Jujur saya kaget, saat kemarin mengetahui hasil quick count beberapa lembaga yang menempatkan pasangan Heryawan-Dede Yusuf di tempat teratas Pilkada Jawa Barat. Lembaga survey-nya pun bukan main-main, mulai dari Lembaga Survey Indonesia, Lingkaran Survey Indonesia, Litbang Kompas, hingga metrotv. Meski penghitungan suara oleh KPUD belum usai, biasanya hasil quick count tidak akan banyak berbeda dengan penghitungan akhir.
Kenapa kaget, karena dari hitung-hitungan politis matematis, pasangan Hade termasuk underdog, baik dari kekuatan politik maupun popularitas. Dani Setiawan pastinya punya popularitas segunung, lantaran ia adalah gubernur incumbent. Belum lagi Agum Gumelar, yang ketokohannya menasional.
Tapi hasil Pilkada bicara lain. Rupanya pemilih menginginkan perubahan besar. Bosan dengan yang tua-tua--yang mengklaim lebih berpengalaman-- dan lebih memilih yang muda. Menariknya, pasangan incumbent yang diprediksi bakal mendulang banyak suara lantaran didukung soliditas partai Golkar ternyata keok, bahkan menurut quick count mereka ada di tempat ketiga.
Mandulkah Golkar? Entahlah. Ada sementara pihak melihat ini bukti macetnya mesin politik yang dimiliki partai sekaliber Golkar. Dan belum-belum JK selaku Ketua Umum Golkar sudah mengirim ucapan selamat ke kubu PKS lewat Presiden PKS Tiffatul Sembiring.
Bagaimana dengan pasangan Agum? Tampilnya Gus Dur dan Megawati sebagai vote getter saat kampanye rupanya tak lagi mampu mendongkrak suara. Mungkin massa sudah jengah dengan tokoh yang lu lagi - lu lagi. Ini jadi sinyal kencang bagi kedua tokoh yang akan kembali mencalonkan diri dalam Pilpres mendatang.
Yang memprihatinkan, Pilkada Jabar berjalan dengan tingkat partisipasi yang minim. Hanya diikuti 70 persen warga. Ini warning buat politisi. Kegiatan politik makin tak menarik.
Tapi yang jelas, Pilkada Jabar memberi bukti cukup kuat bahwa regenerasi perlu dalam politik. Dan ini tak bisa ditawar-tawar.
Selamat (untuk sementara) buat Hade.
Kenapa kaget, karena dari hitung-hitungan politis matematis, pasangan Hade termasuk underdog, baik dari kekuatan politik maupun popularitas. Dani Setiawan pastinya punya popularitas segunung, lantaran ia adalah gubernur incumbent. Belum lagi Agum Gumelar, yang ketokohannya menasional.
Tapi hasil Pilkada bicara lain. Rupanya pemilih menginginkan perubahan besar. Bosan dengan yang tua-tua--yang mengklaim lebih berpengalaman-- dan lebih memilih yang muda. Menariknya, pasangan incumbent yang diprediksi bakal mendulang banyak suara lantaran didukung soliditas partai Golkar ternyata keok, bahkan menurut quick count mereka ada di tempat ketiga.
Mandulkah Golkar? Entahlah. Ada sementara pihak melihat ini bukti macetnya mesin politik yang dimiliki partai sekaliber Golkar. Dan belum-belum JK selaku Ketua Umum Golkar sudah mengirim ucapan selamat ke kubu PKS lewat Presiden PKS Tiffatul Sembiring.
Bagaimana dengan pasangan Agum? Tampilnya Gus Dur dan Megawati sebagai vote getter saat kampanye rupanya tak lagi mampu mendongkrak suara. Mungkin massa sudah jengah dengan tokoh yang lu lagi - lu lagi. Ini jadi sinyal kencang bagi kedua tokoh yang akan kembali mencalonkan diri dalam Pilpres mendatang.
Yang memprihatinkan, Pilkada Jabar berjalan dengan tingkat partisipasi yang minim. Hanya diikuti 70 persen warga. Ini warning buat politisi. Kegiatan politik makin tak menarik.
Tapi yang jelas, Pilkada Jabar memberi bukti cukup kuat bahwa regenerasi perlu dalam politik. Dan ini tak bisa ditawar-tawar.
Selamat (untuk sementara) buat Hade.
asik juga kali ya klo wagubnya cakep gitu.. hehehe...
BalasHapushmm..ibu-ibu banget deh wiwit komentarnya!
BalasHapuskalau insyaallah diamanahi jabatan gubernur, silaturahim ahmad heryawan-dede yusuf harus kuat dengan kalangan dprd jabar --karena mereka masih didominasi partai-partai besar, seperti golkar dan pdip.
BalasHapus*aku kok belum liat ahmad heryawan (apa, siapa dan bagaimana) dihadirkan dalam wawancara televisi. yang muncul di mana-mana itu dede yusuf? tpi berani memulai? :D
kalau wiwit warga jabar aku tau siapa yang bakal dipilih. ;))
BalasHapusHidup KENDI! --> Catatan Si Boy reference...
