Rabu, 29 November 2006

Dukung Petisi Online Tolak Smack Down

http://www.petitiononline.com/nosdontv/petition.html
Wahai kawan yang hirau dengan masa depan anak-anak, yuks mari dukung petisi ini. Setidaknya ini bisa jadi terapi kejut bagi pengelola media, agar tidak semena-mena terhadap pemirsa. Sehingga tak ada lagi anak yang menjadi korban tewas akibat tayangan Smack Down (Lativi) seperti di Bandung.

Sekecil apapun usaha kita, semoga menjadi penyadar buat pengambil keputusan. Semoga "mereka" tidak tidur!

Minggu, 26 November 2006

Ikutan BBM-nya Gramedia Majalah

Hari Sabtu lalu, terprovokasi laporan pandangan fotonya mas ciput, iseng nyoba ikutan bursa buku murah Gramedia majalah di kawasan kebun jeruk jakarta barat. Sebenarnya gak iseng juga, karena jadwalnya bareng dengan saat 'ngampus' di meruya.


Berangkat dari rumah di Kranggan Cibubur sekitar pukul 07.00 WIB. Dengan menumpang bis jurusan Rambutan-Merak, saya berharap bisa sampai di lokasi agak pagi, setidaknya dari pengunjung lain. Ini juga sesuai tipsnya mas Ciput agar datang lebih awal.


Karena naik bis sendirian, ritual yang biasa saya lakukan pastinya baca buku. Eh, baru beberapa lembar...ngantuk euy! Akhirnya setelah bayar ongkos, terbanglah saya ke alam mimpi.


Meski nggak bener-2 tidur...eh ndilalah nyaris kebablasan... Saat terjaga, bis yang saya tumpangi sudah masuk lagi pintu tol kebun jeruk. Kalau saja tak terjaga pastinya saya sudah sampai merak pagi itu, dan semua rencana 'gatot' alias gagal total.


Dengan setengah bergegas karena jam sudah menuju pukul 08.30. Sampai di Gramedia Majalah 5 menit kemudian dengan jalan kaki--lumayan ngebakar lemak! Eh, ternyata eh ternyata ....sudah banyak book addict yang ngantri di lobby depan lift. Huh! Gagal deh..capek deh..


Saya gak tahu bagaimana manajemen pengunjung diterapkan dalam bursa buku semacam ini sebelumnya. Namun yang saya lihat di kebun jeruk kacau balau. Semua pengunjung dipaksa berjubelan di depan lift yang tak seberapa luasnya. Bahkan beberapa yang membawa anak kecil terpaksa mundur teratur.


Baru jam 9 kurang 1 menit lift dibuka, dan ngaburlah semua pengunjung ke lantai 8 ballroomnya Gramed. Sampai lokasi, jenis buku yang di sale murah 10 ribu empat eksemplar terbatas. Mayoritas buku cerita anak bergambar dan resep masakan.


Sayang karena buru-buru berangkat saya gak sempat bawa uang banyak. Kartu kredit pun tersimpan manis di lemari alias lupa dibawa, akhirnya saya cuma dapat 20 buku buat tiga kurcaci di rumah. Lumayan lah, kalau beli harga asli... wah merongrong kantong!


Sayangnya lagi nggak bawa kamera jadi nggak ada foto pandangan matanya! *Gambar diambil dari google.


 


 

Rabu, 22 November 2006

Pipa Gas Lapindo Meledak!!

Kabar sedih lagi dari Porong Sidoarjo. Rabu malam, pipa gas milik Pertamina di lokasi semburan lumpur panas Lapindo Brantas meledak. Hingga kamis pagi, sedikitnya 8 orang warga tewas akibat kejadian ini, belasan lainnya luka-luka.

Umumnya korban tewas akibat luka bakar terkena semburan gas yang meledak setinggi 500 meter.Karena dahsyatnya ledakan, getaran dan ledakan dirasakan warga di Pasuruan dan Gresik.

Menurut tim nasional penanggulan lumpur panas Lapindo, penyebab meledaknya pipa akibat tanah di sekitar lokasi turun (amblas) sekitar 5 meter!

Bencana lingkungan yang disebabkan oleh eksplorasi Lapindo memang dahsyat, selain sudah menenggelamkan sedikitnya 3 desa di Porong, kasus ini juga menyebabkan banyak warga sekitar yang terpaksa mengungsi, kehilangan pekerjaan, dan putus sekolah.

Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap insiden semacam ini? Negara tampaknya tenang-tenang saja, seolah-olah bukan urusannya, sehingga semuanya dibebankan pada Lapindo Brantas. Sementara Lapindo sendiri tidak punya cukup pengalaman dan solusi menghentikan semburan lumpur panas.

Bahkan ganti rugi terhadap warga tidak sepadan dengan rumah mereka yang tenggelam. Warga kini terpaksa mengungsi dengan bekal uang kontrakan dari lapindo sebesar sekian juta rupiah, yang jauh dari kelayakan.

Kalau sudah begini, dimana keluarga Bakrie sang pemilik Lapindo? Apakah Aburizal Bakrie masih 'nekat' maju di pemilihan presiden tahun 2009 ?

Selasa, 21 November 2006

[info penting] Minuman Kemasan Berbahaya

http://tianarief.multiply.com/journal/item/904
Penting dibaca! Ternyata air minuman kemasan yang beredar bebas di masyarakat tidak sepenuhnya aman.

Biar tetap sehat, perlu baca ini!

Kamis, 16 November 2006

beranjak tua

17.11.2006


 


hari ini usia merambat


tak terasa diri beranjak


terlalu banyak dosa yang pernah kuperbuat


sementara kebaikan, rasanya masih terlalu sedikit


 


terima kasih Allah


atas anugerah


hidup, usia, rejeki dan semuanya

Selasa, 14 November 2006

Ibunda ke Bengkulu

Start:     Nov 17, '06 3:00p
End:     Dec 4, '06
Location:     Bandara Sukarno Hatta
Sebelum berangkat ke tanah suci, ibu+bapak, kakak dan adiknya akan ke Bengkulu terlebih dulu untuk menghadiri resepsi pernikahan keponakannya.

Di kota ini ibu akan tinggal hingga hari "H" keberangkatannya ke tanah suci melalui Padang, 4 Desember 2006.

Happy B'day Benny - Faiz!




   





Hari ini (Rabu, 15 Nov) dua kawan saya berulang tahun. Yang pertama, Benny Rhamdani, penulis cerita anak dan remaja yang kerap memperoleh berbagai penghargaan sejak jaman SMA dulu. Dia adalah kawan kuliah saya di Fikom Unpad. Dari dia saya banyak belajar mengenai bagaimana menulis dan mengembangkan diri.

 

Selepas kuliah di Unpad, Benny sempat jadi wartawan dan penari di pusat kebudayaan India. Ya, kawan saya satu ini memang pecinta budaya India. Sejak dulu dia hafal siapa saja bintang Bollywood yang lagi naik daun. Kini setelah tak lagi jadi wartawan, dia berkarir sebagai editor penerbit Cinta di Bandung.

Yang satu lagi kawan kecil Abdurahman faiz aka mas faiz, putra pasangan mas Tomi dan bunda Helvy. Kalau Beny kawan saya pertama sudah lama malang melintang di dunia penulisan, nah mas faiz baru merintisnya sejak beberapa tahun terakhir. Meski sebagai new comer, jangan salah tulisan faiz dahsyat! Tengok saja beberapa bukunya yang diterbitkan Dhar Mizan.


Perjumpaan saya pertama kali dengan tulisan Faiz berupa suratnya pada presiden terjadi di internet. Melalui sejumlah milis, beredar tulisan bocah SD ini. Wah, tulisannya tak seperti anak SD kebanyakan. Saya yakin, dengan arahan kedua ortunya, Faiz akan jadi penulis masa depan.


Happy b'day kawan, saya tunggu karya-2 kalian...


*ket.foto kiri mas Faiz dan kanan Benny 

Jelang Ibunda ke Tanah Suci

Hari minggu lalu, 12 november, di rumah bapak-ibu di Joglo, Jakarta Barat, keluarga besar Mohamad Irfan (kakekku almarhum) menggelar halal bihalal. Sebenarnya halbil-nya sih biasa, karena tiap tahun digelar hajatan serupa yang tempatnya bergiliran. Tapi khusus tahun ini kami gunakan juga sebagai Ratiban --semacam do'a bersama mohon keselamatan sebelum berhaji. Ibuku, Sopiyah, tahun ini memang akan menunaikan ibadah haji.


Bagi kami terasa istimewa, apalagi pekan ini ibu harus sudah berada di Bengkulu untuk menghadiri resepsi pernikahan keponakannya. Setelah itu ibu menetap di sana hingga berangkat ke tanah suci melalui Padang 4 Desember mendatang. Itu artinya, sisa waktu sebelum berangkat ke tanah suci, kami anaknya tak ada disampingnya.


