Nunuk Ariyanti terus menangis menatap jasad Briptu Nurhidayat dimasukkan ke liang lahat. Ia tampak sangat masgul melihat kekasih hatinya terbujur kaku dalam balutan kain kafan. Ia nyaris tak percaya dengan semua yang dilihat dan dialaminya. Karena belum seminggu ia dilamar sang kekasih. Bahkan hari Minggu 27 Mei ini, rencananya mereka akan mengikat janji sehidup semati.
Mestinya bukan kain kafan yang membalut tubuh Nurhidayat, tapi jas yang sudah disiapkan untuk akad nikah. Namun suratan takdir berkata lain, ia tewas ditembak mantan atasannya, AKP Ronny Pasaribu, di Merauke, selasa lalu. AKP Ronny sendiri kemudian bunuh diri dengan menembak kepalanya. Hingga kini motif penembakan belum jelas.
Sehari setelah penembakan itu, di Batam pun ada kasus serupa. Namun kali ini polisinya bunuh diri dengan merebut senjata petugas jaga.
Kisah diatas bukanlah fiksi, tapi benar-benar nyata. Ada apa sebenarnya dengan polisi kita. Mengapa begitu mudah menyalakkan senjatanya. Bahkan untuk membunuh sesama koleganya? Apa benar beban kerja dan tekanan hidup begitu tinggi, sehingga mengambil jalan pintas semacam itu.
Ini bukan kasus pertama. Sebelumnya kasus serupa juga pernah terjadi beberapa kali. Yang paling menghebohkan tentunya penembakan waka polwiltabes Semarang AKBP Lilik Purwanto oleh bawahannya yang terkena mutasi. Hanya karena menolak dimutasi, ia berbuat sembrono menembak sang atasan dan kemudian menembak dirinya sendiri.
Indonesia memang bukan Amerika yang peredaran senjata apinya cukup luas di masyarakat. Tapi berulangnya kasus semacam ini membuat miris. Mengapa polisi yang mestinya pelindung rakyat, kok malah tembak-2 an.
Harusnya di kepolisian ada sebuah komisi yang mengawasi peredaran senjata api di kalangan internal polisi, sehingga tetap terkontrol. Kalau polisinya saja saling tembak, bagaimana kami-kami ini yang sipil? Siapa yang melindungi kami pak Polisi...
polisi indonesia banyak sekali masalahnya ya... 'prihatin', tapi kadang sebel juga kalo inget polisi lalu lintasnya....
BalasHapuspolantas...hihi....mau marah kalo inget mereka...
BalasHapusApakah tidka ada psikolognya?
BalasHapusKalo di sini setiap kali polisi terlibat tembak menembak dengan penjahat, maka setelah itu si polisi tersebut akan ada dibawah pengawasan psikolog karena bagaimanapun juga melepaskan tembakan itu tetap ada efek jiwa nya, walupun yang ditembak itu penjahat.
yap... polisi pada stress...
BalasHapusyg pangkatnya tinggi biasanya pd punya "simpenan" suka ajep2 dsb..
yg pangkatnya rendah bingung dgn gaji pas2an..
Wah ...binun Cak Udin .....kalau di Indonesia hukumnya saja masih bisa di permainkan, artinya yang jelas2 salah bisa bebas. Hukum hanya teori saja tapi prakteknya lain lagi.
BalasHapusKalau di USA orang bisa bebas membeli senjata asal ada ijinnya, tujuannya untuk melindungi diri sendiri bahkan di sarankan sama Polisi kalau masyarakat memang perlu. Karena kejahatan semakin bertambah.
my deepest condolences.
BalasHapusada yang baik ada yang buruk, samalah seperti kita :)
BalasHapuskatanya karena 'selingkuh yg aneh'
BalasHapuskarena polisi juga manusia, butuh banyak kebutuhan tetapi duitnya cekak kalau tidak nyerempet2...
BalasHapusmiris.......
BalasHapuspolisi yang seharusnya menjadi pamong pelindung masyarakat....malah pada dor-doran sendiri...gimana kita sebagai masyarakat nggak tambah takut......
mereka saling tembak.. lha kita piye?
BalasHapushahaha. miris ya.
BalasHapusmereka saling tembak karena punya pistol.
oya, dan mental yang rapuh, tampaknya.
kalo diberi cangkul, mungkin mereka saling cangkul.
kalo diberi pisang, mungkin mereka jual molen.
kalo diberi kopi, mungkin mereka cari kacang, kartu, dan mulai duduk melingkar.
kalo kesejahteraannya dibenahi, batinnya diisi, mungkin mereka sedang liburan dan bercengkarama bareng keluarga kecilnya..
ugh!
lama-lama polisi kayak sipil juga, saling bunuh. bedanya mereka punya pistol, kita cuma golok dan palu.
BalasHapusSaya pernah dengar, kalau di jepang polisi itu juga diikutkan dalam kegiatan merangkai bunga.
BalasHapusKatanya sih biar seimbang. Tugas mereka berat, tapi bukan berarti tak ada kelembutan di hati mereka.
gue nggak pernah percaya polisi dan ga akan pernah... kalopun iya, itu pasti gue terpaksa...
BalasHapussedih dan prihatin....
BalasHapussama seperti profesi lainnya, ada polisi yang baik ada yang nggak. tergantung orangnya... tapi karena mereka memiliki senjata, kesehatan mentalnya harus tetap terjaga... kalau nggak memang sangat berbahaya...
setuju banget mbak....
BalasHapus*ikut prihatin*
katanya di metro tv.. ada "hubungan" antara sang penembak dan yang ditembak...
BalasHapusaku hanya mengutip aja lo berita di tipi..
:P
Mas Udin dan rekan-rekan semua,
BalasHapusKami harap bisa ikut bergabung dalam grup diskusi tentang POLISI KITA.
(http://groups.yahoo.com/group/polisikita).
Partisipasi anda sangat dinantikan.
Salam,
Haer