgt....
    tergantung dr manusianya msh2.. bagaimana dia membawa dirinya di dunia gaul maya FB
    yg nyantee mahh nyantee aja.....

    BalasHapus
  25. FB mendekatkan yg jauh dan menjauhkan yang dekat :D

    BalasHapus
  26. MP tetap pilihanku....
    jangan lupa contreng MP....kekekeke...

    BalasHapus
  27. temenku barusan delete FB-nya gara-gara soal hak cipta atas foto-foto yg sempet jadi isue minggu kemarin di FB

    she's on her progress to be a pro photographer, makanya itu account langsung diapus :D

    BalasHapus
  28. facebook sampe segitunya yak? :-)

    BalasHapus
  29. Sy rasa sejak banjir fb, temen2 MP ku ikut sepi. Pdhal di MP kita lbh bs leluasa mencurahkan uneg2. Akhrnya kubuat ngelink sj saat ngeblog di MP lgsung otomatis muncul di FB. Buat yg gandrung FB, selektif aja & hati2 krn kita psti jg butuh privasi & yg bs ngukur cm kt sendiri.

    BalasHapus