Selasa, 27 Februari 2007

Mohon bantuan, terutama kawan-kawan yang tinggal di Eropa


http://wisat.multiply.com/journal/item/137?mark_read=wisat:journal:137
Buat kawan yang tinggal di Eropa, ada kawan wartawan di Indonesia yang butuh bantuan. Anaknya, Safina menderita kegagalan ginjal dan butuh susu jenis tertentu namanya Pepti Junior dari Belanda.

Lebih lengkap bisa baca jurnalnya mas Tomi.

Selamat Jalan Guntur




Kamerawan SCTV, Mochammad Guntur Syaifullah yang sempat hilang 3 hari bersama tenggelamnya Kapal Levina satu, hari Minggu lalu, akhirnya jasadnya Selasa sore ditemukan. Nelayan Muara Gembong Bekasi menemukan jasadnya 300 meter dari laut Sari. Sebelumnya, 2 jasad petugas puslabfor polri yang juga hilang sudah ditemukan terlebih dulu.


Saya tak terlalu mengenal secara pribadi Guntur. Tapi dari beberapa kali bertemu di lapangan kesan saya dia adalah teman sejawat yang menyenangkan, baik dan bertanggung jawab pada profesinya. Gaya hidupnya juga begitu bersahaja.

Kesaksian Gusti, kamerawan Indosiar yang sempat bersama-sama almarhum menjelang kapal Levina tenggelam menguatkan kesan itu. Gusti sempat mengajak Guntur lompat ke laut dan melepaskan kameranya. Tapi hingga Gusti melompat, Guntur tak juga melepaskan kameranya. Nahas dan tragis! Mungkin.


Tapi saya sangat paham mengapa ia melakukan hal demikian. Bagi kamerawan, kamera adalah segalanya. Nyawanya sebagian dititipkan di benda 'ajaib' yang bisa 'menyihir' pemirsa itu. Bahkan dari perbincangan dengan kawan-2 senior, kamera bak istri keduanya, sehingga ia tak rela berbagi dengan orang lain. Apalagi mungkin ia merasa mendapatkan momen yang langka, yang tidak semua rekan seprofesinya dapat.


Selamat jalan kawan, selamat menikmati keabadian di 'sana'. Maafkan kami tak bisa berbuat lebih untuk menyelamatkanmu. Tuhan lebih sayang dirimu.. Sejuta simpati buat istri dan 3 anak Guntur. Tabah dan tetap berdo'a.


*foto diambil dari sini.

Jumpa Ortu - Anak Penulis

Start:     Mar 3, '07 10:00a
Location:     Istora Senayan, Jakarta
Pameran Buku Islam (Islamic Book Fair) 2007.
Jam 16.00 - 18.00 WIB.
Panggung Utama Istora Senayan.

Minggu, 25 Februari 2007

Safety First

Safety, kata-kata yang belakangan lekat dengan berbagai tragedi di negeri ini. Termasuk saat mendengar kabar seorang kawan kameraman Lativi meregang nyawa saat kapal Levina satu tenggelam di perairan Muara Gembong Bekasi, minggu.


Bagi yang belum tahu, setelah terbakar Kamis lalu, hari Minggu rencananya kapal Levina ditarik ke Muara Gembong untuk diselidiki lebih lanjut. Namun penyelidikan belum usai, tiba-tiba kapal tenggelam. Seorang kameraman Lativi, Suherman yang akan menikah, tewas. Sementara seorang kameraman SCTV, M. Guntur hilang bersama 2 petugas Komisi Keselamatan Transportasi. Selain mereka, seorang kru RCTI juga kritis di RS Mitra Kemayoran.


Apa yang bisa direnungkan dari kejadian ini. Safety First. Ya, keselamatan adalah segalanya. Terbukti dari keterangan Dodo, kameraman Metro Tv yang selamat, para jurnalis abai dengan keselamatan pribadinya. Di kapal sudah disediakan pelampung yang jumlahnya cukup, tapi banyak yang mengabaikannya.


