Nyari film yang 'aman' dan inspiring untuk tontonan keluarga saat ini bisa jadi susah-susah gampang. Bahkan untuk sinetron pun yang paling 'aman' seperti Para Pencari Tuhan, saya masih kurang sreg untuk ngajak nonton anak-anak, karena banyak dialog yang 'sangat dewasa' dan jauh dari nalar anak.
Makanya ketika Laskar Pelangi mulai tayang di bioskop saat puasa, saya sudah gembar-gembor, lebaran nanti kita harus nonton film ini. Alhamdulillah semua anak menyambut dengan sukacita.
Gayung pun bersambut saat kita launch rencana ini ke sepupunya anak-anak. Semua pengen ikutan. Bahkan adik ipar yang lagi mudik lebaran dari Malaysia setuju nraktir kita semua. Hmm..siapa takut!
Akhirnya lebaran hari ke-2 setelah kelar silaturahim, kami ber-12 nobar di Planet Hollywood. Karena membawa 6 bocah cilik, sedari awal kami sudah memperkirakan 'hebohnya' acara nobar ini. Di awal semuanya masih terpaku dengan aksi Ikal dan kawan-2. Sesekali mereka tertawa dan nyeletuk mengomentari keluguan anak-anak Laskar Pelangi.
Masalah muncul di tengah film, 4 dari para kurcaci nggak betah duduk manis. Maka menclok-menclok lah mereka ke bangku yang masih kosong di bagian depan, ketawa-ketiwi, teriak dan...............Ninis -sibungsu kami muntah sodara-sodara!
Meski diwarnai kehebohan, film ini sendiri cukup 'inspiring', memberi semangat untuk siapapun, bahwa dengan perjuangan, hidup bisa diubah. Yang saya kagumi dari film ini, Riri Riza dan timnya berhasil memvisualkan suasana 70-an dengan lumayan detil. Suasana Belitong yang bergerak saat Timah berjaya, atau muram saat timah keok berhasil ditampilkan.
Dari sisi akting, saya kagum dengan Cut Mini yang cukup berhasil membawakan perannya sebagai Bu Muslimah. Selain itu juga anak-anak Belitong yang bermain sangat natural. Ini sebuah bukti bakat tak selamanya ada di kota. Dari pulau terpencil pun ada bakat akting yang luar biasa.
Dan lebih penting dari itu, lewat film ini saya bisa mengenalkan pada anak-anak, "ada Indonesia yang lain", yang anak-anaknya punya semangat luar biasa dalam belajar. Sebuah pembelajaran yang tak saya dapatkan dari sinetron dan film lain yang hanya menjual misteri, cinta dan lelucon vulgar.
*gbr dari laskar pelangi the movie.
Makanya ketika Laskar Pelangi mulai tayang di bioskop saat puasa, saya sudah gembar-gembor, lebaran nanti kita harus nonton film ini. Alhamdulillah semua anak menyambut dengan sukacita.
Gayung pun bersambut saat kita launch rencana ini ke sepupunya anak-anak. Semua pengen ikutan. Bahkan adik ipar yang lagi mudik lebaran dari Malaysia setuju nraktir kita semua. Hmm..siapa takut!
Akhirnya lebaran hari ke-2 setelah kelar silaturahim, kami ber-12 nobar di Planet Hollywood. Karena membawa 6 bocah cilik, sedari awal kami sudah memperkirakan 'hebohnya' acara nobar ini. Di awal semuanya masih terpaku dengan aksi Ikal dan kawan-2. Sesekali mereka tertawa dan nyeletuk mengomentari keluguan anak-anak Laskar Pelangi.
Masalah muncul di tengah film, 4 dari para kurcaci nggak betah duduk manis. Maka menclok-menclok lah mereka ke bangku yang masih kosong di bagian depan, ketawa-ketiwi, teriak dan...............Ninis -sibungsu kami muntah sodara-sodara!
