Senin, 26 Januari 2009

Sandal Jepit Cinta

Apa pemberian orang yang paling berharga menurut anda? Pasti jawabannya barang mahal dan antik, bernilai tinggi. Barang itu bisa berupa permata, pakaian, sepatu, atau yang memorize sifatnya.

Tapi, pernahkah anda menerima sandal jepit, dan anda begitu menyayanginya? Saya agak sangsi sebagian kita sangat sayang dengan benda yang biasa diinjak ke kamar mandi itu.

Minggu malam, Ihsan anak sulung saya terlihat sangat terpukul lantaran kehilangan sandal jepitnya di mushola perumahan kami. Ia menangis terisak-isak, karena sandal yang usianya baru sekitar 3 mingguan itu, hilang saat lomba tahun baru islam di mushola sore tadi.

Sandal jepit berwarna coklat itu harganya tak seberapa, mungkin cuma beberapa puluh ribu rupiah. Saya tak tahu pasti harganya.

Tapi bagi Ihsan, sandal itu punya nilai yang dalam sekali. Sandal itu diberikan sang kakek (ayah saya) saat ia disunat awal Januari silam. Sandal itu kerap menemaninya ke sekolah, karena di sekolah diharuskan membawa sandal jepit untuk berwudhu.

Sandal itu punya arti yang khusus bagi Ihsan karena pemberian mbah Kakungnya. Ia memang punya hubungan khusus dengan mbahnya, yang siapapun tak bisa menjelaskannya. Bahkan saya sekalipun.

Ihsan cucu pertama di keluarga saya. Bagi bapak dan ibu, ia adalah permata keluarga. Ia hadir saat kepedihan sedang melanda keluarga kami. Saat itu kami didera cobaan berat, dan Ihsan mengisi hari-hari kami. Bapak dan ibu yang sempat 'jatuh' , saat kelahiran Ihsan tiba-tiba seolah mendapat semangat baru yang luar biasa. Kami bisa rasakan itu!

Itu makanya Ihsan dan mbah kakungnya memiliki hubungan unik. Keduanya kompak banget sejak dulu. 

Rupanya sandal hanya perantara hubungan diantara mereka. Sandal itu memberinya semangat karena diberikan mbah kakung dengan segenap cintanya.

Hingga tulisan ini dibuat, saya belum berhasil mengorek keterangan dari Ihsan, karena ia langsung tertidur setelah kehilangan sandalnya.

*gbr ihsan after sunat.

Senin, 05 Januari 2009

Ninis Sakit DB




Ninis dalam berbagai pose, sejak masuk RS Meilia, 27 Des'08 hingga pulang 3 Januari 2009.

Dari wajahnya terlihat perubahan, mulai dari layu, membaik hingga segar.

Semoga ini tak pernah terulang lagi untuk siapapun. Karena DB sulit dilacak awalnya. Panas di awal sakit selalu didiagnosa sebagai radang atau typhus. Jika orang tua abai, bisa2 anak kita 'lewat'.

Pelajaran terbesarnya: Sabar, sabar dan sabar. Dengan sabar kita bisa berpikir lebih rasional. Dan pikiran rasional dibutuhkan untuk mengambil tindakan cepat jika sewaktu-waktu terjadi hal yang tak terduga.

Oh ya, 6 hari di RS Ninis melewatkan 2 tahun baru, hijriah dan masehi. Sedih juga melihat kakaknya bawa terompet ke RS tanpa bisa kemana-mana. Malam tahun baru kita habiskan dari balik jendela, dengan kilatan kembang api dari warga di sekitar Cibubur.

Minggu, 04 Januari 2009

Ihsan dikhitan

Sabtu lalu, dengan diantar pakde, mbah kakung dan ayah, Ihsan dikhitan di rumah sunatan, Cimanggis Depok. Saya pilih tempat ini berkat rekomendasi beberapa kawan, karena menggunakan metode baru smart klamp, teknologi Belanda yang difranchise dari Malaysia.

Apa kelebihan smart klamp? Proses sunatnya tidak banyak mengeluarkan darah, perawatannya mudah, setelah disunat sudah bisa menggunakan celana dan beraktivitas. Poin terakhir itulah yang membedakan dengan metode lainnya.

Proses sunat pun lumayan cepat. Datang pukul 05.30, daftar, menunggu dokter, tunggu giliran dan sunat cuma 15 menit.

Berbeda dengan tempat lain, rumah sunatan didesain ramah bagi anak-anak. Desain interiornya banyak dihiasi poster besar tokoh kartun. Sebelum 'eksekusi', pasien dialihkan perhatiannya dengan menonton film kartun.Tujuannya agar pasien tidak takut dan lebih rileks.

Kalau ada yang mengganjal, mungkin biayanya. Untuk sunat dengan metode smart klamp biayanya 750 rb rupiah. Tapi penanganannya cukup baik, dengan tenaga medis dokter yang masih muda dan sangat mengerti anak-anak.

Oya, selain di Depok, rumah sunatan juga ada di Bintaro, Cipinang, Kayu Putih, Surabaya, Medan dan Semarang.

*Ihsan beberapa saat sebelum disunat

Alhamdulillah!

Hari yang berat dan melelahkan akhirnya lewat juga.

Akhir tahun yang biasanya diisi dengan keriaan, kali ini kami lewati dengan penuh keprihatinan. Persis tahun baru hijriah, sibungsu Ninis masuk rumah sakit Meilia Cibubur karena vonis DBD. Awalnya kami kira dia hanya panas biasa. Tapi kami curiga karena hingga hari ketiga panasnya belum juga usai.

Karena takut ada apa-apa, tes darah jadi rujukan. Ternyata benar dugaan kami, trombositnya di bawah normal, sudah 131 rb. Vonis DBD pun kami amini. Apalagi Ninis adalah orang ke-11 di komplek kami yang diopname karena DBD.

Di opname kondisinya naik turun, apalagi dia susah minum-makan dan minum obat. Padahal kunci pengobatan DB adalah banyak asupan makan dan minum untuk meningkatkan trombosit.

Banyak saran yang mampir ke kami, pakai inilah, itulah. Tapi kami sepakat untuk menggunakan sari kurma, karena alasan rasanya pasti disuka Ninis. Setelah masuk dengan trombosit 131 rb, trombonya turun ke 54 rb, 56 rb, 50 rb, 95 rb, dan sebelum pulang 150 rb.

Selama Ninis dirawat, saya pontang-panting dari RS - rumah - kantor. Anak sakit kok masuk kantor? Begitu yang dipertanyakan sejumlah kawan. Saya memang gak mungkin cuti, sebab dua kawan se-program sudah cuti duluan.

Pontang-panting lainnya karena si sulung akan dikhitan. Bunda menyarankan untuk di'cancel' aja sunatannya. Wah sudah dipesan semua, kalau dibatalkan pasti kena penalti. Akhirnya kami maju terus. Bunda mengurus printilan acara melalui hand phone-nya, saya dapat tugas mondar-mandir sampai nyebar undangan tetangga hingga telpon kerabat.

Sempat ketar-ketir juga lantaran saat hari-H si sulung, Ihsan dikhitan Ninis dan bunda masih di RS. Akhirnya siang harinya Ninis sudah boleh pulang.

Alhamdulillah acara syukuran khitanan Ihsan berjalan lancar dan Ninis kini sudah berada di tengah keluarga kembali. Benar-benar kado awal tahun yang luar biasa bagi kami sekeluarga. Melewatkan dua Tahun Baru di rumah sakit, membiarkan anak2 liburan sendiri di rumah, hingga ngantor saat anak sakit...