Ya, perjalanan ibu ke tanah suci memang bak petualangan. Akhir tahun lalu Bapak dapat rejeki pasca pensiun dari kantornya dan sebagian uangnya diniatkan untuk memberangkatkan Ibu ke tanah suci. Bapak sendiri sudah berangkat tahun 2004 lalu. Karena di Jakarta sudah fully booked, akhirnya datang tawaran dari adiknya di Bengkulu untuk ikut kloter di kotanya. Kebetulan di bengkulu saat itu baru sedikit pendaftar hajinya.


Pucuk dicinta ulam tiba, bak dapat durian runtuh. Akhirnya semua persyaratan yang semula untuk kloter Jakarta, dialihkan ke Bengkulu. Alhamdulillah urusan lancar, meski harus bolak-balik Jakarta-Bengkulu.


Satu yang membebani pikiran kami anak-anaknya, kondisi kesehatan ibu yang naik turun. Bahkan sehari sebelum halbil, ibu sempat jatuh di carrefour saat belanja. Belum lagi penyakit asam urat dan rematik yang diderita ibu selama ini.


Ingin rasanya mendampingi ibu di tanah suci....


Namun seorang kawan yang kebetulan akan berhaji tahun ini berujar, iklaskan kepergian ibu ke tanah suci, serahkan semuanya, biar Allah yang mengatur. Pernyataan yang cukup melegakan.


Man-teman mohon do'anya agar perjalanan ibadah Ibu ke tanah suci lancar dan Ibu diberi kesehatan sehingga bisa menjalankan semua (minimal) ibadah wajibnya. Dan semoga ibu kembali ke tanah air dengan selamat.


Oya, buat semua handai taulan, kerabat, sahabat, atau orang yang mengenal ibu, beliau menghaturkan permohonan maaf atas segala kesalahan selama ini, yang disengaja maupun tidak.


*foto ibu, diambil hari Sabtu 11 November 2006

Kamis, 09 November 2006

Sanggahan SCTV Soal Kasus Sumanto

Hmm, akhirnya SCTV bikin sanggahan soal Sumanto yang kabarnya diculik dari TV7. Etika atau taktik ? yang bisa menilai kawan-2 semua.


Yang jelas, berada dalam bisnis TV memang 'keras'. Di dalam saja sikut-sikutan nggak karuan, apalagi dengan kompetitor....


Oya ini lanjutan dari artikel ini. Ini jawaban dari kawan SCTV..


===============


SCTV : Klarifikasi Soal Sumanto


Kami telah mengangkat soal keluarnya Sumanto dari penjara dan penolakan warga desa Plumutan dan keluarganya pada Derap Hukum edisi Jumat, 20 Oktober 2006. Selama hampir seminggu reporter Derap Hukum menemui Sumanto untuk melakukan wawancara, karenanya
reporter kami cukup mengenal Sumanto.

Pada hari Minggu 29 Oktober 2006 reporter Derap Hukum yang sama, kami kirim ke Panti Rehabilitas An-Nur di Purbalingga, tempat Sumanto ditampung. Namun tugasnya kali ini bukan untuk Derap Hukum tapi mengisi di program Bayu di Liputan6 pagi, yang telah
direncanakan seminggu sebelumnya. Kami menganggap sosok Sumanto setelah keluar dari penjara dan tidak pulang kampung masih layak untuk diketahui. Rencana awal, tim kami
harus membawa sumanto ke studio SCTV Jakarta.
 
Di Purbalingga, masih di hari minggu 29 Oktober 2006 ada kabar kalau Sumanto dan Pak H. Supono diajak TV7 ke Jakarta untuk Kupas Tuntas.  Reaksi kami saat itu, ya sudah, kami tidak akan mengganggu acara sumanto di Kupas Tuntas TV7. Seusai acara Kupas Tuntas TV7, selasa sekitar jam 01.00 wib tim kami menghubungi kembali Pak Supono dan
menanyakan apakah bisa tampil di studio SCTV. Saat itu Pak Supono menjawab bisa dan memberitahu dimana mereka menginap. Esok paginya, tim Derap Hukum yang telah
dikenal Sumanto dan Pak H. Supono  Mustadjab di Purbalingga- lah yang menjemput mereka. Dengan demikian, baik Sumanto maupun Pak H. Supono Mustadjab sudah tahu bahwa yang menjemputnya adalah dari SCTV.


