Apa pemberian orang yang paling berharga menurut anda? Pasti jawabannya barang mahal dan antik, bernilai tinggi. Barang itu bisa berupa permata, pakaian, sepatu, atau yang memorize sifatnya.
Tapi, pernahkah anda menerima sandal jepit, dan anda begitu menyayanginya? Saya agak sangsi sebagian kita sangat sayang dengan benda yang biasa diinjak ke kamar mandi itu.
Minggu malam, Ihsan anak sulung saya terlihat sangat terpukul lantaran kehilangan sandal jepitnya di mushola perumahan kami. Ia menangis terisak-isak, karena sandal yang usianya baru sekitar 3 mingguan itu, hilang saat lomba tahun baru islam di mushola sore tadi.
Sandal jepit berwarna coklat itu harganya tak seberapa, mungkin cuma beberapa puluh ribu rupiah. Saya tak tahu pasti harganya.
Tapi bagi Ihsan, sandal itu punya nilai yang dalam sekali. Sandal itu diberikan sang kakek (ayah saya) saat ia disunat awal Januari silam. Sandal itu kerap menemaninya ke sekolah, karena di sekolah diharuskan membawa sandal jepit untuk berwudhu.
Sandal itu punya arti yang khusus bagi Ihsan karena pemberian mbah Kakungnya. Ia memang punya hubungan khusus dengan mbahnya, yang siapapun tak bisa menjelaskannya. Bahkan saya sekalipun.
Ihsan cucu pertama di keluarga saya. Bagi bapak dan ibu, ia adalah permata keluarga. Ia hadir saat kepedihan sedang melanda keluarga kami. Saat itu kami didera cobaan berat, dan Ihsan mengisi hari-hari kami. Bapak dan ibu yang sempat 'jatuh' , saat kelahiran Ihsan tiba-tiba seolah mendapat semangat baru yang luar biasa. Kami bisa rasakan itu!
Itu makanya Ihsan dan mbah kakungnya memiliki hubungan unik. Keduanya kompak banget sejak dulu.
Rupanya sandal hanya perantara hubungan diantara mereka. Sandal itu memberinya semangat karena diberikan mbah kakung dengan segenap cintanya.
Hingga tulisan ini dibuat, saya belum berhasil mengorek keterangan dari Ihsan, karena ia langsung tertidur setelah kehilangan sandalnya.
*gbr ihsan after sunat.
Tapi, pernahkah anda menerima sandal jepit, dan anda begitu menyayanginya? Saya agak sangsi sebagian kita sangat sayang dengan benda yang biasa diinjak ke kamar mandi itu.
Minggu malam, Ihsan anak sulung saya terlihat sangat terpukul lantaran kehilangan sandal jepitnya di mushola perumahan kami. Ia menangis terisak-isak, karena sandal yang usianya baru sekitar 3 mingguan itu, hilang saat lomba tahun baru islam di mushola sore tadi.
Sandal jepit berwarna coklat itu harganya tak seberapa, mungkin cuma beberapa puluh ribu rupiah. Saya tak tahu pasti harganya.
Tapi bagi Ihsan, sandal itu punya nilai yang dalam sekali. Sandal itu diberikan sang kakek (ayah saya) saat ia disunat awal Januari silam. Sandal itu kerap menemaninya ke sekolah, karena di sekolah diharuskan membawa sandal jepit untuk berwudhu.
Sandal itu punya arti yang khusus bagi Ihsan karena pemberian mbah Kakungnya. Ia memang punya hubungan khusus dengan mbahnya, yang siapapun tak bisa menjelaskannya. Bahkan saya sekalipun.
Ihsan cucu pertama di keluarga saya. Bagi bapak dan ibu, ia adalah permata keluarga. Ia hadir saat kepedihan sedang melanda keluarga kami. Saat itu kami didera cobaan berat, dan Ihsan mengisi hari-hari kami. Bapak dan ibu yang sempat 'jatuh' , saat kelahiran Ihsan tiba-tiba seolah mendapat semangat baru yang luar biasa. Kami bisa rasakan itu!
Itu makanya Ihsan dan mbah kakungnya memiliki hubungan unik. Keduanya kompak banget sejak dulu.
Rupanya sandal hanya perantara hubungan diantara mereka. Sandal itu memberinya semangat karena diberikan mbah kakung dengan segenap cintanya.
Hingga tulisan ini dibuat, saya belum berhasil mengorek keterangan dari Ihsan, karena ia langsung tertidur setelah kehilangan sandalnya.
*gbr ihsan after sunat.