BalasHapusSeperti yg dikatakan beberapa 'pakar', masyarakat memang tidak terlalu peduli visi dan misi, yg penting likability.
huehehehe...emang aku kan ibu2 mas :))
BalasHapussayang di jogja ga ada (belum ada) pilihan :p
BalasHapusminimnya peserat bukti semakin jengahnya masyarakat Indonesia akan dunia perpolitikan di negaranya
BalasHapusharus gue akui, gue adalah salah satu diantara 30 persen yang gak nyoblos. Udah niat, tapi pagi itu gue ketiduran sampai jam 3...Pas bangun, perhitungan suara lagi dilakuin...
BalasHapusKalau gw ngeliatnya lebih karena sosok Dede Yusuf yang
BalasHapusudah dikenal banyak orang, karena dia public figure.
Mestinya banyak2 terima kasih ke Bodrex tuh yang udah
membawa Dede Yusuf ke pelosok2 melalui iklan2nya di TV.
Heheheh......
Di Sumsel, Tantowi Yahya juga udah "dilamar" buat jadi calon
wagub oleh cagub independen yg ditolak oleh partai2. Bisa jadi,
mereka underdog yg juga bakal menang. Tapi belum tauk juga sih,
soalnya cagubnya dr militer, ex pangdam sriwijaya.
it's okey...
BalasHapusada bodrex.
iih... kendi. rumpi deh...
selamat jalan pak ahmad...hikss!!!
BalasHapus(yang pernah jadi anak buahnya pak ahmad heryawan)
lho kok selamat jalan.
BalasHapusselamat bertugas dong Ra.
masih inget aja lho Bob.
BalasHapuskalo gw lebih inget sosok Dede di JRK sebagai Jojo.
hehe...paling tidak yang milih Dede gak sakit kepala ya Frans..
BalasHapushmm...kumaha atuh Ri.
BalasHapusbtw, ikut prihatin dengan astro!
gw setuju.
BalasHapuspolitik kita belakangan bukan makin bagus, tapi bikin puyeng.
wah ketauan yang udah pada toku, nontonnya "cabo!"
BalasHapusnuhun pisan..
BalasHapusmau aja sih (saya pribadi) kang.
BalasHapusselamat jalan dari DKI....hiksss....hiks....
BalasHapuskan kursi wakil ketua DPRD DKI bakal ditinggalin....
wah bakal ada PAW nih....
ga jauh nasibnya ama Arnold Swazeneger
BalasHapusitu kembaranku lho mbak wit..........:D
BalasHapusminat Ra? hehehe...
BalasHapusternyata amerika sama indonesia masih sama ya win, melihat ketokohan!
BalasHapushalah ngaku-ngaku.
BalasHapuskembaran situ bukan olga syahputra?
lama2 ada syarat kalo mau jadi calon wakil bupati atau gubernur :
BalasHapus- Pernah/sedang menjadi artis atau selebriti...;p
Inilah yg dinamakan Personal Branding
BalasHapusaduh kepengen jadi artis nih...
BalasHapusmakanya sekarang banyak orang yang menjual citra diri ke media. pengen menancapkan personal branding-nya.
BalasHapusini tergantung masyarakat level mana? tapi fenomena ini selain adanya keinginan untuk perubahan bisa juga disebabkan karena masalah kepopuleran, artinya semakin populer di mata masyarakat kemungkinan si A untuk di coblos atau dipilih semakin besar meski bisa saja secara kualitas jauh dibawah calon lain. Jadi mirip2 kontes2 pencarian bakat di TV dong ^ - ^
BalasHapuspilkada memang kontes juga kok!
BalasHapusKalo ngomongin masyarakat secara general, ya pastinya bukan yg terlalu kritis dan dalam penilaiannya...
BalasHapusTokoh yg lebih kharismatik pasti akan menang, apalagi kalo secara fisik juga menarik...
Change is always a good topic, asal janji nya tidak terlalu berlebih, dan ekspektasi masyarakat juga bisa di manage...
tp waspadai pula dg apatisme dan apolitis itu tadi. tingkat golput yg tinggi jg menarik utk disimak ya... yah mudah-mudahan pasangan pimpinan baru bisa meningkatkan kesejahteraan rakyat...
BalasHapussiapapun yg menang, warga jabar (n Ina) harus jadi pengontrol yg vokal dan solid
BalasHapuspemimpin bukan penguasa tapi pelayan, suruhan yg dibayar warga
udah ganti ktp jakarta...hehe
BalasHapussiap sesama warga jabar...
BalasHapusemang udah saatnya yang muda2 yang memimpin negeri ini, yang tua terlalu banyak teori, prakteknya nol besar (mudah2an yg muda2 bisa membuktikan kalo mereka memang pantas dipilih).