Kami tidak pernah mengatasnamakan Kupas Tuntas pada saat negosiasi dengan pak H. Supono Mustadjab.  Artiya apa? Artinya tidak ada pelanggaran etika di sini. Perlu diingat, kami langsung berhubungan dengan nara sumber utuk meminta kesediaanya menjadi tamu
setelah ia tampil di program Kupas Tuntas TV7. dan yang bersangkutan  menyatakan kesediaannya. Jadi, kalau kami menjemput Sumanto dan Pak H. Supono di Hotel, itu karena sudah ada janji sebelumnya dengan yang bersangkutan. Dengan demikian,  tidak benar
kami menculik mereka!!



Apakah untuk itu kami harus meminta izin lagi ke pihak Kupas Tuntas bahwa kami akan mengundang tamu yang baru tampil diprogramnya? Kami rasa tidak begitu cara kerja
yang benar. Karena Kupas Tuntas bukan Manager Sumanto dan Pak H. Supono yang bisa mengatur kepada siapa Sumanto dan Pak Ustad harus menerima wawancara. 

Setelah Sumanto tampil di program Bayu di liputan 6 pagi. Melalui telepon kami berhubungan dengan pihak Kupas Tuntas TV7. Intinya pihak Kupas Tuntas TV7 meminta kami  datang ke kantor TV7 untuk memberikan penjelasan. Kami menolak karena menurut kami TV7 bukan
atasan kami dan juga tidak ada masalah yang harus dijelaskan. Lagi pula kami telah menjelaskannya via telepon.

Namun begitu, kami masih menawarkan pertemuan di tempat lain, bukan di TV7, waktu itu kami tawarkan untuk bertemu di hotel tempat Sumanto menginap. Tapi pihak TV7 menolaknya. Jadi penjelasan telah kami berikan, tidak ada hubungannya dengan pemred kami yang sedang di Eropa.
 
Anda menuduh kami memanfaatkan keluguan Pak H. Supono Mustadjab?! Darimana anda tahu bahwa beliau lugu? Jangan-jangan beliau lebih cerdas dari anda?
 
Demikian penjelasan kami. Terima kasih.
 
Insan Kamil Produser Program Bayu di Liputan6 pagi 
GRAHA SCTV
JL. JENDERAL GATOT SUBROTO KAV 21
TELP : 021-5225555
FAKS; 021-5220120

DENIAS Senandung Di atas Awan

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Judul : Denias Senandung Di atas Awan
Sutradara : John De Rantau
Pemain : Albert Fakdawer, Ari Sihasale, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Nia Zulkarnaen.

Sudah lama tak menemukan film layar lebar lokal yang mencerahkan. Apalagi genre film remaja dan horror saat ini begitu mendominasi, maka kehadiran Denias bak oase yang menyegarkan.

Film ini disutradarai John De Rantau, dengan produser pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Film ini dibintangi sebagian besar pemain asal Papua, yang umumnya bermain natural.

Ide dasar film ini sesungguhnya ringan dan mungkin biasa, keinginan seorang anak untuk terus bersekolah. Tapi yang tidak biasa adalah anak itu dari pedalaman Papua, yang hidup ditengah adat Papua yang --maaf-- masih tertinggal dari saudaranya di propinsi lain di Indonesia.

Denias --diperankan dengan sangat memikat oleh Albert 'AFI junior'-- sama dengan kebanyakan anak Papua, senang sepakbola, berburu kuskus, dan bermain. Tapi dia juga senang belajar. Dari sekian anak yang sekolah di desanya, Denias cukup menonjol. Dia cepat bisa baca tulis, dan yang lebih penting kemauannya kuat untuk 'menembus awan'. Seperti dongeng yang diceritakan sang guru (Mathias Muchus) dengan menembus awan, Denias akan dapat melihat dunia lebih luas.

Keinginan Denias sekolah juga diperkuat pesan sang mama sebelum tewas terbakar, yang ingin Denias terus sekolah. Di film juga digambarkan bagaimana untuk bisa belajar di sekolah beneran di kota, Denias harus berlari berkilo-kilo meter, melewati pegunungan, sungai dan lembah. Dan dalam 4 hari perjalanan akhirnya sampai di Timika.

Di Timika, perjuangan baru dimulai agar ia bisa belajar di sekolah Freeport. Kelucuan dan keluguan seorang anak Papua banyak terlihat disini. Misalnya saat Enos --kawan Denias-- yang bandel dan suka mencuri diminta menunjukkan raportnya jika hendak sekolah di Freeport. Tahu apa yang dilakukannya, Enos harus berlari menembus bukit, gunung dan sungai sebelum memperoleh buku raportnya. Wow!