Siapa yang harus dituding? Tidak perlu saling tuding. Mestinya penyelidikan kasus semacam ini tertutup dari pers. Tak perlu lah pers ikut serta ke tengah laut. Dan tak perlu lah petugas penyelidik mengajak pers ikut serta. Hanya semata ingin dikatakan "kerja" dengan diliput pers, saya kira pandangan yang konyol.


Buat kawan-kawan pers, dalam beberapa kondisi memang kita kerap tak sempat membuat penyelamatan diri yang rapi. Utamanya jika situasinya kacau. Tapi kasus tenggelamnya Levina bukan kondisi seperti itu, sehingga bisa disiapkan prosedur keselamatan pribadi.


Bagi keluarga korban, saya ucapkan duka yang sedalamnya!


*gb.diambil dari sini.

Kamis, 22 Februari 2007

Dari Adam Air ke KM Levina

Sedih, ngenes, prihatin!


Dua hari yang tidak nyaman buat saya. Hari Rabu sore pesawat Adam Air jurusan Jakarta-Surabaya tergelincir di bandara Juanda Surabaya karena ban pesawatnya pecah dan bodynya retak hingga patah. Meski tak ada korban, kejadian ini cukup mengagetkan. Karena belum hilang dari ingatan saya saat pesawat Adam Air jurusan yang sama awal tahun hilang dan hingga kini tak jelas keberadaannya.


Ada yang tak beres dengan dunia penerbangan kita. Apalagi setelah itu Dephub melarang terbang semua pesawat Boeing 737-300 milik Adam Air. Ini pasti serius!


Yang saya sesalkan pihak Adam Air membantahnya habis-habisan dan menyatakan pesawat laik terbang. Padahal sebelum terbang, menurut penumpang, pesawat sempat ganti ban secara kilat. Dan terbukti faktor "ban" lah yang menjadi persoalan.


++


Kekagetan belum hilang, Kamis siang kemarin Kapal Motor Levina jurusan Jakarta - Bangka terbakar di perairan kepulauan seribu. Hingga semalam sekitar 6 orang dipastikan tewas, 303 orang sudah dievakuasi. Diperkirakan masih ada 17 penumpang belum ditemukan.


Jumlah yang berhasil diselamatkan sedikit banyak menguak fakta akan overloadnya jumlah penumpang di KM Levina, karena sesuai manifes hanya tercatat 227 penumpang saja.


++


Saya menyesalkan kenapa tak adanya sistem audit yang jelas terhadap transportasi publik kita, sehingga musibah demi musibah terjadi dan merenggut nyawa manusia. Begitu murahnya nyawa manusia di negeri ini. Sampai kapan ini akan terjadi? Kita tak pernah tahu..


**gbr diambil dari sini.

Senin, 12 Februari 2007

Nabila Juara Lomba Mewarnai




Hari Sabtu, 10 Februari 2007, saya antar Nabila ikut lomba mewarnai di TKIT Al Fikri, Kranggan, Pondok Gede. Ini bukan lomba sejenis pertama yang ia ikuti. Sudah berkali-kali ia ikut. Tapi keberuntungan memang belum pernah hinggap di gadis kecil kami ini.

Tapi siapa nyana, hari itu Nabila berhasil menyabet gelar juara 2. Dia sangat senang karena inilah gelar juara lomba mewarnai pertamanya. Dia senang karena menang di depan kawan-2 satu sekolah yang kebetulan juga ikut.

Bagi saya, ini kemenangan membanggakan dan mengharukan. Sebelumnya ia kerap kesal tidak pernah menang jika ikut lomba sejenis.

Makanya, saat berangkat saya mewanti-wanti dia tak perlu berharap menang, yang penting ikut berpacu beradu kreativitas sudah cukup. Soal menang-kalah itu bonus. Dan diapun tampaknya cukup mengerti dengan penjelasan saya.