BalasHapusaku malah belum ganti. masih ktp jkt tapi tinggal di jabar.
BalasHapussetuju.
BalasHapuslihat yang "itu" lagi, hasilnya nol besar kan.
kolusi, korupsi, nepotisme menjamur.
jadi inget banner2 digital printing yang sekarang gak cuma dipake politisi.... habaib2 juga ikutan pasang tampang di banner itu... personal branding juga kali yeee
BalasHapusmau ikutan pasang banner Ra? hehehe....siapa tahu dicalonin jadi menteri..
BalasHapusAsalkan yg muda memang punya pemikiran baru dan inovasi baru...
BalasHapusHati2 loh.... masih banyak kaum muda yang jalan pikirannya masih seperti yg generasi lama... masih banyak orang muda yg ingin jalan pintas, yg menghalalkan segala cara utk mendapatkan harta dan kekuasaan..
Orang2 di partai itu mengerikan loh... banyak sekali orang di dalam partai politik yg hanya mencari duit, mungkin karena tidak mampu dan tidak mau menjadi pekerja profesional.
Hati2.....
saya juga nggak nyangka, kemarin waktu ke Bandung, yang paling sepi adalah iklannya yang no 3. apa mungkin karena faktor dede yusufnya juga?
BalasHapuskarena iklan Bodrex nya udah cukup banyak dan sudah bertahun2 terpajang di mana2.... No 1 dan No 2 mana kuaaat..... pusiiiiing aaah.... hahahahaha
BalasHapusLoh Mas, di negara yg sudah sangat2 maju dan mapan [contoh UK aja ya, krn aku pernah di sana], yg namanya pemilu, itu cuma diikutin gak sampe lebih dari separuh penduduk yg berhak voting. Buat mrk milih gak milih, jaminan sosial tetap mrk dapatkan dan hukum tetap tegak berdiri gak bisa disogok.
BalasHapusIroninya kalo Indonesian mah cuma dikasih mimpi2 indah ketika kampanye, pas udah menang, huuuuuuuuuuuuuuu! Janji doang!
itu kan di negara maju Ma.
BalasHapuskalo indonesia yang baru belajar demokrasi warganya sudah apatis, susah dong.
benar Yas, dulu saat banyak liputan di dpr saya banyak kenal orang macam itu. mentalitas mereka memang cuma nyari duit. pikiran mereka (mungkin) cuma sekedar teriak di ruang sidang bisa dapat duit kok, ngapain kerja profesional. di dewan, absensi aja menghasilkan duit kok, makanya sidang-sidangnya sepi, tapi absensi penuh.
BalasHapusbisa jadi. tapi jangan salah, mesin politik PKS dikenal paling jalan dibanding Golkar atau PDIP sekalipun.
BalasHapusIya... kalo ngga gitu, meeting ngga lengkap tapi tetap berjalan walaupun sudah tau tidak akan ada keputusan bila tidak lengkap yg hadir... yg penting dapet duit karena hadir...
BalasHapusIya... liat aja Adang di Jakarta...
BalasHapusMesin Politik PKS + kharisma Kendi = lethal combination
lu terobsesi sama kendi ya?
BalasHapusdulu sempat dengerin cabo di prambors gak? lebih seru euy!
ha ha ha... lucu aja soalnya...
BalasHapusbut really, based on my experience in the party, di internal PAN pun dia cukup menonjol
Yang memprihatinkan, Pilkada Jabar berjalan dengan tingkat partisipasi yang minim. Hanya diikuti 70 persen warga. Ini warning buat politisi. Kegiatan politik makin tak menarik.
BalasHapusjustru ini menggembirakan. Demokrasi yg maju, peserta pemilunya makin dikit. Artinya tidak ada lagi mobilisasi, demi kaus, demi angpaw..
70% itu banyak loh
BalasHapusapa/siapa tuh kharisma Kendi
BalasHapuskendi itu peran Dede Yusuf di film catatan si Boy, mas.
BalasHapusdisitu dia berperan sebagai cowok cool kalem, mungkin itu yang dimaksud Yasha dengan karisma.
"Yang memprihatinkan, Pilkada Jabar berjalan dengan tingkat partisipasi yang minim. Hanya diikuti 70 persen warga. Ini warning buat politisi. Kegiatan politik makin tak menarik."
BalasHapusterlalu jauh tengkup kekuasaannya bang Udin, dan luas banget wilayahnya.mungkin yang hanya punya faktor kedekatan saja yang memilih, terutama yang deket dengan bandung. dan mungkin benar juga kata2 bang Udin, kalau politik itu sudah tidak menarik, membosankan dantidak menguntungkan
yang jelas mengelola kegiatan semacam pilkada jelas butuh duit gede. pilpres 2004 aja wilayah luar jawa hanya beberapa propinsi saja yang tergarap. jabar memang luas, justru itu tugas abdi rakyat untuk makin membuka selubung informasi hingga ke pedalaman. jangan hanya kota besar.
BalasHapus