Intinya, Denias mengajarkan banyak hal tentang semangat belajar apapun, perkawanan, cinta sesama...sesuatu yang (mungkin) mulai luntur di kota-kota besar di tanah air.

Yang menarik, film ini dibungkus dengan pemandangan alam Papua yang wow keren.... Mata saya yang terbiasa melihat bangunan kotak-2 di ibukota dan kemacetan yang semrawut, di film ini dimanjakan dengan indahnya sungai, danau, lansekap puncak gunung bersalju, hutan yang alami dan budaya Papua yang eksotis. Gak salah kalau saya kasih 4 bintang untuk film ini.

Kalaupun ada yang mengganggu, mungkin editing yang beberapa agak 'jorok' sehingga kadang mengganggu. Terus juga pesan sponsor soal TNI -kopasus tepatnya- melalui tokoh Serma Hartawan yang biasa dipanggil Maleo (Ari Sihasale). Eh, ada juga soal iklan produk yang cukup mengganggu, seperti permen Blaster, mie Kare, odol Formula dan Freeport tentunya.

Tapi, lagi-lagi saya maklumi semua keanehan tadi. Secara keseluruhan bagooos!!

Oya FYI, Denias (yang nyata) kini sedang kuliah atas beasiswa Freeport di Darwin Australia.

*Saran saya bagi kawan2 yang punya anak usia sekolah, ajaklah menonton film ini, biar tahu "Indonesia yang lain".

DENIAS Senandung Di atas Awan

Rating:★★★★
Category:Movies
Genre: Drama
Judul : Denias Senandung Di atas Awan
Sutradara : John De Rantau
Pemain : Albert Fakdawer, Ari Sihasale, Marcella Zalianty, Mathias Muchus, Nia Zulkarnaen.

Sudah lama tak menemukan film layar lebar lokal yang mencerahkan. Apalagi genre film remaja dan horror saat ini begitu mendominasi, maka kehadiran Denias bak oase yang menyegarkan.

Film ini disutradarai John De Rantau, dengan produser pasangan Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen. Film ini dibintangi sebagian besar pemain asal Papua, yang umumnya bermain natural.

Ide dasar film ini sesungguhnya ringan dan mungkin biasa, keinginan seorang anak untuk terus bersekolah. Tapi yang tidak biasa adalah anak itu dari pedalaman Papua, yang hidup ditengah adat Papua yang --maaf-- masih tertinggal dari saudaranya di propinsi lain di Indonesia.

Denias --diperankan dengan sangat memikat oleh Albert 'AFI junior'-- sama dengan kebanyakan anak Papua, senang sepakbola, berburu kuskus, dan bermain. Tapi dia juga senang belajar. Dari sekian anak yang sekolah di desanya, Denias cukup menonjol. Dia cepat bisa baca tulis, dan yang lebih penting kemauannya kuat untuk 'menembus awan'. Seperti dongeng yang diceritakan sang guru (Mathias Muchus) dengan menembus awan, Denias akan dapat melihat dunia lebih luas.

Keinginan Denias sekolah juga diperkuat pesan sang mama sebelum tewas terbakar, yang ingin Denias terus sekolah. Di film juga digambarkan bagaimana untuk bisa belajar di sekolah beneran di kota, Denias harus berlari berkilo-kilo meter, melewati pegunungan, sungai dan lembah. Dan dalam 4 hari perjalanan akhirnya sampai di Timika.

Di Timika, perjuangan baru dimulai agar ia bisa belajar di sekolah Freeport. Kelucuan dan keluguan seorang anak Papua banyak terlihat disini. Misalnya saat Enos --kawan Denias-- yang bandel dan suka mencuri diminta menunjukkan raportnya jika hendak sekolah di Freeport. Tahu apa yang dilakukannya, Enos harus berlari menembus bukit, gunung dan sungai sebelum memperoleh buku raportnya. Wow!

Intinya, Denias mengajarkan banyak hal tentang semangat belajar apapun, perkawanan, cinta sesama...sesuatu yang (mungkin) mulai luntur di kota-kota besar di tanah air.

Yang menarik, film ini dibungkus dengan pemandangan alam Papua yang wow keren.... Mata saya yang terbiasa melihat bangunan kotak-2 di ibukota dan kemacetan yang semrawut, di film ini dimanjakan dengan indahnya sungai, danau, lansekap puncak gunung bersalju, hutan yang alami dan budaya Papua yang eksotis. Gak salah kalau saya kasih 4 bintang untuk film ini.