Meski diwarnai kehebohan, film ini sendiri cukup 'inspiring', memberi semangat untuk siapapun, bahwa dengan perjuangan, hidup bisa diubah. Yang saya kagumi dari film ini, Riri Riza dan timnya berhasil memvisualkan suasana 70-an dengan lumayan detil. Suasana Belitong yang bergerak saat Timah berjaya, atau muram saat timah keok berhasil ditampilkan.
Dari sisi akting, saya kagum dengan Cut Mini yang cukup berhasil membawakan perannya sebagai Bu Muslimah. Selain itu juga anak-anak Belitong yang bermain sangat natural. Ini sebuah bukti bakat tak selamanya ada di kota. Dari pulau terpencil pun ada bakat akting yang luar biasa.
Dan lebih penting dari itu, lewat film ini saya bisa mengenalkan pada anak-anak, "ada Indonesia yang lain", yang anak-anaknya punya semangat luar biasa dalam belajar. Sebuah pembelajaran yang tak saya dapatkan dari sinetron dan film lain yang hanya menjual misteri, cinta dan lelucon vulgar.
*gbr dari laskar pelangi the movie.
iya heboh bgt
BalasHapusdari umur udh tua jg kepengen nonton
gw...kepengen ntn sih...hehhhee,tp gak sempet2
sibuk silaturahim ya...minal aidin....
BalasHapusPengen nonton... DVD-nya masih lama keluarnya ya?
BalasHapuswaduuh kenapa bisa muntah Ninis mas? Atau gk tahan ACnya terlalu dingin kali?
BalasHapuspengen nontoonnnn..
BalasHapushuhuhuw.. tp kok jauh yaaa...
Ada rencana juga nonton bareng anak2..
BalasHapus*penasaran.. :D
saya udah nonton... bener2 puas.. tak ada kritikan yg bisa saya keluarkan:)))))
BalasHapusNinis muntah kenapa Mas.. duh kasian banget..
oya, sekalian, selamat lebaran n maaf lahir batin ya..
salam buat Bunda-nya Ninis:)
aku pengen nonton.
BalasHapusAku melihat ulang masa kecilku,
sekolah di kampung kecil, di tengah kebun karet.
Sayang aku tak bisa menulis, kalo tidak aku bisa juga bikin cerita serupa :p
kapan yah ada di YouTube?
BalasHapusBagus ya filmnya! Puas bgt deh nontonnya...walaupun gak selengkap dan sedetil novelnya (ya hiyalah siapa jg yg mampu memvisualisasikan novel dg sempurna!) tp setidaknya sangat sukses menggiring kita yg nntn utk ngerasain kehidupan mereka..two thumbs up!
BalasHapusNinis muntah kenapa Mas?
BalasHapusluar biasa nih gak sopan amat... yaah, masih beginilah penghargaan buat kerja keras orang lain di negeri ini.
BalasHapusSaya sendiri udah 3x nonton di bioskop, menunggu kali keempat, giliran sama orang tua
iya mbak titut, keknya masih lama.
BalasHapuskabarnya mo diikutin ke seleksi nasional Academy Award dulu.
biasa mbak, pecicilan di bioskop, perut kenyang abis makan ya muntah lah.
BalasHapusmudik lagi dong tin..
BalasHapusasyik mbak kalo nonton bareng anak2.
BalasHapusmereka kan umumnya gak ngalami seperti yang dikisahkan Andrea.
insya Allah disampaikan salamnya mbak Dina.
BalasHapusterima kasih.
ayo dong tulis...pasti seru!!
BalasHapusmendingan nonton langsung di bioskop, gambarnya lumayan indah.
BalasHapuspaling tidak pesan utama novelnya sampai ke benak penonton.
BalasHapusBiasa Sef, pecicilan!!
BalasHapusbetah juga ngantri To?
BalasHapushehehe... yang pertama pas premiere, yang kedua jam paling malem di hari lebaran, yang ketiga di pasaraya yang selalu kosong. Ke sana aja kalau mau nonton apa-apa yang penontonnya bakalan rame, sepi dan murah hehehe...
BalasHapusYsf belum bisa nonton, dia kena cacar air hiks hiks
BalasHapusrepresentatif film
BalasHapus