Saat namanya disebut pun, dia dan saya nyaris tak percaya. Bahkan saya sempat bingung, dalam beberapa menit sempat bengong tak mengambil fotonya saat berjejer dengan pemenang lainnya.

Pelajaran berharga dari lomba ini, rasa PD Nabila jadi lebih meningkat. Setidaknya ia juga bisa membuktikan, cepat habisnya krayon di rumah ada alasannya..

Rabu, 07 Februari 2007

Lunturnya Sense of Crisis

Jengkel saya membaca dan mendengar komentar menko kesra Aburizal Bakrie. Bayangkan seorang pejabat publik bisa-bisanya ngomong kalau banjir di Jakarta cuma peristiwa biasa. Ia berkata demikian karena di layar tv rakyat terlihat tertawa-tawa ditengah banjir. Hah?!!!


Ical bisa berkata begitu karena tak kebanjiran. Boleh saja ia berkata apapun, tapi jangan menohok para korban banjir yang sudah sengsara. Kehilangan rumah, anak, orang tua dan harta benda. Kurang sengsara apa lagi mister ?


Tertawanya para korban banjir adalah pelepasan dari kesumpekan, menertawakan penderitaan yang datang silih berganti selama banjir. Saya rasa kita sangat sepakat kalau tertawanya mereka bukan kegembiraan beroleh 'anugerah banjir'.


Bagaimana Ical bisa merasakan kegetiran korban bencana, lha wong  ia dan keluarganya masuk urutan nomor 6 orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Jangan-jangan kunjungannya bersama presiden meninjau korban banjir di Kampung Melayu adalah saat pertamanya bersentuhan dengan air kotor banjir...


Ah, Ical-ical, kenapa negeri ini memiliki pemimpin sepertimu. Hingga kini semua rakyat Sidoarjo masih menyisakan derita akibat lumpur panas Lapindo, perusahaan eksplorasi minyak milik Bakrie. Dan yang membuat penderitaan warga sidoarjo terasa makin 'maknyus' karena Ical yang harusnya secara moral bertanggung jawab dalam kasus Lapindo kok tak mendapat sangsi apapun. Padahal ini adalah kejahatan korporasi terhadap lingkungan. Konon di luar negeri kejahatan macam ini beroleh sangsi hukuman yang keras.


Selain kasus Lapindo dan banjir, sudah banyak ucapan dan tindakan Ical yang keblinger, tak patut. Sebagai pejabat publik, harusnya kau jaga lidahmu. Karena pemimpin yang dipegang  ya omongannya. Tak terbayangkan jika pemimpin macam ini maju di pemilihan presiden nanti!!


*gambar diambil dari sini.

Korban Banjir Jadi Model Iklan?




Ironi dibalik banjir. Ini foto kiriman seorang kawan. Semula saya pikir hasil rekayasa foto, tapi setelah saya amati ternyata asli.

Bukan kebetulan kalau korban banjir ini sedang dikeramasi oleh kedua anaknya dengan shampo bermerk Sunsilk. Mestinya Unilever membeli foto ini dan menjadikannya sebagai iklan Sunsilk yang akan datang.

Ironinya ada di mana? Coba perhatikan si ibu dikeramasi rambutnya, artinya dibersihkan dari kotoran. Tapi perhatikan, badannya hingga dada terendam air kotor.

++

Ibu dan kedua anaknya layak dapat penghargaan dari produsen shampo ini. Coba aja bayangkan saat banjir besar melanda Jakarta, mereka tetap setia menggunakan shampo ini, meski harus dibilas dengan air kotor banjir.

Ketiganya bisa diganjar award sebagai pemasar kelas wahid, karena sangat sadar merk dan memanfaatkan segala kesempatan untuk berpromosi.

Mungkin pak Hermawan kertajaya berminat memberikan penghargaan?