Kalaupun ada yang mengganggu, mungkin editing yang beberapa agak 'jorok' sehingga kadang mengganggu. Terus juga pesan sponsor soal TNI -kopasus tepatnya- melalui tokoh Serma Hartawan yang biasa dipanggil Maleo (Ari Sihasale). Eh, ada juga soal iklan produk yang cukup mengganggu, seperti permen Blaster, mie Kare, odol Formula dan Freeport tentunya.

Tapi, lagi-lagi saya maklumi semua keanehan tadi. Secara keseluruhan bagooos!!

Oya FYI, Denias (yang nyata) kini sedang kuliah atas beasiswa Freeport di Darwin Australia.

*Saran saya bagi kawan2 yang punya anak usia sekolah, ajaklah menonton film ini, biar tahu "Indonesia yang lain".

Selasa, 07 November 2006

Cerita Lain dari Kranggan


http://udin.vox.com
gara-2 diracunin mbot, akhirnya gw buka juga account di vox.com.

vox.com ini adalah situs social network baru yang lumayan keren, setidaknya dari tampilan grafis dan fitur-2nya.

meski punya account di vox, bukan berarti MP ditinggal lho.... dua-duanya teteup jalan kok.

Cerita Lain dari Kranggan


http://udin.vox.com
gara-2 diracunin mbot, akhirnya gw buka juga account di vox.com.

vox.com ini adalah situs social network baru yang lumayan keren, setidaknya dari tampilan grafis dan fitur-2nya.

meski punya account di vox, bukan berarti MP ditinggal lho.... dua-duanya teteup jalan kok.

Cerita Lain dari Kranggan


http://udin.vox.com
gara-2 diracunin mbot, akhirnya gw buka juga account di vox.com.

vox.com ini adalah situs social network baru yang lumayan keren, setidaknya dari tampilan grafis dan fitur-2nya.

meski punya account di vox, bukan berarti MP ditinggal lho.... dua-duanya teteup jalan kok.

SCTV Culik Sumanto dari TV7

Persaingan antar stasiun TV lokal di tanah air belakangan memang makin kencang. Apalagi setelah peta kepemilikan stasiun tv berubah dengan merger strategisnya TV7 ke Trans Tv. Setelah ini kabarnya akan ada juga Lativi dengan antv. Padahal antv sendiri sudah duluan joint dengan Star Tv Hong Kong.

Karena bersaing, masing-2 pihak akan berupaya dengan cara apapun untuk unggul dari yang lain. Begitu pula di bidang pemberitaan. Setelah 'era berita' ala SCTV belakangan meredup pesonanya, kiblat berita suka tidak suka belakangan merapat ke Tendean --markas grup trans Tv.


Banyak inovasi yang lahir dari Tendean. Dan tampaknya ini membuat 'gerah' pesaingnya. Terakhir saat Sumanto--mantan Napi kasus pemakan mayat-- dihadirkan Tv7 untuk live Kupas Tuntas, ternyata pesaingnya --baca SCTV-- ikut nebeng 'membajak' Sumanto yang tengah menjadi tamunya TV7 dan memasangnya di studio SCTV untuk live di program barunya "Bayu di Liputan 6 Pagi".



Berikut kutipan (dari milis internal news-transtv) seorang teman di TV7 atas ketidakprofesionalan SCTV(baca: kelicikan), yang sampai hari ini belum mendapatkan tanggapan.


*gbr sumanto diambil dari sini.


----------------------------------------------------

Senang rasanya bisa mendatangkan Sumanto ke Jakarta untuk bisa tayang live di Kupas Tuntas TV 7, pada senin malam 30 Oktober kemarin. Meski hanya tayang 30 menit, namun perjuangan untuk mendatangkannya ke Jakarta, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Awalnya, pak H Supono Mustadjab, yang kini menampung Sumanto di Panti rehabilitasi mental dan narkoba miliknya sempat ragu bisa membawa Sumanto ke Jakarta, apalagi dengan menggunakan pesawat terbang. Karena kondisi Sumanto yang masih labil. Bahkan, Sabtu, 28 Oktober lalu saat baru tiba di panti, di desa bungkanel, karang anyar purbalingga, beberapa orang keluarga pak Pono, bahkan menolak Sumanto dibawa menggunakan pesawat terbang. Namun kami berhasil meyakinkan mereka, apalagi kami sudah membawa tiket untuk pak Pono dan Sumanto ke Jakarta.

Tapi masih ada syarat lain dari pak Pono, Sumanto harus kami pamitkan ke kampungnya. Minggu, 29 Oktober, kami mendatangi camat dan kepala desa Lumutan, untuk meminta ijin membawa Sumanto ke Jakarta. Karena Sumanto masih labil, kedua orang ini juga sempat mempertanyakan niatan kami. Namun saya meyakinkan mereka dengan cara menjadikan kami berdua sebagai jaminan, jika ada sesuatu yang terjadi selama di Jakarta.

Dan sebagai pengundang, sudah tentu Sumanto menjadi tanggung jawab kami, sejak ia meninggalkan panti menuju TV7 Jakarta, hingga tiba kembali dipanti.

Senin pagi, 30 Oktober, pukul 07.30 kami meninggalkan panti menuju semarang. Turut menyertai Sumanto H Supono, dan seorang tim medis, mas Ahmad. Kurang dari 6 jam perjalanan kami tiba di Bandara Ahmad Yani Semarang.

Disinilah kami mulai mengatur siasat untuk menaikkan Sumanto ke pesawat. Saya kemudian kordinasi dengan pihak bandara, dan juga dengan pihak Lion Air. Hasilnya, kami berlima diberikan tempat duduk dibaris paling belakang. Sejak tiba dibandara, hanya saya dan juru kamera Ferdy yang turun dari mobil, Sumanto dan rombongan tetap menunggu boarding di dalam mobil.

Saat boarding, pihak lion air menaikkan semua penumpang terlebih dahulu, baru kemudian kami menyusul, dengan dikawal petugas dari bandara, hingga tiba di dalam pesawat melalui tangga belakang.

Saya amat berterima kasih pada petugas bandara Ahmad Yani Semarang, dan pihak Lion Air yang banyak membantu.

Tiba di cengkareng, entah bagaimana kami telah ditunggu oleh banyak infotainment, di pintu keluar terminal 1A.

Melalui berbagai rintangan, akhirnya kami tiba di TV7, dan berhasil live Kupas Tuntas pukul 23.00. Namun perjuangan belum usai, Malam hari saat akan istirahat di Hotel Santika, Saya kembali melakukan semacam perjanjian dan kesepakatan dengan pihak hotel, agar kehadiran Sumanto tidak mengganggu tamu lain. Dan saya menjaminkan diri jika terjadi apa-apa. Bahkan saya dan manager hotel telah mengatur bagaiman jalur keluar masuk hotel bagi sumanto.

Sore tadi, setelah taping dengan good morning Trans Tv, Sumanto dan rombongan kami antar ke bandara, Soekarno Hatta, untuk kembali ke Purbalingga, via Jogja. Kali ini menggunkan maskapai Adam Air. Tiba di bandara, kembali saya berkordinasi dengan pihak adam air dan bandara, mengenai kronologi membawa sumanto naik ke pesawat. Sempat keluar beberapa opsi, mulai dari menaikkan lebih dulu sebelum penumpang lain boarding, hingga rencana menggunakan mobil langsung ke kaki tangga pesawat. Namun akhirnya kami menggunakan cara di semarang kemarin. (udah mirip pejabat aja yah?)

Saat semua penumpang adam air telah boarding, barulah kami merapat setelah menunggu didalam mobil di pelataran parkir, sekitar 1,5 jam. Turun dari mobil kami telah disambut security adam air dan security bandara sekitar 10 orang. Dan kami kemudian dikawal menuju pesawat melalui pintu C5.

Saya amat berterima kasih pada pihak adam air atas bantuannya, mengurus keberangkatan sumanto, termasuk pihak bandara yang banyak membantu. Dan saat tiba di Jogja pun tadi, mereka dijemput langsung oleh security adam air dari dalam pesawat. Mobil yang saya siapkan disanapun telah menjemput. Dan saat ini pukul 21.00 malam mereka dalam perjalanan menuju panti Purbalingga.

Ini saya tulis, bukan untuk pamer atau sombong, bisa membawa Sumanto ke Jakarta, untuk live. Saya yakin siapapun kru yang diutus pasti bisa membawanya. Tapi proses yang kami lalui untuk membawanya bagi saya tak ternilai harganya. Ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa.

Namun ternyata ada pihak yang tidak memiliki etika, dan menganggap dirinya adalah bos dari kru kupas tuntas tv7, sehingga dengan seenak dengkulnya, senin subuh tadi dia menjemput Sumanto dan H Supono ke Hotel, dan membawanya ke studio SCTV, untuk live di liputan 6 pagi. Di acara baru yang dipandu Bayu.

Saya gak butuh sanjungan, tapi saya yang membawa Sumanto ke Jakarta, apa iya para petinggi di News SCTV, hingga penanggung jawab acara itu, tak beretika sopan santun? Selama di Jakarta, Sumanto adalah tanggung Jawab tim Kupas Tuntas TV7. Dan SCTV tidak menganggap hal itu, dan tanpa malu, tanpa pemberitahuan kepada kami membawa sumanto untuk live di studio mereka.

HEBAT, LUAR BIASA CULASNYA mereka. Dan saat kami meminta klarifikasi, sang pemred sedang di eropa, dan orang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab hanya berkata "itukan biasa, apalagi kan udah live di kupas tuntas semalam"

BIASA??? Ternyata seperti itu budaya sebuah divisi NEWS SCTV??? Andai setelah live kupas tuntas selesai, Sumanto tak lagi menjadi tanggung jawab saya, SCTV mau mengundang dia live 24 jam pun silahkan, tapi dengan enaknya dia jemput, live, diantar kembali ke hotel. Apa mereka dari liputan 6 SCTV itu adalah dewa atau tuhan yang bisa berbuat sesuka hati. Persaingan boleh bung, tapi dengan cara yang cerdas, bukan cara culas mengambil narasumber orang lain, tanpa ada ijin sebelumnya.

Analogikan : dirumah anda ada tamu yang anda jemput untuk menginap, tapi saat anda tidur malam harinya, tamu itu saya bawa diam-diam? Apakah saya beretika??? Yah itulah NEWS SCTV. Yang sampai detik ini tidak berani memenuhi undangan kami untuk hadir di News Room TV 7, guna memberikan penjelasan, akan hal itu.

Dari hal ini saya yakin, kru SCTV memble, untuk mendatangkan langsung sumanto saja tak mampu, dan harus berbuat curang, culas dan menjijikkan.

Saya mengaku salah tak menjaga 24 jam di hotel, sehingga mereka dengan mudah datang. Dan dengan mudahnya kru SCTV menggunakan keluguan H Supono, sehingga bisa dibawa ke studio mereka. Hebat betul kru SCTV meyakinkan H Supono bahwa SCTV telah kordinasi dengan kami di Kupas Tuntas.

Wartawan infotainment saja menemui saya secara baik-baik minta waktu untuk bisa wawancara dengan sumanto tadi di parkiran bandara.

Saya tau SCTV sangat kaya, sehingga berapun biaya yang telah kami keluarkan untuk membawa Sumanto ke Jakarta, pasti mereka bisa keluarkan juga, bahkan mungkin lebih mewah, membawa Sumanto dengan Garuda, menginap di hotel bintang 5. Tapi bukan itu masalahnya. Mereka ternyata tak beretika. Dan apa NEWS SCTV bisa membayar semua proses yang kami lalui itu? Apa yang yang saya lakukan selama 4 hari sebagai proses menjemput Sumanto ke Jakarta, tak akan bisa dibayar oleh SCTV. Bahkan dengan ribuan maaf, atau miliaran rupiah.

Maju boleh bung, tapi dengan kaki sendiri. Kalau mau dengan kaki orang lain, yah potong aja kaki kalian.

MUHAMMAD ASRI RASMA
ASS. PROD. KUPAS TUNTAS TV 7

MUHAMMAD ASRI RASMA
ASSISTEN PRODUSER KUPAS TUNTAS TV7
Gedung Trans Tv, Lt. 5
Jl. Kapt. P. Tendean Kav. 12-14 A
Jakarta 12790, Indonesia
Telp : 021 7918 3124
Fax : 021 7918 4581

Rabu, 01 November 2006

Buku Murah Diskon 50%

Start:     Nov 24, '06 01:00a
End:     Dec 3, '06
Location:     Gd. A Depdiknas Jl. Sudirman, Jakarta Pusat
Belum puas borong buku?
Tunggu 50% Book Event ke 4

24 Nov - 3 Des 06
Pk 09.00 -19.00WIB

Lebih dari 500 ribu eksemplar buku didiskon 50%

Tempat:

Gedung A Departemen Pendidikan Nasional
Jl. Jendral Sudirman (Samping Ratu Plaza)
Jakarta Pusat

Diikuti 70 penerbit ternama:

KPG, KOMPAS, GRASINDO, ELEXMEDIA, PSH, GRAFITI, YAYASAN OBOR INDONESIA, AGROMEDIA, MIZAN, DIAN RAKYAT, ISAI, LKIS, PRADNYA PARAMITA, ALVABET, SALEMBA 4 Dll.

Kami mengharapkan Info ini disebarluaskan kepada para pecinta buku lainnya.